Epidemiologi Obesitas Kejadian Obesitas Pada Lansia Di Wilayah Kerja Di Puskesmas I Denpasar Utara.

terdapat 18 orang 33,96, umur 41-50 tahun terdapat 10 orang 18,87, dan umur 51-60 tahun terdapat 4 orang 7,55 yang mengalami obesitas. Brown, dalam bukunya yang berjudul Nutrition Through The Life Cycle, mengatakan bahwa rata-rata IMT suatu populasi akan berada di puncaknya saat usia 60 tahun, dan menurun saat melewati usia 70 tahun. Hal ini disebabkan bukan karena penurunan lemak tubuh, namun akibat dari penurunan lean body mass yang termasuk juga penurunan massa otot. Dari pernyataan diatas, maka menggunakan IMT saja tidak cukup untuk dijadikan acuan obesitas bagi usia lanjut. IMT didesain untuk mengukur dan membandingkan tingkat kekurusan dan kegemukan suatu populasi, bukan jumlah lemak yang berlebih ataupun kurang pada individu Brown, 2011.

2.4 Jenis- jenis obesitas

Jenis obesitas ada bermacam-macam. Secara umum dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan sel lemak. Jenis obesitas berdasarkan bentuk tubuh yaitu Tipe Android tipe apel dan tipe genoid tipe pear. Tipe android tipe apel adalah tipe yang memiliki abdomen besar dengan paha dan pantat relatif kecil dan terjadi da seseorang yang sudah menopause. Tipe genoid tipe pear adalah tipe obesitas yang memiliki tubuh dengan abdomen kecil, namun pada bagian pinggul, paha dan pantat relatif besar hingga tampak seperti buah pear. Selain berdasarkan tipe, obesitas juga dibagi berdasarkan usia dan tingkatan kelebihan berat badannya, serta berdasarkan kondisi sel. Obesitas berdasarkan usia dibagi menjadi infancy-onset obesity kegemukan pada masa bayi, childhood-onset obesity kegemukan pada masa anak- anak, dan adultonset obesity kegemukan pada masa dewasa. Sementara itu, berdasarkan tingkatannya, obesitas dibagi menjadi 4 jenis yaitu simple Obesity kelebihan berat badan hingga 20 dari berat badan ideal tanpa disertai penyakit seperti Diabetes Mellitus, hipertensi, dan hyperlipidemia, Mild Obesity kelebihan berat badan antara 20 – 30 dan perlu diwaspadai, Moderat Obesity kelebihan berat badan 30 – 60 hingga berisiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan erat dengan obesitas, dan Morbid Obesity kelebihan berat badan hingga lebih dari 60 hingga berisiko sangat tinggi pada penyakit pernafasan, gagal jantung, bahkan mati mendadak. Berdasarkan kondisi sel, obesitas dibagi menjadi tiga, yaitu tipe hiperlastik yaitu tipe yang disebabkan oleh sel lemak yang ukurannya normal, namun jumlahnya banyak dan Obesitas tipe ini lebih sulit menurunkan berat badan dibandingkan tipe hipertropik. Dan yang kedua tipe hipertropik yaitu tipe yang disebabkan oleh pembesaran ukuran sel, namun tetap dengan jumlah yang normal dan Lebih mudah untuk menurunkan berat badan, namun lebih berisiko juga terhadap penyakit Diabetes Mellitus dan hipertensi. Dan yang ketiga tipe hiperplastik- hipertropik yaitu Kegemukan yang terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropik mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik. Kegemukan ini bisa dimulai pada anak- anak dan berlangsung terus sampai dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit Mumpuni Wulandari, 2010.

2.4 Dampak Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi menurut Laurentika dalam Nuri Rahmawati 2009. Banyak penelitian yang memberikan hasil bahwa kejadian obesitas akan mempengaruhi terjadinya berbagai macam penyakit, antara lain adalah: a. Penyakit jantung koroner Peningkatan risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan kegemukan yang dialami seseorang. Penyakit jantung koroner adalah penyempitan pembuluh darah yang mengaliri jantung akibat penumpukan lemak. b. Diabetes Mellitus tipe II Diabetes Mellitus tipe II mengakibatkan seseorang memiliki gangguan dalam metabolisme akibat tidak berfungsinya insulin. Diabetes Mellitus sebenarnya memiliki faktor keturunan, namun tidak berbahaya bila seseorang yang membawa gen ini tidak mengalami kegemukan dan menjaga pola makan serta aktivitas fisiknya. c. Hipertensi Berat badan yang berlebih akan membuat kerja jantung lebih berat dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini membuat orang yang obesitas lebih rentan terhadap hipertensi, yaitu keadaan dimana tekanan darah sistol melebihi 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg. Penderita diabetes tipe android diketahui lebih rentan terhadap hipertensi bila dibandingkan dengan tipe ginoid d. Kanker Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pria yang obesitas, akan lebih mudah terserang penyakit kanker usus besar, dan kelenjar prostat. Sementara pada wanita, terutama yang sudah mengalami menopause, akan mudah terserang penyakit kanker payudara.

2.5 Faktor-faktor obesitas

Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pola makan, aktiftas fisik, genetic dan hormon. Pola makan merupakan faktor utama terjadinya obesitas. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Dokumen yang terkait

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO Faktor Risiko Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

0 3 14

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Rimbo Kaduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sintuk Padang Pariaman.

0 0 12

Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai Ankle Brachial Index pada Lansia Hipertensi di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara II.

1 4 57

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA IBU POSTPARTUM (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Subah Kabupaten Batang)

0 0 55

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI LANSIA DI POSYANDU LANSIA KAKAKTUA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN

0 0 5

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GOUT PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SITURAJA TAHUN 2014

0 4 10

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDONG BANTUL NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDO

0 0 16

KARAKTERISTIK KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE II PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG

0 0 15