Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai Ankle Brachial Index pada Lansia Hipertensi di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara II.

(1)

i

SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE

BRACHIAL INDEX PADA LANSIA HIPERTENSI DI

BANJAR TULANG AMPIANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS DENPASAR UTARA II

OLEH :

MADE BAYU OKA WIDIARTA

NIM : 1302115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

i

SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE

BRACHIAL INDEX PADA LANSIA HIPERTENSI DI

BANJAR TULANG AMPIANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS DENPASAR UTARA II

OLEH :

MADE BAYU OKA WIDIARTA

NIM : 1302115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

i

SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE

BRACHIAL INDEX PADA LANSIA HIPERTENSI DI

BANJAR TULANG AMPIANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS DENPASAR UTARA II

OLEH :

MADE BAYU OKA WIDIARTA

NIM : 1302115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

ii

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE

BRACHIAL INDEX PADA LANSIA HIPERTENSI DI

BANJAR TULANG AMPIANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS DENPASAR UTARA II

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

MADE BAYU OKA WIDIARTA

NIM : 1302115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

ii

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE

BRACHIAL INDEX PADA LANSIA HIPERTENSI DI

BANJAR TULANG AMPIANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS DENPASAR UTARA II

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

MADE BAYU OKA WIDIARTA

NIM : 1302115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

ii

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE

BRACHIAL INDEX PADA LANSIA HIPERTENSI DI

BANJAR TULANG AMPIANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS DENPASAR UTARA II

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

MADE BAYU OKA WIDIARTA

NIM : 1302115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul

Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai Ankle Brachial Index pada Lansia

Hipertensi di Banjar Tulang Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar

Utara II

.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis berikan

kepada :

1. Prof.Dr.dr.Putu Astawa,Sp.OT(K).,M.Kes., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

2. Prof.dr.Ketut Tirtayasa, MS., sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Ns. I Wayan Suardana, S.Kep.,M.Kep., sebagai pembimbing utama yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan penelitian

tepat waktu.

4. Ns. Indah Mei Rahajeng, S.Kep., sebagai pembimbing pendamping yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan penelitian

tepat waktu.

5. dr. Emilia Sabiruddin selaku Kepala Puskesmas II Denpasar Utara yang telah

memberikan kesempatan studi pendahuluan pada instansi yang dipimpin.


(6)

vi

6. Nyoman Sudarthi, Amd.Keb., selaku ketua program pengembangan kesehatan

Lansia di Puskesmas II Denpasar Utara yang telah membantu dalam pemberian

informasi mengenai lansia di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara.

7. Drs. Gede Sastrawan, dan I Ketut Srinadi, S.Pd., kedua orang tua saya yang telah

memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan hasil penelitian.

8. Putu Sukma Megaputri sebagai teman, sahabat, pacar yang selalu memberikan

dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan

masukan yang membangun.

Akhirnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Denpasar, Februari 2015


(7)

vii

Abstrak

Widiarta, Bayu Oka. 2015. Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai

Ankle Brachial

Index

pada Lansia Hipertensi di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang

Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara II. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing

(1) Ns. I Wayan Suardana, S.Kep.,M.Kep. (2) Ns. Indah Mei Rahajeng, S.Kep.

Lansia dengan hipertensi memiliki risiko penurunan nilai

Ankle Brachial Index

(ABI). Nilai ABI mengindikasikan status sirkulasi darah menuju bagian perifer

tubuh seperti kaki. Senam kaki merupakan salah satu terapi nonfarmakologi dari

penurunan nilai ABI. Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh senam kaki terhadap

peningkatan nilai ABI pada lansia hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian

preeksperimental one group pre-post design untuk mencari pengaruh senam kaki

terhadap peningkatan nilai ABI menggunakan uji statistik

paired t test

dengan

derajat kemaknaan α ≤ 0,05. Sampel penelitian adalah seluruh lansia yang

menderita hipertensi di Banjar Tulang Ampiang yang berjumlah 28 orang. Data

dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan pemeriksaan fisik.

Setelah dilakukan senam kaki kaki selama 3x seminggu dalam waktu 3 minggu

didapatkan hasil penelitian pada minggu 1 dan minggu 2 menunjukkan tidak ada

pengaruh yang signifikan antara senam kaki terhadap peningkatan nilai ABI pada

lansia hipertensi dengan nilai

Sig one tailed

= 0,114, sedangkan pada minggu 3

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara senam kaki terhadap

peningkatan nilai ABI pada lansia hipertensi dengan nilai

Sig one tailed

= 0,000.

Penelitian mendatang diharapkan ada penelitian yang lebih mendalam tentang

pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada lansia dengan hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, Senam Kaki, Nilai ABI.


(8)

viii

Abstract

Widiarta, Bayu Oka. 2015.

The Effect of Foot Exercise toward Ankle Brachial

Index in the Elderly with Hypertension in

Posyandu Lansia Banjar Tulang

Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara II.

Final Project. Nursing

Programe, the Faculty of Medicine, Udayana University. Supervisors

(1) Ns. I

Wayan Suardana, S.Kep., M.Kep. (2) Ns. Indah Mei Rahajeng, S.Kep.

Elderly with hypertension have a risk for decreasing of Ankle Brachial Index

(ABI). ABI level indicate the status of the blood circulation to the peripheral such

as the legs. Foot exercise is one of the non-pharmacological treatments for

decreasing of ABI level. This study aimed to know the influence the foot exercise

on ABI level in the elderly with hypertension. This research was pre-experimental

one group pre-post design by using statistical tests Paired t test with significance

level α ≤ 0.05. The samples were all elderly with hypertension in Banjar Tulang

Ampiang that were 28 people. Data was collected by using observation sheet and

physical examination. Having foot exercise three times a week within 3 weeks, it

was obtained that the first and second week showed that there was no significant

effect of foot exercise on the increasing of ABI level in elderly with hypertension,

the value of one-tailed Sig = 0.114. Whereas in the third week showed that there

was significant effect of foot exercise on the increasing of ABI level in elderly

with hypertension with the value of one-tailed Sig = 0.000. Next research is

expected to have a more in-depth study on the effect of gymnastic foot toward the

value of ABI in the elderly hypertension.


(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Made Bayu Oka Widiarta

NIM

: 1302115007

Fakultas

: Kedokteran Universitas Udayana

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila

dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Februari 2015

Yang membuat pernyataan,


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ……. i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ……. ii

HALAMAN PENGESAHAN... ……. iii

KATA PENGANTAR ... ……. iv

ABSTRAK

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

viii

DAFTAR ISI ... ……. ix

DAFTAR TABEL ... ……. xii

DAFTAR GAMBAR ... ……. xiv

DAFTAR SINGKATAN ... ……. xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... …… 1

1.2 Rumusan Masalah ... …… 7

1.3 Tujuan Penelitian... …… 7

1.4 Manfaat Penelitian... …… 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep menua ………. 10

2.1.1 Pengertian menua……..……… 10


(11)

xi

2.2.1 Pengertian lansia……….………...…….10

2.2.2 Batasan umur lansia ……… 11

2.2.3 Perubahan sistem kardiovaskuler tubuh pada lansia…….……... 11

2.2.4 Prevalensi ganguan yang bersifat kronis pada lansia……..…… 12

2.3 Hipertensi ………. 13

2.3.1 Pengertian hipertensi …….……… ….. 13

2.3.2 Klasifikasi tekanan darah pada hipertensi………. 13

2.3.3 Etiologi hipertensi ………..15

2.3.4 Patofisiologi hipertensi………..……… 17

2.3.5 Faktor resiko hipertensi……….……… 22

2.3.6 Pencegahan hipertensi ……….. 25

2.3.7 Penatalaksanaan hipertensi……… 26

2.4 Konsep ABI……….. 27

2.4.1 Pengertian ABI……….. 27

2.4.2 Tujuan pengukuran ABI……… 28

2.4.3 Prosedur pengukuran nilai ABI………. 28

2.4.4 Kondisi ABI pada pasien hipertensi……….. 30

2.5 Konsep senam kaki……….. 32

2.5.1 Pengertian senam kaki……….. 32

2.5.2 Manfaat senam kaki……….. 32

2.5.3 Prosedur senam kaki………. 34

2.5.4 Pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada pasien hipertensi. 38

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep ... ….. 42


(12)

xii

3.2 Variabel Penelitian ... ….. 43

3.3 Definisi Operasional Penelitian... ….. 43

3.4 Hipotesis ... ….. 46

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian... ….. 47

4.2 Kerangka Kerja ... ….. 48

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... ….. 49

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling... ….. 49

4.5 Jenis,cara dan instrumen pengumpulan Data... ….. 52

4.6 Pengolahan dan analisa data ... ….. 59

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian... ….. 63

5.2 Pembahasan Penelitian ... ….. 72

5.3 Keterbatasan Penelitian ... ….. 83

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ... ….. 84

6.2 Saran... ….. 85

DAFTAR PUSTAKA

………86


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Prevalensi Gangguan yang Bersifat Kronis pada Lansia………... 12

Tabel 1.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau

Lebih………..

13

Tabel 1.3 Hipertensi menurut Kelompok Umur Berbeda……….. 13

Tabel 1.4 Klasifikasi Hipertensi pada Lansia………. 15

Tabel 1.5 Klasifikasi Nilai ABI………. 30

Tabel 1.6 Interpretasi Nilai ABI……… 30

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai

Ankle

Brachial Index

pada Lansia Hipertensi di Banjar Tulang Ampiang

Wilayah

Kerja

Puskesmas

Denpasar

Utara

II

... 43

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis

Kelamin di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang

2015……….. 65

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Usia di

Posyandu

Lansia

Banjar

Tulang

Ampiang

2015……….. ………... 65

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan

Keteraturan Terapi Farmakologi di Posyandu Lansia Banjar

Tulang Ampiang 2015………... 66


(14)

xiv

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan

Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang

2015………... 66

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan

Konsumsi Natrium (Na) di Posyandu Lansia Banjar Tulang

Ampiang 2015……… 67

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan

Aktivitas merokok di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang

2015………. ………. 67

Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Nilai ABI Responden Sebelum Dilakukan

Senam Kaki di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang Tahun

2015………... 69

Tabel 5.8 Distribusi Karakteristik Nilai ABI Responden Setelah Dilakukan

Senam Kaki di Posyandu Lansia Banjar Tulang Ampiang Tahun

2015……… 69

Tabel 5.9 Hasil

output

uji normlitas dengan menggunakan program statistika

komputer………

70

Tabel 5.10 Tabel

paired t test

pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada

lansia hipertensi di Posyandu Banjar Tulang Ampiang Tahun

2015……… 71


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Patofisiologi Hipertensi………... 21

Gambar 1.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah………. 22

Gambar 1.3 Adaptasi Tekanan Darah terhadap Senam………. 41

Gambar 1.4 Kerangka Konsep Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai

Ankle

Brachial Index

pada Lansia dengan Hipertensi di Banjar Tulang

Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara II... 42

Gambar 4.1 Desain Penelitian Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai

Ankle

Brachial Index

pada Lansia dengan Hipertensi di Banjar Tulang

Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara

II... 47

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai

Ankle

Brachial Index

pada Lansia dengan Hipertensi di Banjar

Tulang Ampiang Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara

II…………... 48


(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ABI

: Ankle Brachial Index

ACE

:

Angiotensin Convening Enzyme

AHA

:

American Heart Assosiation

BHSP

: Bina Hubungan Saling Percaya

BPS

: Badan Pusat Statistik

CHS

:

Cardio Health Study

DM

:

Diabetes Mellitus

HST

: Hipertensi Sistolik Terisolasi

LEAD

:

Low Ekstremitas Arterial Desease

NaCl

:

Natrium Clorida

PAD

:

Peripheral Arterial Desease

ROM

:

Range of Motion

SHEP

:

Systolic Hypertension in Elderly Population

SOP

: Standar Operasional Prodsedur

TBC

: Tubeculosis

UU

: Undang-undang


(17)

1

✁ ✂ ✄☎✆✝✁✞✟✠ ✟✁✆

✡☛ ✡✠☞✌ ☞✍ ✎✏ ☞✑☞✒✓

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar dan disabilitas pada

lanjut usia, terutama usia 65 tahun ke atas. Dari banyak penelitian epidemiologi,

didapat bahwa dengan meningkatnya umur juga menyebabkan tekanan darah

meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan

menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner tekanan darah

(Wahjudi, 2008). Masyarakat Indonesia masih berisiko terhadap hipertensi, terlebih

bagi masyarakat perkotaan yang lebih mudah mengakses gaya hidup modern yang

tidak sehat, seperti banyak mengkonsumsi makanan cepat saji, alkohol, makanan

tinggi kolesterol, dan merokok. Semakin bertambahnya usia mempengaruhi semakin

bertambahnya risiko untuk menderita hipertensi (Setiawan, Basuri, Nora, Mahendra,

& Rahmat, 2008). Pada pasien lansia dengan hipertensi, terdapat kemungkinan aliran

darah menuju kaki dan ginjal akan berkurang (Corwin, 2009). Menurut Sacks dkk.,

(2002),

✔✕ ✖✗✘ ✙✚ ✛✜✢✣ ✛✗ ✤✕ ✥ ✘✦

(ABI) normal merupakan indikator efektivitas aliran

darah ke

✧✘✚✣★✘✚

termasuk ke kaki. Gangguan aliran darah pada kaki dapat dideteksi

dengan mengukur ABI yaitu mengukur rasio dari tekanan

✩✣ ✩✪✫ ✗✣ ✖

kaki bagian bawah


(18)

2

satunya rasa kebas. Sensasi kebas dari penurunan ABI baru dapat dirasakan dalam

jangka waktu lama, sehingga pasien pada umumnya tidak menyadarinya (Yahya,

2010).

Mubarak tahun 2006 dalam Widastra tahun 2012 menyatakan, usia lanjut memiliki

tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama komponen daya tahan

✬✭✮ ✯✰✱ ✲

✮✳✴ ✵✰✮✭✴✰

dan kekuatan otot. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan latihan fisik

seperti senam kaki baik dan benar. Untuk senam kaki pada lansia di Indonesia dari

data statistik, belum terdapat informasi

✶✭✷✰ ✯

mengenai pelaksanaannya. Lansia di

Indonesia yang aktif dan rutin melakukan senam (senam lansia, hipertensi, kaki)

masih terpusat pada kegiatan Posyandu lansia di kelurahan

(Departemen

Kesehatan/Depkes Republik Indonesia/RI, 2003).

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia,

yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas. Dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan jumlah

lansia pada tahun 2020 mencapai 11,34% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2011).

Pada tahun 2011 Provinsi Bali memiliki jumlah penduduk mencapai 1,5 juta jiwa dan

memiliki lansia yang cukup banyak yaitu mencapai angka sekitar 300 ribu jiwa.

Provinsi Bali merupakan peringkat ke-4 dari 5 provinsi yang memiliki jumlah lansia

terbanyak di Indonesia yaitu sekitar 8,77%. Diperkirakan pada tahun 2015 akan

mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2011 menjadi

lebih dari 432 ribu orang atau 11,4% dari jumlah penduduk (BPS, 2011).


(19)

3

Data studi terbaru perbulan Agustus 2014 menunjukkan, jumlah lansia di seluruh

Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar yaitu mencapai

51.029 jiwa untuk usia 45-59 tahun dan 18.567 jiwa untuk usia > 60 tahun. Dari data

tersebut, lansia yang menderita hipertensi sebanyak 887 jiwa, menduduki peringkat 1

dari 26 jenis penyakit pada lansia yang diidentifikasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota

Denpasar. Jumlah lansia dengan hipertensi terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas

Denpasar Utara II dengan jumlah 173 orang lansia (Dinkes Kota Denpasar, 2014).

Peningkatan tekanan darah pada lansia sesuai data di atas berimplikasi terhadap nilai

ABI.

Studi

✸ ✹✺✻✼ ✽✾✿ ❀ ✹❁ ❂❃✻ ❂❄ ✺ ✾✼❄ ✾❄ ❅ ✽❆ ❂❃ ✽✹ ❇✼ ❁ ❈ ✽❉✻ ✾✼❄

(SHEP) melaporkan 25,5%

penderita hipertensi memiliki nilai ABI < 0,90 (CHS,1999). Hal ini sesuai dengan

studi yang dilakukan Korhonen dkk., (2009), menemukan bahwa dari 532 responden

dengan hipertensi, didapatkan data sebanyak 7,3% (39/532) responden memiliki nilai

ABI < 0,90 dan 23,7% (126/532) responden memiliki nilai ABI 0,91-1,00. Dhyu

(2007), menemukan dari 3.047 sampel dengan hipertensi, 839 (27,5%) memiliki nilai

ABI yang rendah.

Pada lansia perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

❁ ❂❃ ✾❊❂❃

berpengaruh pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi

❉ ✻ ❂❃✼✺❋✽❂❃✼✺✾✺

, hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang menyebabkan penurunan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah. Hal ini berefek pada berkurangnya kemampuan aorta dan

arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa jantung (volume


(20)

4

sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung untuk memperdarahi organ

●❍■ ❏❑❍■

dan peningkatan tahanan

●❍■ ❏❑❍■

(Brunner&Suddarth, 2001).

Dari banyak penelitian epidemiologi, didapat bahwa dengan meningkatnya umur

akan meningkatkan risiko lansia untuk mengalami peningkatan tekanan darah.

Kondisi ini menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan menjadi faktor

utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia

60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler (Wahjudi, 2008).

Nilai ABI mengindikasikan kondisi sirkulasi darah ke jaringan

●❍■ ❏❑❍■

tubuh.

▲▼❍■❏◆❖P ◗❍❖■❘ ▲❙ ❙❚ ◆❏❖❘❏❚P

(AHA) merekomendasikan ABI untuk pemeriksaan

kondisi sirkulasi darah

●❍■ ❏❑❍■

(Thendria, Toruan, & Natalia, 2014). Apabila nilai

ABI mengalami penurunan maka dapat dikatakan seseorang mengalami

❯❍■❱❏●❍■❖❲

▲■❘❍■❏❖❲❳ ❏❙❍❖ ❙❍

(PAD). Jika jumlah darah yang memperdarahi bagian tubuh tersebut

berkurang dari volume sekuncup yang dipompakan jantung, maka oksigen dan nutrisi

makanan serta agen antiinfeksi yang dibawa oleh darah juga berkurang. Hal ini dapat

berakibat iskemik jaringan salah satunya yaitu pada kaki.

❨ ❙❩❍▼❏❩

berat akan

mencapai klimaks sebagai ulserasi dan gangren.

❬❲ ❩❭❙❏❙ ❩❍▼❏❩

biasanya bermula dari

jari-jari kaki atau tumit dan meluas ke

●■❚❩❙❏▼ ❖❲

(Price, 2005). Reinanda (2013),

dalam penelitiannya mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

nilai ABI, hipertensi, Diabetes mellitus dan dislipidemia. Pada beberapa kasus,

penurunan ABI akan menyebabkan sensasi kebas atau kesemutan pada pasien

hipertensi karena sel saraf sensori yang terdapat pada bagian ujung-ujung kaki tidak

mendapatkan suplai nutrisi yang adekuat (Yahya, 2010). Selain rasa kebas, hal paling


(21)

5

ditakutkan dari penurunan ABI pada hipertensi adalah dengan semakin turunnya nilai

ABI maka risiko untuk mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskuler semakin

besar (Dyhu, 2007).

Sesuai risiko dari kondisi di atas, kebiasaan fisik dapat memperbaiki ABI pada pasien

dengan tekanan darah tinggi. Salah satunya yaitu senam kaki. Kegiatan senam kaki

relatif sederhana dalam setiap gerakannya. Lansia dapat melakukan senam kaki

dengan mudah di rumah karena gerakan pada senam kaki relatif tidak memerlukan

ruangan yang luas. Harefa dalam penelitiannya tahun 2011, menyatakan senam kaki

efektif untuk memperbaiki sirkulasi darah ke kaki sekaligus bisa memperbaiki

keterbatasan rentang gerak sendi yang sering dialami oleh lansia. Senam kaki yang

dilakukan secara teratur akan memperbaiki fungsi

❪❫ ❴❵ ❛❪ ❜

, yakni sel pelapis dinding

dalam pembuluh darah. Aktivitas yang teratur tidak hanya bermanfaat untuk

mencegah proses penebalan dan pengerasan pembuluh darah, tetapi juga apabila

dipadu dengan cara hidup sehat seperti diet rendak lemak, berhenti merokok, maka

berpotensi mengikis penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah (Yahya,

2010). Stefan (2013), menemukan kegiatan

❝❜❪❞❡ ❢

dan

❪❞❡❛❪❫❡❢

pada

❣❫❞❜❪

selama 2,5

menit pada 11 responden hipertensi dengan nilai ABI < 0,6-0,8 dapat menurunkan

tekanan darah

❣❫❞❜❪

9-16 mmHg dan pada 14 responden dengan nilai ABI 0,9-1,0

dapat menurunkan tekanan darah

❣❫❞❜❪

16 mmHg. Shinji dkk., (2011), menemukan

latihan

❝❜❪❞❡❢

ekstremitas bawah selama 2,5 menit pada 35 orang lansia usia 51-77

tahun dengan jenis kelamin pria dan wanita, terdapat hubungan yang signifikan

terhadap perbaikan nilai ABI. Pada penelitian ini juga didapatakan hasil penurunan


(22)

6

nilai ABI sebagai indikator sederhana dari kondisi disfungsi jaringan

❤✐❥ ❦❧ ❤♠

pembuluh darah pada lansia. Penelitian lain juga menunjukkan senam kaki efektif

untuk memperbaiki nilai ABI pada pasien

♥♦♣ q ❤❧ ❤rs ❤♠♠ ♦❧ t r

(DM) type 2. Penelitian

tentang pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada lansia dengan hipertensi

memang belum banyak dilakukan di Indonesia tetapi pengaruh senam kaki terhadap

nilai ABI pada pasien DM sudah banyak dilakukan. Menurut penelitian yang

dilakukan Ibrahim tahun 2012, di RSUP Fatmawati Jakarta serta penelitian yang

dilakukan Karnirius dan Artika Tahun 2011, menemukan bahwa senam kaki efektif

untuk meningkatkan sirkulasi darah ke kaki yang dinilai dari perbaikan nilai ABI.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Denpasar Utara II belum

pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada

lansia dengan hipertensi dan dari pihak Puskesmas belum pernah

mengimplementasikan prosedur senam kaki pada pasien lansia dengan hipertensi.

Jumlah lansia hipertensi paling banyak di kota Denpasar yaitu 173 orang yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Utara II khususnya jumlah tertinggi berada di

Banjar Tulang Ampiang yaitu sebanyak 36 orang. Berdasarkan kondisi tersebut di

atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”pengaruh senam kaki

terhadap nilai

♣ ✐✉♠ ❤q✈♣✇①♦♣ ♠ ♦✐❥❤②

pada lansia hipertensi di Banjar Tulang Ampiang


(23)

7

③④⑤⑥⑦⑧⑦ ⑨⑩ ❶❷⑩⑨⑩ ❸⑩ ❹

Sesuai latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut ”Adakah pengaruh senam kaki terhadap nilai

❺❻ ❼❽❾ ❿➀❺ ➁➂ ➃❺❽ ➃❻ ➄ ❾➅

pada lansia hipertensi di Banjar Tulang Ampiang wilayah kerja

Puskesmas Denpasar Utara II?”.

③④➆➇⑦ ➈⑦⑩ ❶➉⑧ ⑦⑧

Tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus antara lain:

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh senam kaki terhadap nilai

❺❻❼❽❾ ❿➀❺ ➁➂ ➃❺❽ ➃❻ ➄ ❾➅

pada

lansia hipertensi di Banjar Tulang Ampiang wilayah kerja Puskesmas Denpasar

Utara II.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik lansia hipertensi di Banjar Tulang Ampiang

wilayah kerja Puskesmas Denpasar Utara II.

b. Mengidentifikasi nilai ABI lansia hipertensi pada kelompok perlakuan

sebelum diberikan senam kaki di Banjar Tulang Ampiang wilayah kerja

Puskesmas Denpasar Utara II.

c. Mengidentifikasi nilai ABI lansia hipertensi pada kelompok perlakuan

sesudah diberikan senam kaki di Banjar Tulang Ampiang wilayah kerja

Puskesmas Denpasar Utara II.


(24)

8

d. Menganalisa pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada lansia hipertensi

di Banjar Tulang Ampiang wilayah kerja Puskesmas Denpasar Utara II.

➊➋➌➍ ➎➏

faat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan akan didapatkan manfaat penelitian yang ditinjau

dari segi praktis dan teoritis.

1. Segi praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para lansia dengan hipertensi

untuk memperbaiki sirkulasi darah ke bagian

➐ ➑➒ ➓➔➑➒

tubuh akibat masalah

tekanan darah. Penerapan senam kaki secara teratur di rumah diharapkan nilai

ABI dapat diperbaiki sehingga risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular

lainnya dapat berkurang. Sebagai masukan bagi penyedia pelayanan kesehatan di

masyarakat agar senam kaki bisa lebih dikembangkan dan dipertimbangkan

sebagai terapi komplementer dalam mengatasi masalah hipertensi terutama

perbaikan sirkulasi darah

➐ ➑➒ ➓➔➑➒

dengan tolak ukur nilai ABI.

2. Segi teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah pembendaharaan ilmu

pengetahuan khususnya bidang keperawatan

→➑➒➣ ↔↕➓➙

dan memberikan

sumbangan informasi bagi tempat diadakannya penelitian yaitu di Puskemas

Denpasar Utara II. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti


(25)

9

pengaruh senam kaki terhadap nilai

➛➜ ➝➞➟ ➠ ➡ ➛➢➤➥ ➛➞ ➥➜ ➦➟➧

pada lansia dengan


(26)

➨ ➩

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menua

2.1.1 Pengertian Menua

➫➭ ➯ ➲➳

(

➵➭ ➯ ➸➳ ➺ ➻ ➼ ➲➳

)

➳➺➳ ➽➳➾ ➚ ➲➳➼➲ ➪ ➶➹ ➚➭ ➚ ➵➭ ➯ ➘ ➾ ➻➽➳ ➯➘ ➯ ➴➳ ➚➭ ➷➳ ➶➳ ➪ ➭ ➶➽➳➾➳➯ ➬➽ ➳➾➳ ➯ ➮➭➵ ➳➵➪ ➲➳➯➸➳➶ ➻➯ ➘➳ ➯➲➯ ➼➲ ➮➵➭➵ ➪➭➶➱➳➻➮ ➻➺➻ ➶➻✃➵ ➭➯ ➘ ➘➳ ➯ ➼ ➻➺➻ ➶ ➻➺➳ ➯➵➭➵ ➪➭➶ ➼➳ ➾➳ ➯ ➮➳➯ ➚➼ ➶ ➲➮ ➼ ➲➶ ➺➳➯ ❐ ➲➯ ➘ ➚➻ ➯➹ ➶➵➳ ➽➯ ➴➳ ➚➭➾➻➯➘ ➘➳ ➼ ➻➺➳ ➮ ➺➳➪ ➳ ➼ ➱➭➶ ➼➳ ➾➳ ➯ ➼➭ ➶ ➾➳ ➺➳➪ ➸➭➸➳ ➚

(

➼➭➶➵➳➚➲➮➻➯❐ ➭ ➮ ➚➻

)

➺➳ ➯➵➭ ➵➪ ➭➶➱ ➳ ➻ ➮ ➻➮➭ ➶ ➲ ➚➳ ➮➳➯➼➭➶ ➚➭➱ ➲ ➼

(

❒➳➾➸ ➲ ➺➻❮❰➩ ➩ Ï

)

Ð

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Ñ➭ ➶ ➺➳ ➚➳➶ ➮➳ ➯ ➺➭ ❐ ➻➯ ➻ ➚➻ ➚➭➷➳➶➳ ➲➵ ➲➵❮ ➚➭➚➭➹ ➶➳➯ ➘ ➺➻ ➮➳ ➼➳ ➮➳➯ ➽ ➳➯ ➸➲ ➼ ➲ ➚➻➳ ➳➪ ➳➱ ➻➽ ➳ ➲ ➚➻➳ ➯ ➴➳ Ò Ó ➼➳ ➾ ➲➯ ➮➭ ➳ ➼➳ ➚

(

Ô➭ ➼ ➻➳ ➯ ➼➹❮ ❰ ➩ ➩Õ ➺➳➽ ➳➵ Ö❐ ❐ ➭➯ ➺➴ ❮ ❰ ➩ ➩×

)

Ð Ø➳ ➯ ➚ ➻➳ ➱ ➲➮➳➯ ➚➲➳➼➲➪➭ ➯ ➴➳➮➻ ➼❮ ➯ ➳➵ ➲➯ ➵➭ ➶ ➲➪ ➳ ➮➳➯ ➼➳➾➳ ➪ ➽ ➳➯ ➸ ➲➼ ➺➳➶ ➻ ➚➲➳ ➼ ➲➪ ➶➹ ➚➭ ➚ ➮➭ ➾ ➻ ➺➲➪➳ ➯ ➳➯ ➘

y

➺ ➻➼➳➯ ➺➳ ➻ ➺➭ ➯ ➘➳ ➯ ➪ ➭➯ ➲ ➶ ➲➯ ➳➯ ➮➭➵➳ ➵➪ ➲➳➯ ➼➲➱ ➲ ➾ ➲➯ ➼➲ ➮ ➱➭➶➳ ➺➳➪ ➼➳➚➻ ➺➭➯ ➘ ➳➯ ➚➼ ➶➭➚ ➽➻➯ ➘ ➮ ➲➯ ➘➳ ➯

(

Ù➲➺ ➸ ➻➳➚➼➲ ➼➻❮❰ ➩ ➩Ú ➺➳➽➳ ➵❒➳ ➾ ➸➲ ➺ ➻❮❰ ➩➩ Ï

)

Ð➫➭ ➯ ➲ ➶ ➲➼ÑÛ ÑÜÙ➳ ➚➳ ➽➨➳➳ ➼

y

(

)

Ý➯ ➺➳➯ ➘ ➬Ý➯ ➺➳ ➯➘

(

ÝÝ

)

Þ➹ Ð➨Ú ß➳ ➾ ➲➯➨× ×Ï ➼➭ ➯ ➼➳➯ ➘ ➮➭➚➭ ➸➳➾ ➼➭➶➳ ➳➯Ý➚➻➳ ➽➳ ➯ ➸ ➲ ➼❮ ➽ ➳➯ ➚➻➳ ➳ ➺➳➽ ➳➾ ➚➭➚➭➹ ➶➳ ➯➘ ➳ ➯ ➘

y

➵ ➭➯ ➷➳ ➪➳➻ ➲ ➚➻➳ Ò➩ ➼➳➾➲➯ ➮➭ ➳➼➳ ➚Ð Ø➳➯ ➚➻➳ ➳➺➳ ➽➳➾ ➮➭➳➺➳ ➳ ➯

y

➳ ➯➘ ➺ ➻➼➳➯ ➺➳➻

➹ ➽➭➾ ➮➭ ➘➳ ➘➳ ➽➳ ➯ ➚➭ ➚➭➹ ➶➳ ➯➘ ➲➯ ➼ ➲ ➮ ➵➭ ➵➪ ➭ ➶ ➼➳➾➳ ➯ ➮➳ ➯ ➮➭ ➚➭ ➻➵ ➱➳ ➯ ➘➳ ➯ ➼➭➶ ➾➳➺➳➪ ➮➹➯ ➺ ➻➚ ➻ ➚➼➶➭➚ ❐ ➻ ➚➻➹➽ ➹ ➘ ➻ ➚Ð à➭ ➘➳ ➘➳ ➽➳ ➯ ➻➯ ➻ ➱ ➭➶➮➳➻➼➳ ➯ ➺➭➯ ➘ ➳➯


(27)

áá

âã ä åæ åä ç ä è çç

y

éã êç êâ å çä å äë å é ì í è åâ îã æ ëç âãä íäï é ç ëç ä éãâãé ççä îã ð çæ ç í äè íñí èå çò

(

óçôçæ íõ ö÷ ÷á

)

ø

2.2.2 Batasan Umur Lansia

ùãæ í éå ëí ä íçè çòçìúçë çîç äû úç ëç îçäå êåæ

y

ç äïêãäðç éå âúç ëç îçä åê åæòçä îíç èçæ í úãúã æ ç âççìòíèç äîåêúã æèüé åêãääã ï çæ ç

(

ýåïæüìüõ ö÷ ÷÷

)

ø

á

)

þãä åæ å ëÿÿý üøá ✁çì å äá ✂ ✂ ✄ù ☎ù✆✝çîçòá☎✞çëö

y

çäï úãæúå ä✞í

“Lanjut

usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

2) Menurut

✟✠ ✡☛ ☞✌✍ ✎☛ ✏ ✑✒✡✓ ✎ ✔✕ ✖ ✎✏ ✕✠ ✔

(WHO) lansia dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Usia pertengahan (

✗✕☞☞☛✍ ✎✓✍

)

: 45-59 tahun

b) Lanjut usia (

✍ ☛☞✍ ✡☛✘

)

: 60-74 tahun

c) Lanjut usia tua (

✠ ☛ ☞

)

: 75-90 tahun

d) Usia sangat tua (

✙✍ ✡✘✠ ☛☞

)

: di atas 90 tahun

3) Menurut Prof.Dr.Koesoemato Setyonegoro antara lain:

a) Masa dewasa muda (

✍ ☛☞✍✡ ☛✘✎ ☞✚☛✏✑✠ ✠ ☞

)

: 18 atau 20-25 tahun

b) Masa dewasa penuh (

✗✕ ☞ ☞☛✍✘✍ ✎✡✛

)

: 25-60 tahun atau 65 tahun

c) Masa lanjut usia (

✓ ✍ ✡✕ ✎✏ ✡✕✜✎✓ ✍

)

: > 65 atau 70 tahun

2.2.3 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Tubuh pada Lansia

Bagian tubuh lansia yang paling sering menunjukkan tanda klinis dalam

penurunan fungsinya adalah sistem kardiovaskuler. Elastisitas dinding pembuluh

aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung


(28)

✢ ✣

✤✥ ✤✦ ✤✧★ ✩★ ✪ ★ ✫ ✤✥✬ ✭✪ ✭ ✬ ✢✮ ✯ ✥✰✱★✧ ✰★✫✭✬ ✯ ✥✯✭ ✩ ★ ✫ ✲ ✥✪✭ ✤✭ ✪ ✣✳ ✰★ ✫✭ ✬ ✴ ✫★ ✵ ✱✬ ✱ ✤✥✬✶✥ ✲★✲✷★ ✬ ✤✥✬ ✭ ✪✭ ✬ ✬✶★ ✷✦✬ ✰✪★✷✯✱✩ ★ ✬ ✸✦✵✭ ✤✥✩★ ✪ ★ ✫

y

★✬✹ ✩✱✧ ✦✤ ✧★✷★ ✬✺✻✥✯✭★ ✱ ✩ ✥✬✹★✬✷✦✬ ✯ ✥ ✧✤ ✥✬ ✭ ★✤✥✬✭ ✪ ✭ ✰✼✦✵✩ ✤★ ✬✩★ ✬✽★ ✵ ✰

z (2007) dalam Wahjudi (2008),

menyatakan dalam teorinya

✾ ✿ ❀❁❀❂ ❃❄✿ ❀❁

tubuh dan selnya mengalami kerusakan

karena sering digunakan dan disalah gunakan (

❅❆ ✿❁ ❇❈✿ ❀❂ ❃ ❀❉ ❇❈✿

). Fungsi organ

tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lainnya menurun karena toksin

di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein,

alkohol, nikotin, stres fisik dan emosional. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,

menyebabkan kurangnya efektivitas pembuluh darah

❊✿ ❁❋ ●✿❁

untuk penyaluran

darah, sering terjadi

❊ ❅❈❄ ❇❁ ❀❍ ■ ❋❊ ❅❄✿❂ ❈❋

. Tekanan darah meningkat diakibatkan

meningkatnya resistensi dari pembuluh darah

❊ ✿❁❋●✿ ❁

(Nugroho, 2000). Penurunan

sel otot jantung akibat menua, menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.

Dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimum dan fungsi lain jantung

juga ikut menurun. Pada lanjut usia tekanan darah akan naik secara bertahap,

elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50%

dibandingkan dengan orang muda berusia 20 tahun. Pada usia 90 tahun, curah

jantung menurun dan menimbulkan efek pada otot, paru, dan ginjal karena

berkurangnya arus darah ke organ tubuh (Wahjudi, 2008).

2.2.4 Prevalensi Gangguan yang Bersifat Kronis pada Lansia

Ada beberapa penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua

sesuai dengan tabel 1.


(29)

❏ ❑

Tabel 2.1.

▲ ▼◆ ❖P ◗◆ ❘ ❙ ❚❯P ❘ ❱ ❱ ❲P ❘

y

P ❘ ❱❳◆ ▼ ❙❚❨P ❩❬▼ ❭❘ ❚ ❙❪P❫P❴P ❘ ❙❚P

Masalah

% yang terkena

1

2

❵❛ ❜❛❝ ❜❝ ❞ ❡❢ ❣❤ ✐ ❥❤ ❦ ❧❢

♠♥ ❦♦ ♦ ♣♥ ❦❣❤ ❦ q❤ ❦♦ ♥ ✐♥ ❦ r❤ s♥ ❢❦♥❦t♥ ❦ ❥ ♣❦♦ ✉❢ ❦ ♣ ❧❢ ❥❢ ❧✈ ✐ ✇ ❦❢ ❧ ①❤ ❦ ♣ ✐♣ ❦♥ ❦②❝ ❞③❞ ♠♥ ❦♦ ♣♥❦❣♥q♥ ❥♣s♥❦♦

④⑤ ❑⑥ ⑦⑥ ⑦⑥ ❏⑥ ❏ ④ ❏ ❑ ✉ ♣⑧ ⑨❤ ✐⑩❶♥⑧ ❷❤✐❸⑦ ❹ ❹❺ ⑩❺❻

2.3 Hipertensi

2.3.1 Pengertian Hipertensi

❡❢❣❤✐ ❥❤❦❧❢ q❢q❤❼ ❢ ❦❢❧❢✈ ♥ ❦ ❧❤ ⑨♥ ♦♥ ❢ ❣❤❦❢ ❦♦✈ ♥❥♥❦ ❥❤ ✈♥❦♥ ❦ q♥✐♥❷ ❧❢ ❧❥ ✇s❢✈ ❏ ④❹ ⑧⑧❡♦ ♥❥♥♣ ❥❤✈ ♥❦♥❦ q❢ ♥ ❧❥ ✇s❢ ✈ ❧❤ q❢✈ ❢❥❦❽ ♥ ❺ ❹ ⑧⑧❡♦

(

① ✐❢ ❾❤ ❸ ⑦ ❹ ❹❿

)

❻ ➀❤ ❦ ♣ ✐ ♣❥ ➁ ♣ ❦♥❤ q❢ ❸ ✉ ♣❼ ✐❢ ♥q❢❸ q♥❦ ➀❢ ✐♥ ❥♥ ❷ ♣❦ ⑦❹❏ ❑❸❷ ❢❣❤✐❥❤ ❦ ❧❢ ⑧ ❤ ✐ ♣ ❣♥ ✈ ♥ ❦ ❧♣♥ ❥ ♣✈ ❤♥q♥♥ ❦⑧❤ q❢❧

y

♥❦♦ q❢ ❥♥ ❦ q♥❢ q❤ ❦♦♥❦ ⑧❤❦❢❦♦✈ ♥ ❥ ❦❽♥ ✈ ✇ ❦❥ ✐♥ ✈ ❧❢ ❣❤ ⑧ ⑨ ♣s♣❷ q♥✐♥ ❷ ♥ ✐ ❥❤✐❢ ❧❤ ❷ ❢ ❦♦ ♦♥ ❥❤✐ t♥q❢ ✐❤ ❧❢ ❧❥❤ ❦ ❧❢ ♥s ❢ ✐♥❦ q♥✐♥❷

y

♥ ❦♦ ⑧❤❦❢ ❦♦✈ ♥❥✈ ♥❦ ❥❤ ✈♥❦♥❦ q♥✐♥❷ ❻ ❡❢❣❤✐ ❥❤❦❧❢ ♥q♥s♥ ❷ ❣❤ ❦❢❦♦ ✈ ♥ ❥♥ ❦ ❥❤ ✈♥❦♥❦ q♥✐♥ ❷ ❧❢ ❧❥ ✇s❢✈ q♥ ❦ q❢♥❧❥✇s❢ ✈q❤❦♦ ♥❦✈ ✇ ❦❧❢ ❧❥❤ ❦ q❢ ♥ ❥♥ ❧❏ ④❹➂❺ ❹ ⑧⑧ ❡♦

(

➀♥ ✐

y

❸➃❢ s❼ ✐❢ q ❸➄♥✈ ✇ ⑨♣ ❧❸ ⑦ ❹❹⑥

)

2.3.2 Klasifikasi Tekanan Darah pada Hipertensi

➅❤ ✐❢ ✈ ♣ ❥ ❣♥ q♥ ❥♥ ⑨❤ s ⑦ q♥ ❦ ❑ ⑧❤✐♣ ❣♥✈ ♥ ❦ ❥♥ ⑨❤s ✈ s♥❧❢❼ ❢ ✈♥❧❢ ❷ ❢❣❤ ✐ ❥❤❦ ❧❢

y

♥ ❢ ❥ ♣ ❧❤ ⑨♥ ♦♥ ❢ ⑨❤ ✐❢ ✈ ♣ ❥ ⑩


(30)

➆ ➇

Tabel 2.2.

➈➉➊ ➋➌ ➍➌ ➎➊➋➌➏➐ ➎➊ ➑➊ ➑➒➊ ➓➊ ➔→➑ ➣→ ➎➒ ➐↔➊ ➋➊↕ ➋➌ ➊➙ ➛➏➊➔ → ➑➊ ➣➊ →➜ ➐➝➌ ➔

Kategori

Sistolic

(mmHg)

Diastolic

(mmHg)

1

2

3

➞➟➠ ➡➢ ➤ ➞➟➠ ➡➢ ➤➥ ➦➧ ➨ ➨➦ ➩➦➫ ➭➠ ➯ ➭➧ ➲ ➦

➥ ➦➧ ➨➳➢ ➯➆

(

➠ ➦➧ ➨➢➧

)

➥ ➦➧ ➨➳➢ ➯➵

(

➲ ➭➸➢➧ ➨

)

➥ ➦➧ ➨➳➢ ➯➺

(

➻ ➭➠➢ ➯

)

➼➆➺ ➽ ➆➺➽ ➾➆➺ ➚ ➆ ➇➽ ➾➆➪ ➚ ➆➶➽ ➾➆➹ ➚ ➘➆➴ ➽

➼➴➪ ➴➪ ➾➴ ➚ ➚➽ ➾ ➚ ➚ ➆➽ ➽ ➾➆➽ ➚ ➘➆ ➆➽ ➷➬ ➡➻ ➭➠➮➱➠ ➦✃ ➭❐➵➽ ➽ ➪ ➮➪ ➴ ➺ ❒

Tabel 2.3.

❮➌ ❰ ➐➓➣➐➑ ➋➌Ï➐➑ → ➓→ ➣➈ ➐➉Ð Ï❰ Ð ➎↕ Ï→ ➓Ñ➐➓➝➐Ò ➊

Kelompok Usia

Normal (mmHg)

Hipertensi (mmHg)

1

2

3

Ó➢

y

Ô➧➢➳➹ ➾➆ ➆➯Õ Ö➭ ➡➢×➢➆➵ ➾➆➹➯Õ Ø➭Ù➢➲➢➵ ➽ ➾➇➪➯Õ ➇➪ ➾➶➪➯Õ ➘➶ ➪➯Õ

➴ ➽Ú ➇➽ ➆➽ ➽Ú➶ ➽ ➆ ➆➪Ú➹ ➽

➆➵ ➽ ➾➆➵ ➪Ú➹ ➪ ➾➴ ➽ ➆➺ ➪ ➾➆ ➇➽Ú➴ ➪ ➆➪ ➽Ú➴ ➪

➚➽Ú➶ ➽ ➆➵ ➽Ú➴ ➽ ➆➺ ➽Ú➴ ➽ ➆➺ ➪Ú➚➽

➆ ➇➽Ú➚➽ ➾➆➶ ➽Ú➚➪ ➆➶ ➽Ú➚➪

➷➬ ➡➻ ➭➠➮➥➢ ➡ ➻➢

y

➟➧ ➨❐ ➵ ➽➽ ➽ ➮➚➇❒

Û➭➧➬ ➠ ➬➯ ÜÝ Þ ßà áÝ â ãâ ß áßäÝ â

Guidline Hypetension in Older People

➸➢ ➠ ➦

Scottish

Intercollegiate Guidelines Network

(

➵ ➽ ➽ ➹

)

❐ ➡➭➧ ➨➳ ➤➢ ➲➦å ➦➳➢➲➦➳➢➧ Õ➦➫ ➭➠ ➯ ➭➧ ➲➦ ➫➢➸➢ ➟➠ ➢➧ ➨➯ ➬ ➢➲➭ ➲➬ ➢ ➦➸➭➧ ➨➢ ➧➯ ➢ ➻ ➭➤➇❒


(31)

æ ç

Tabel 2.4

èéêë ìí îí ïëìíðí ñò óôòõ ìíñë öë÷ëõ ìí ë

Category

Sistolic (mmHg)

Diastolic (mmHg)

1

2

3

ø ù úûüý

þ ÿý ✁✂ ✄☎ ú✆☎ ✝ ✞ÿ ù✝ þ ù ☎ úü ✆☎✁✂ ✄☎ ú✆☎ ✝ ✞ÿ ù✝ ✟☎✠☎ú☎ ✁✂ ✄☎ú✆☎✝✞ÿ ù ✝

✡æ ☛☞ æ ☛☞ ✌æ ç✍ æ✎☞ ✌æ✏✍ ✑æ✒☞

✡✍☞ ✍ ☞ ✌ ✍✍ æ ☞ ☞ ✌æ ☞ ✍ ✑ææ ☞ ✓✔ ✕ ✖✗ ✘✙✟ ✚ù ✆✆ ÿ✞✁✛✝✆☎ ú✚ùý ý ü✜☎

Guidelines Network

✢✣☞ ☞✒✤

2.3.3 Etiologi Hipertensi

✓✗ ✥✔ ✦✧ ★✗ ✩✪ ✦✩ ✫✗✩✬✗ ✖ ✦ ✖✩ ✬✦ ✭✧✫✗✘✮✗✩✥✧ ★ ✦✫ ✦ ✮ ★✧✖ ✦✪ ✧ ✕✗✩✯ ✦★✧ ✭ ✧ ✫✗ ✘ ✮✗ ✩✥✧ ✥✗ ✰✔ ✩ ★✗ ✘ ★ ✦✩ ✫✘✧ ✕✗ ✘ ✱

essensial

✤✲✧ ✫✗ ✘ ✮✗ ✩✥✧✥✗✰ ✔ ✩ ★✗✘✦★ ✦✳ ✦✭✭ ✧✫✗✘✮✗✩✥✧

y

✦ ✩✪ ✥✔ ★ ✦✭ ★✧ ✰✗✮✦✭✔ ✧ ✫✗ ✩ ✬✗ ✖ ✦✖ ✩ ✬✦ ✥✗ ★ ✦✩✪ ✰ ✦ ✩ ✭ ✧ ✫✗✘✮✗ ✩✥✧ ✫ ✘✧ ✕✗✘ ✖✗✳✔✕ ★✧✰ ✗ ✮ ✦✭ ✔ ✧ ✥✗ ✴✦ ✘✦ ✫ ✦✥ ✮✧ ✫✗ ✩ ✬✗ ✖ ✦✖ ✩ ✬✦ ✤ ✵ ★ ✦ ✖✗ ✖✗ ✘ ✦ ✫✦ ✫✗ ✩ ✬✗✖ ✦✖ ✭ ✧ ✫✗ ✘ ✮✗✩✥✧ ✥✗ ✰✔ ✩ ★✗✘ ✕✗✩✔ ✘✔ ✮ ✓✗ ✮✧ ✦✶ ✦✩ ★✰ ✰ ✤✢✣☞ ☞✒✢✦✩ ✮✦ ✘✦ ✳✦✧ ✩ ✙

æ✤ ✓✮✗✩✷✥✧ ✥✦✘ ✮✗✘✧✪ ✧ ✩ ✯ ✦✳

✓✮✗ ✩ ✷✥✧✥ ✦ ✘ ✮✗✘✧ ✪ ✧ ✩ ✯ ✦✳ ✦ ★✦ ✳ ✦✭ ✥✔ ✦ ✮✔ ✰ ✷ ✩ ★✧ ✥✧ ★✧ ✕ ✦✩ ✦ ✮✗ ✘ ✯ ✦★✧ ✩ ✬ ✦ ✫✗✩✬✗✕✫✧✮✦ ✩ ✦✘ ✮✗✘✧

y

✦✩✪ ✕✗ ✕ ✦✥✷✰ ★✦ ✘ ✦✭ ✰✗✪ ✧ ✩ ✯ ✦ ✳✤✸✗✦ ★✦✦ ✩✧✩✧★ ✦✫ ✦✮ ★✧✫✗✘ ✖✦✧ ✰✧★✗✩✪ ✦✩✫✗✕ ✖✗ ★ ✦✭ ✦ ✩ ✦ ✮✦✔

dilatasi

✱✕✗ ✳✗ ✖ ✦ ✘✰ ✦✩ ✫✗ ✕ ✖✔ ✳✔ ✭ ★✦ ✘ ✦✭ ✦ ✘✮✗ ✘✧ ✤ ✹✦★ ✦

dilatasi

✢ ✥✗ ✖✔ ✦✭ ✮ ✦✖✔ ✩✪ ✺✳✗ ✰ ✥✧ ✖✗ ✳ ★✗✩✪ ✦ ✩ ✖ ✦ ✳✷ ✩ ✰✗✴✧✳ ★✧ ✔ ✯✔ ✩✪ ★✧✕ ✦✥✔ ✰ ✰ ✦ ✩ ✰ ✗ ★ ✦✳ ✦✕ ✦ ✘✮✗✘✧ ★✧ ✥✗✳✦ ✩✪ ✰ ✦✩✪ ✦ ✩ ✤ ✵ ✫✦ ✖✧ ✳✦ ✮✧✩★ ✦✰ ✦ ✩ ✧✩✧ ✪ ✦✪ ✦ ✳ ✕✗ ✩✔ ✘✔ ✩✰ ✦ ✩ ✮✗ ✰ ✦ ✩✦ ✩ ★✦ ✘✦✭ ✕ ✦✰ ✦ ✮✧ ✩ ★ ✦✰ ✦✩✥✗ ✳ ✦✩ ✯✔ ✮ ✩✬ ✦

y

✦✧✮✔★✗✩✪ ✦ ✩✫✗✕✖✗✘✧ ✦ ✩✷ ✖ ✦✮✤


(32)

✻ ✼

✽✾ ✿❀ ❁❀ ❂❁❃❄ ❅❀❂

❆❇❄❈❇ ❉❃❊❀ ❁❀❁❀❂ ❁❃❄ ❅❀❂ ❋❃❀●❀ ❄❍❀ ❅■❁❀ ❏❇❉❂■ ❏❇ ❉❀❑❀❊❀❄ ❊❇ ▲❀ ❄❀ ❄ ❈❀❉❀▼ ❊❃❄ ❁ ❁❃✾ ◆❇ ▲❀❄ ❀❄ ❈❀❉❀▼ ❊❃❄ ❁❁ ❃❊❇ ❉■ ❊❀❖❀ ❈❃●❇ ❋❀❋▲❀❄P❂❇ ▼▲❇❁❀ ❁❀ ❂❀❄❁ ❃❄ ❅❀ ❂❈❀ ❂❀❖ ❖❇❄ ❁❀❊ ■❉ ❅■ ❖❂❀▼❁❀❉❀❖❈❀ ❄❀❃❉❈❀ ❂❀❖❊■ ❋■▼✾

◗✾ ❘❇❂❇❋❃▼❀ ❄❙ ❚❯❱ ❲❯ ❳ ❙❱ ❨❩ ❙ ❳

❆❇❄❍❇ ❋❀❋❊❇ ▲❀❄ ❀❄ ❈❀❉❀▼ ❊❃❄ ❁ ❁ ❃❂❀❃❄ ❄❍❀ ❀❈❀❂❀▼ ▲ ❇❂❇❄ ❅❀❉ ❱❲ ❯ ❳ ❙❱ ❨

.

❘❇❂❇❄ ❅❀❉❱ ❲ ❯ ❳❙❱ ❨ ❊ ❇❉ ❈❀❏❀❊❈❃❀❊❀●●❇❊❃❀❏❁❃❄ ❅❀❂✾❘❇❂❇❄ ❅❀❉❱ ❲❯ ❳ ❙❱ ❨ ❖❇ ❖ ❏■❄❍❀❃❂❀❏❃●❀ ❄ ❈❀ ❂❀❖❈❀❄❂■❀❉

y

❀❄ ❁ ❈❀❏ ❀❊ ❖❇❄ ❁❇❂■❀❉▲❀❄ ❋❇❉ ❋❀ ❁❀ ❃▼ P❉ ❖P❄ ▲ ❇ ❈❀ ❂❀❖❀❂❃❉❀ ❄ ❈❀❉❀▼✾ ❬❀ ❁ ❃❀❄ ❈❀ ❂❀❖ ▲ ❇❂❇❄ ❅❀❉ ❈❃●❇ ❋■ ❊ ❭ ❳❲ ❪ ❨❱

y

❀❄ ❁ ❖❇❄ ❁❇❂■❀❉ ▲❀❄ ❱❲ ❯ ❳ ❙❱ ❨❩ ❙ ❳✾ ❫❲ ❯ ❳❙❱ ❨❩❙ ❳ ❈❀❏❀❊ ❖❇❄ ❃❄ ❁▲❀❊▲❀ ❄ ❈❇❄❍■ ❊ ❅❀ ❄❊■❄ ❁✾ ❴❇❂❀❃❄ ❃❊ ■ ❭ ❳❲ ❪ ❨❱ ❅■❁❀ ❖❇❄ ❁▼❀●❃❂▲❀ ❄ ▼ P❉ ❖ P❄ ❙ ❚❯❱❲ ❯ ❳ ❙❱ ❨❩❙❳ ❀ ❄ ❁

y

❅■❁❀ ❖❇❄❍❇ ❋❀❋▲❀ ❄ ▲ P❄❊ ❉❀▲ ●❃ P❊ P❊ ❀❉❊ ❇❉❃ ❈❀❄ ❖❇❄ ❃❄ ❁▲❀❊ ▲❀ ❄ ❊ ❇▲❀❄ ❀ ❄❈❀❉❀▼✾

❵✾ ❴❃❄❈❉ P ❖❛ ❜❪❝❩ ❙❞❈❀ ❄❱ ❨❲ ❚❝ ❡❳❯ ❚ ❙❩❝❭❳

❴❃❄❈❉ P❖ ❃❄ ❃ ❖❇❉ ■ ❏❀▲❀ ❄ ●■❀❊■ ▲❇❀❈❀❀ ❄ ❀▲❃❋❀❊ ❀❈❀ ❄❍❀ ❊■ ❖P❉ ❀❊❀■ ❏❇ ❉❊ ■ ❖ ❋■ ▼❀ ❄

y

❀❄ ❁ ❋❇ ❉❂❇❋❃▼❀❄ ❈❀❉❃ ❂❀❏❃●❀ ❄ ❂■❀❉ ▲❇❂❇❄ ❅❀❉ ❀❈❉ ❇❄ ❀ ❂✾ ❆❀❈ ❀ ▲❇❀❈❀❀ ❄ ❃❄ ❃ ❈❃▼❀●❃ ❂▲❀❄ ▼ P❉ ❖ P❄ ●❊❉ ❇● ❂❀ ❃❄ ❀

y

❃❊■ ❢❚❯❡❩❝❚ ❨ ❀❊❀■ ▼ P❉ ❖P❄

y

❀❄ ❁ ❈❃●❇❋■ ❊ ❱ ❨❲ ❚❝ ❡❳❯ ❚ ❙ ❳ ❀❃❊■

y

▼ P❉ ❖ P❄ ❀❄ ❁

y

❖❇❄ ❁❀▲❃❋❀❊▲❀❄ ❁❃❄ ❅❀❂ ❖❇❄❀▼❀ ❄ ❁❀❉❀❖ ❈❀ ❄ ❖❇❂❇❏❀●▲❀ ❄ ▲❀❂ ❃■ ❖✾ ◆❇ ❉❂❀❂■ ❋❀❄❍❀▲❢❚❯❡❩❝❚❨❈❀❏❀❊❖❇❄❍❇❋❀❋▲❀ ❄❛❪❝ ❜❩ ❙❞●❃❄❈❉ P ❖

y

❀❄ ❁❖❇❄ ❁❀▲❃❋❀❊▲❀ ❄ ❏❇❉ ❊❀❖ ❋❀▼❀ ❄ ❋❇❉❀❊ ❋❀❈❀❄ ❀❖❀❊ ❣❇ ❏❀❊❤ ❊ ❇ ▲❀ ❄❀ ❄ ❈❀❉❀▼ ❊❃❄ ❁ ❁❃ ❈❀❄ ▲❀❈❀ ❄ ❁ ❖❇❄❍❇❋❀❋▲❀ ❄ ❈❃❀❋❇ ❊❇●✾ ❆❉ P❈■ ▲ ●❃ ❱ ❨❲ ❚❝ ❡❳❯ ❚ ❙❳ ❖❇❄ ❁❀▲❃❋❀❊▲❀❄ ❁ ❃❄ ❅❀ ❂ ❖❇❄ ❀▼❀❄ ❁❀❉❀❖ ❈❀ ❄ ❖❇❂❇❏❀●▲❀❄ ▲❀❂●❃■ ❖

y

❀❄ ❁ ❋❇❉❂❇ ❋❃▼❀❄ ●❇ ▼❃❄ ❁❁❀ ❊❇ ▲❀❄ ❀❄ ❈❀❉❀▼ ❄ ❀ ❃▲ ❈❇❄ ❁❀❄ ▲❀❈❀❉ ▲❀ ❂ ❃■ ❖

y

❀ ❄ ❁ ❉ ❇❄❈❀▼ ❈❀ ❂❀❖ ❈❀❉❀▼✾ ❘❀❈❀❉ ▲❀❂❃■ ❖

y

❀❄ ❁ ❉ ❇❄❈❀▼ ❖❇❄ ❃❖❋■❂▲❀ ❄▲ ❇❂❇ ❖❀▼❀ ❄ P❊P❊❈❀❄▼❃ ❂❀ ❄ ❁❄❍❀ ▲ ❇ ❖❀❖❏■❀ ❄❖❇ ❖❇▲❀❊ ▲❀ ❄❀❃❉●❇❄ ❃✾


(33)

✐ ❥

❦❧ ♠♥ ♦♣ q♣ ♥

♠♥♦♣ q ♣♥ r s♦t s✉♦t✈ r ✇ ✈① t ✈ r s②✉ ③ ✇② ④ tr t ① s ✈⑤ t♥ ② ✇qs✈① ① t ⑥ ✇⑥t⑦ ⑧ ④ ✇ ✈① ✇♥⑧ t③ t✈ ⑨⑩❶ ❶ ❷❶

y

t✈① t♦t✈ ⑥✇③ t✈① ② t✈① ❸ ❶ ❹ ❷❺ ❻ ⑩❶ ❼❷❶ ❽

y

t✈① t♦t ✈ ⑥✇③ t ✈① ②t ✈① ④ ✇✈① ✇♥⑧ t③ t ✈ ❸ ❶ ❹❷❺ ❻⑩❶ ❼❷❶❽❽r sqt✉ s

y

t ✈①r t④ t✉⑥✇ ✈❾ ✇❿ t ❿♦t✈♦✇✈ ts♦t ✈✉✇♦t ✈t ✈r t③ tq❧

➀❧ ➁✉③ ✇②

➁✉ ③ ✇ ② r t④ t✉ ⑥✇ ✈s ✈①♦t✉♦t✈ ✉✇♦t✈ t ✈ r t③ tq r t♥t⑥ ⑤ t ✈①♦t ➂t♦✉⑧ ④ ✇ ✈r ✇♦ r ✇✈① t ✈ ⑥✇ ✈① t♦✉s➃♦t ✈ ❿ t① s t✈ ♣✉ t♦ r t ✈ ②s ②✉ ✇ ⑥ ② t③ t➃

y

t ✈① ⑥✇ ✈① ✇ ✈r t♥s♦t ✈ ✉ ✇♦t ✈t ✈ r t③ tq ②✇⑦ t③ t ♣✉♣⑥t✉s②❧ ➁✉ ③ ✇ ② t♦t✈ ⑥✇ ⑥❿ ⑧t✉ ②s ②✉ ✇ ⑥ ♦♣♣③ r s ✈ t②s ➃ s②s♣♥ ♣① s ② ✉ ⑧ ❿ ⑧q ⑥✇ ⑤tr s ✉sr t♦ ✉✇③ t✉ ⑧③ ✉ ✇③ ⑧✉t⑥t ④ ✇♥✇④ t②t ✈ q♣③ ⑥♣✈ ❸ ➄ ⑨⑩❶ ❸ ➅ ❷❶ ⑩

,

➆❺ ⑨ ❻❷ ❼❺➅

,

⑩➇ ❷❶ ⑩ ➇➈ ⑨❷❶ ⑩ r t ✈ ❶ ❺ ⑨⑩➇➈ ❷❶ ⑩ ➇⑨❷❶ ⑩

.

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi

➉t④♥t✈

(

➊➋✐➋

)

➌ ⑥✇ ✈ ❾t✉ t♦t ✈ ❿ ✇❿ ✇③ t④ t ➃ t♦✉♣③

y

t✈① ❿ ✇③ ④ ✇③ t ✈ r t♥t ⑥ ④ ✇ ✈① ✇ ✈r t♥st ✈ ✉✇♦t✈ t ✈r t③ tq

y

t ✈① ⑥✇ ⑥④ ✇ ✈① t③ ⑧qs③ ⑧ ⑥⑧ ②r t②t③ ➍

➎✇♦t✈ t✈r t③ tq

= Curah jantung x Tahanan

➏⑩⑨❷➐⑩⑨

.

Mekanisme patofisologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi

⑩ ❼❼⑩❶ ❼❷❸➅

antara lain:

1. Curah jantung dan tahanan

➇ ⑩⑨❷➐⑩ ⑨

Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang berpengaruh pada

peningkatan konsentrasi kalsium

❷❶ ❻⑨❸ ❼⑩➅➑➅ ⑩ ⑨

. Peningkatan konsentrasi otot halus

ini semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang

mungkin dimediasi oleh

❸ ❶ ❹ ❷❺ ❻ ⑩❶ ❼❷❶

yang menjadi awal meningkatnya tahanan


(34)

➔ →

➣↔ ↕➙ ➛➜ ➝➞➟ ➠➡ ➢➡

-

➤➡ ➥ ➢➦ ➧➨ ➠➡➧ ➢➡

➩➙➫ ➭➯ ➲➞➝➫ ➳ ➵➫➜➸ ➵ ➲ ➜ ➝➺➯ ➫➯ ➫ ➻➯ ➸➯ ➼ ➞ ➝➲➯ ➲➽➙➾➝➫ ➳➯➜➽ ➸➯➫➚ ➵ ➲➽➞ ➝ ➪➯➙➸➯➫ ➠➶➧➨➹➘➧ ➠➴ ➷➴➠➹ ➻➯➫ ➛➝➺ ➸➝ ➛➙ ➹➠➡ ➢➡➬ ↕➙ ➛➜ ➝➞ ➹➠➡ ➢➡

-

➘➡ ➥ ➢➦ ➨ ➠➡➧➢➡ ➞ ➝➸➽ ➾ ➯ ➺➯ ➫ ➛➙ ➛ ➜➝➞ ➝➫ ➻ ➵➺ ➸➙➫ ➯ ➫ ➳

y

➾➝➫➜➙➫ ➳➻➯ ➲➯➞➾➝➫ ➳ ➵➫➜➸ ➵ ➲➯ ➫ ➜ ➝➺➯➫ ➯ ➫➻➯➸➯➼ ➬➮➝➫➙➫ ➻➙ ➛➝➺➸➝➛➙ ➵➲➝➼ ➱ ➷➶➧➨➘➥➴➦✃➠➹ ➷➴ ➷➧ ➘❐ ➘➹ ➘➡ ➨➷➧ ➳➙➫ ➭➯➲ ➛➝❒➯➳ ➯➙ ➸➝ ➛➾ ➵➫ ➳ ➲ ➵➞➝➸➽ ➲➽➛ ➷➡❮➠➹ ❐➠➹❰ ➷➧ ➢➦➡ ➯➜➯➽ ➾➝➫ ➽ ➸➽ ➫ ➯➫ ➯➛➽ ➾➯ ➫➯➛➽ ➾➯ ➫➳ ➯ ➸➯➞Ï➯➜➯➽ ➾➽ ➫ ➸➝ ➛➾ ➵➫➻➯➸➙➛➙➛➜➝➞➛➯➸➯ Ð➛➙➞➾ ➯➜➙➺ ➬

Ñ➝➺➯ ➫➙➛➞ ➝ ➜➝➸➭➯➻➙➫ Ò➯ ➼➙➾➝➸➜➝➫➛➙➯➻➯➲➯ ➼ ➞➝➲➯ ➲➽➙ ➜➝➸❒➝➫➜➽ ➺➫ Ò➯ ➘➡ ➥ ➢➦ ➨ ➠➡ ➧ ➢➡ Ó Ó ➻➯ ➸➙ ➯ ➫➳➙➵➜ ➝➫➛➙➫ Ô ➵ ➲➝➼ ➤➡ ➥ ➢➦ ➨ ➠➡ ➧ ➢ Ó

-

Õ➦ ➡Ö➠➹➨➢➡➥ ×➡ØÙ ✃➠

(

ÚÛ Ü

)

➬ ÚÛ Ü ➞ ➝➞ ➝➳ ➯ ➫➳ ➾➝➸➯ ➫➯ ➫ Ð➙➛➙➵➲ ➵➳➙➛ ➾➝➫➜➙➫ ➳ ➻➯➲➯➞ ➞ ➝➫➳ ➯➜➽ ➸ ➜➝➺➯ ➫➯ ➫ ➻➯➸➯➼ ➬ Ý➯ ➸➯ ➼ ➞ ➝➫ ➳➯ ➫ ➻➽ ➫ ➳ ➘➡ ➥ ➢➦ ➨ ➠➡➧ ➢➡ ➦➥ ➠➡➯➫ ➳

y

➻➙ ➾ ➸➵ ➻➽ ➺➛➙ ➼ ➯➜➙Ï

y

➯➫ ➳ ➵ ➲➝➼➼ ➵ ➸➞➵➫ ➹➠➡➡ ➢➡

(

➻➙➾ ➸ ➵ ➻➽ ➺➛➙➵ ➲➝➼ ➳➙➫ ➭➯ ➲

)

➯➺➯➫ ➻➙➽ ❒➯ ➼ ➞ ➝➫ ➭➯ ➻➙ ➘➡ ➥ ➢➦ ➨ ➠➡ ➧ ➢➡ Ó

(

❮➠➶ ➘❐➠❐➨ ➢❮➠ ➯ ➫➳

y

➜➙➻➯ ➺ ➯ ➺➜➙Ð

)

➬ ➤➡ ➥ ➢➦ ➨➠➡ ➧ ➢➡ Ó Ó ❒➝➸➾ ➵➜ ➝➫➛➙ ❒➝ ➛➯ ➸ ➞ ➝➫➙➫➳ ➺➯➜➺➯➫ ➜➝➺➯ ➫➯ ➫ ➻➯➸➯➼ ➺➯➸➝➫ ➯ ❒➝➸➛➙Ð➯➜ ➛➝❒➯➳ ➯➙➚➯➛➵➺ ➵➫➛➜➸➙➺➜➵ ➸➞➝➲➯ ➲➽➙➻➽➯➭➯ ➲➽ ➸Ï➯➙ ➜➽

y

Þ

➯ ➬ Ñ➝➫➙➫ ➳ ➺➯➜➺➯ ➫ ➛➝➺ ➸➝➛➙ ➼ ➵ ➸➞➵➫ ➤➡ ➨➢ß➢➷➹➠➨➢➶ à➦➹ ✃➦➡ ➠

(

ÚÝá

)

➻➯➫ ➸➯➛➯ ➼ ➯ ➽➛➬ ÚÝá ➻➙➾ ➸ ➵ ➻➽ ➺➛➙ ➻➙ ➼➙➾ ➵➜➯➲➯➞➽➛ ➻➯ ➫ ❒➝➺➝➸➭➯ ➾ ➯ ➻➯ ➳➙➫ ➭➯➲ ➽ ➫➜➽ ➺ ➞ ➝➫➳ ➯➜➽ ➸ ➵➛➞➵ ➲➯➸➙➜➯➛ ➻➯ ➫➚ ➵ ➲➽➞ ➝➽ ➸➙➫ ➬ Ý➝➫ ➳➯ ➫ ➞ ➝➫➙➫➳ ➺➯➜➫ Ò➯ ÚÝáÏ ➛➯ ➫➳ ➯➜➛➝➻➙➺➙➜➽ ➸➙➫

y

➯ ➫ ➳ ➻➙ ➝➺➛➺ ➸➝ ➛➙➺➯ ➫ ➺➝ ➲➽ ➯➸ ➜➽ ❒➽ ➼ ➛➝➼➙➫ ➳➳ ➯ ➽ ➸➙➫ ➞ ➝➫ ➭➯ ➻➙ ➾➝➺➯➜ ➻➯ ➫ ➜➙➫ ➳ ➳➙ ➵➛➞➵ ➲➯➸➙ ➜➯➛➫ Ò➯➬ â➫➜➽ ➺ ➞ ➝➫ ➳➝➫ ➪➝➸➺➯➫ Ï ➚ ➵ ➲➽➞➝ ➪➯➙➸➯ ➫ ➠➶➧➨➹ ➘➧➠➴➷➴➠➹ ➯ ➺➯ ➫ ➻➙➜➙➫ ➳ ➺➯➜➺➯➫ ➻➝➫ ➳➯ ➫ ➪➯ ➸➯ ➞➝➫ ➯ ➸➙➺ ➪➯➙➸➯ ➫ ➻➯➸➙ ❒➯➳➙➯ ➫ ➢➡ ➨➹ ➘➧ ➠➴➷➴➠➹ ➬ Ú ➺➙❒➯➜➫ Ò➯ ➚ ➵ ➲➽➞ ➝➻➯ ➸➯➼➞ ➝➫➙➫ ➳ ➺➯➜➛➝➼➙➫➳ ➳➯ ➞ ➝➫➙➫ ➳ ➺➯➜➺➯➫➜➝➺➯➫ ➯➫➻➯ ➸➯➼ ➬

❒ ➬ Ñ➝➫➛➜➙ ➞➽ ➲➯➛➙ ➛➝➺ ➸➝ ➛➙ ➘➴ ❮➦ ➧➨ ➠➹➦ ➡ ➻➯➸➙ ➺➵ ➸➜➝➺➛➯➻ ➸➝➫➯➲➬ ➤➴ ❮➦ ➧➨ ➠➹➦ ➡ ➞ ➝➸➽➾ ➯➺➯ ➫ ➼ ➵ ➸➞➵➫ ➛➜ ➝➸ ➵➙➻ ➯ ➫ ➳

y

❒➝➸➾➝➸➯ ➫ ➾➝➫➜➙➫ ➳ ➾ ➯ ➻➯ ➳➙➫ ➭➯➲➬ â➫➜➽ ➺ ➞➝➫ ➳➯➜➽ ➸ ➚ ➵ ➲➽➞ ➝ ➪➯➙➸➯➫➠➶➧➨➹ ➘➧ ➠➴➷➴➠➹ Ï ➘➴❮➦ ➧➨➠➹➦➡ ➯➺➯ ➫➞ ➝➫➳ ➽ ➸➯ ➫ ➳➙ ➝➺➛➸➝ ➛➙ã➯➪➲

(

➳➯➸➯➞

)

➻➝➫ ➳ ➯➫


(35)

ä å

æ çè ç éêè êçë ìíè î ìï ð ñ ç ò çè ï ó ôë ôõ ôì öï ð÷ ç õø ùçï ú ð ñç ú í ðìê ðóè ç ìï ùçûõ ç úç ð òïêðæêè ú çð úê éë ç õï ò êð öç ð æçè ç é êðï ð öú çó ú ç ð üíõ ô éê æ çï è ç ð ýþ ÿ✁✂ ÿý✄☎ ✄ ý✁

y

ç ð öî çò çöïõï è çð ð ñç çú çðéêðïðö ú çóú çðüí õô éêò çè ç✆ò ç ðó ê úç ðç ðò çè ç✆ø ✝ø ✞ï ìóêé ìçè ç✟íó í ð íé

✞ï è ú ô õç ìï ìïìóêé ìçè ç✟ ìï éî çóïú ò çî çó éê ðñ êë çë ú ç ð ✠✂ ÿ✡þ ✡ ☛ ÿ✁☞þÿ☞ ò ç ð ✌ ☞ ✄✂✂ ÿ☞ çèóêè ïí õø ✞ï ìóêé ìçè ç✟ íóí ðí é ïðï éê éî ôð ñ çï î êè ç ð

y

ç ð ö î êðó ï ð ö ò çõ çé éê éî êè óç✆çð ú çð ó ê ú çð çð ò çè ç✆ø ✍ïî êè ó ê ð ìï ò çî çó ó êè÷çò ï ú çè êð ç ï ðóêè çú ìï çðó çè ç ìïìó ê é ìçè ç✟ íó í ð íé ò çð ìïìóêé ✁ ý ☛☞☛

-

✂ ☛✎ ☞✡ ý ☛ÿ☞☛ ë êè ìç éç✏ìç éç ò ê ðö çð ✟çúóíè õ çïðóêè éç ìô úð çó è ï ô é✑üíõ ô éêìïè ú ô õç ìïò çðë êë êè çî ç✆íè éí ðø

✒✓ ✔☞ ÿ✕☎ ☛✎ÿ☞ý☛✌ ✡ ý✄☞☎ ✖

✗ê éë ôõ ô✆ ò çè ç✆ ìê õê ðò íó ê õé êéî ô ð ñçï î êè ç ð

y

çð ö î êðóïðö ò çõ çé î êð öí ðóè í õç ð î êéë ô õ ô✆ ò çè ç✆ ÷ ç ðó ô ð ö ò ê ð öç ð éê éî è íò ô ú ìï ìê÷ôé õç✆ ✠✂ÿ✡ ✂þ☞✕ õ íú çõ

y

çïóô éí õ êú ô õ í úìï ò ç ðïóè ï ó ò çð ✘ý✘☞ ✌ ý ý☛✌ ✡✙ý✄☞☎ ✖ø ✔☞ ÿ ✕☎ ☛✎ ÿ☞ ý☛✌ ✡✙ý ✄☞☎ ✖ ë ç ð ñç ú óêè ÷ çò ï î çò ç ú ç ìô ì ✆ï î êè ó ê ð ìï î è ï éêè ø ✞êæ çè ç ú õï ðï ì î êð ö íë çó ç ð ò ê ðö çð ç ðó ï✆ï î êè ó ê ðìïéê ðô ð÷ ô ú úç ðî êèë çïú çðöç ð öö ôç ðîè íò ô ú ìïò çè ïí úìïò çðïó è ïó ø ✚ ø✞ôë ìóçð ìï✠✂ÿ✡ ✂þ ☞ ✕

✛ çð ñ çú ìï ìóêé ✠✂ ÿ✡ ✂þ ☞✕

y

ç ðö éê éî êð öçè ô✆ï óè çð ìî íè ð çóè ï ô é ò çõ çé éê éî êè óç✆çð ú çð ó ê ú çð çð ò çè ç✆ ò ç õç é ú êçò ç çð ð íè é çõø ✛è çòïúï ðï ð éêè ôî çú ç ð ✠✂ ÿ✡✌ ☞ ✄✂✡ ✁

y

ç ð ö î íó ê ðìï çõ✑ ë êöïóô ÷ ô öç ê ðò íó✆êõï ð ø ✜ ðò íó✆êõï ð ò çî çó éê ðï ð öú çó ú ç ð ìê ðìï✟ïóçì ö çè çé î çò ç ó ê úç ðç ð ò çè ç✆ ìêè ó ç é êð öç úóï✟úç ð ìïìó ê é ✁ ý ☛☞ ☛

-

✂ ☛✎ ☞✡ ý ☛ ÿ☞ ☛ õ í úç õø ✢✁ý✁ ☞✂ ✄ ☛✂✁☞ ☎ ✁ý☞✣ ✘ý✘☞✌ ý éêè ôî çú çð ✆íè éí ð

y

çð ö ò ïî è íò ô ú ìïò ï çó è ï ô é÷ç ðóôð öò ç õç ééêè êìî í ðî êðï ð ö úçó ç ð üí õô éêò çè ç✆ø✍çõïðï


(36)

✤ ✥

✦✧ ★✧ ✩ ✪✫✬ ✭✬ ✮ ✯✧ ✩ ✯✧✬ ✫ ✯✰✯ ✱ ✫✰✭ ✮ ✧✱✧✪ ✦✧✬ ✧ ✭ ✱ ✦✧ ✱✭ ✮✭ ✬ ✲✧ ✳

y

✧ ✬✮ ✧✯✴✭✱✧

y

✦✧ ★✧✩ ✪✫✬ ✭✬ ✮ ✯✧ ✩ ✯✧ ✬✱ ✫✩✫✬ ✰✭✵✧✭✱✧ ✬ ✦✧ ✬✴ ✭★✫ ✱✩ ✫✬ ✰✭✶

✷✶ ✸✭ ★ ✫✱ ✯✹✧✮✺✳ ✧ ✰✭

✻✧✰✭ ✫✬✦✫✬✮ ✧ ✬✴✭★ ✫✱✩ ✫✬ ✰✭✪✫ ✪★ ✫✱✳ ✭✴ ✧✩✯✧ ✬ ✯✫✩✭✦✧✯✬✹✱ ✪✧ ✳✧ ✬✦✧✱✭✦✭✬ ✦✭✬ ✮★✫ ✪✼✺✳✺✴ ✦✧ ✱✧ ✴

(

✽ ✾ ✿❀❁ ❂ ❃ ✿✾ ❄ ❂✽ ❅ ❆ ❇❄ ❈✾❁ ❉ ✧✩ ✧✺ ✯ ✫ ✱✺✰✧✯✧ ✬ ✰✫✳ ✫✬ ✦✹✩ ✴ ✫✳✭✺✪

)

❊ ✯ ✫✩ ✭ ✦✧ ✯✬✹✱ ✪✧ ✳✧ ✬ ❋✧✯✩✹✱✴✹✪✫✹✰✩✧ ✩ ✭ ✰❊ ★✳✧✩✫✳✫✩❊ ❋✭✼✱✭ ✬✹✳ ✭ ✰✭ ✰✶ ✸✭ ★ ✫✱✩✫✬ ✰✭ ✦✭ ✧✬ ✮✮ ✧ ★ ✦✧ ★✧ ✩ ✪✫✬●✫✼✧✼✯✧✬ ★ ✱✹✩✹✪✼✹✩ ✭ ✯ ✦✧ ✬ ✴✭★✫ ✱ ✯✹✧ ✮✺✳ ✧ ✰✭

y

✧✬ ✮ ✰✫ ✪✧✯✭ ✬ ✳ ✧ ✪✧ ✧✯✧ ✬ ✰✫ ✪✧ ✯✭✬ ★✧✱✧ ✴ ✦✧✬ ✪✫ ✱✺✰✧ ✯✹✱✮ ✧✬✩✧✱✮ ✫✩✶


(37)

❍ ■

Gambar 2.1

❏ ❑▲ ▼◆ ❖ P◗ P◆ ❘◆ ❙ P ❚P❯ ❱❲ ▼❱❳◗ P ❨❱❩▲❳P◗ ❬ ❱ ❭P◗ ▼❱❬ ❪❫ ❴❵❴

-

❛❴ ❜❵ ❝ ❞❫ ❴❡❵ ❴

(

❢ ❣ ❤✐❥ ❦ ❧♠ ❣♥ ♦♣

&

q❣❦ r s❥rst ♥✉ s✈ s✇♣ ① ② ③ ③ ④♦ srs ❤q❣❦⑤ s❥♦ s❦ ① ② ③ ⑥ ③

)

⑧❱ ❩▲ ❳▲ ❳ ▲ ❳ ❙

y

⑨P⑩❶▼❶ ❷❩▲❳ ❶❳ ▼❶❩ ❬ ❱❳ ❙▲ ❘ P❲ ❩▲ ❳ ⑨▲ ❲ ▲❷ ❬ ❱ ❘▲❘❶P ◗ P◗▼❱❬ ◗ P❲ ❩❶❘▲◗P ⑨P❘▲ ❩❶❩▲❳ ◆ ❘ ❱❷ ▲ ❩◗ P ❬ ❱❬◆ ❬ ❯▲ ⑨▲ ❲ P ❸▲ ❳ ▼❶❳ ❙

(

❹ ❺❻ ❼❵❺❹ ❝❽❞❾ ❽❞

)

⑨▲❳ ⑨ ❶❩❶❳ ❙▲❳ ⑨▲❲ P ▲ ❲ ▼ ❱❲ P

(

❾❫❻❵❾ ❿❫❻❺➀❻❫ ❡❵❡ ❞❺❴❹❫

)

❏➁❶❳ ❙◗P❩❱❲❸▲ ❬▲◗ P ❳❙➂❬▲ ◗ P❳ ❙❯ ❱ ❳❱ ❳▼❶ ▼❱ ❩▲❳▲ ❳⑨▲❲ ▲❷

❪❫ ❴❵❴

❛❴ ❜❵ ❝ ❞❫❴❡❵ ❴➃

❛❴ ❜❵ ❝ ❞❫ ❴❡❵❴➃➄❝❴➅❫❻❞❵❴ ❜➆❴➇➈➉❫

(

)

❛ ❴❜❵❝❞❫ ❴❡❵❴➃ ➃

↑ Sekresi hormone ADH rasa

haus

Stimulasi sekresi aldosteron

dari korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas

↓ Ekskresi NaCl (garam)

dengan mereabsorpsinya di

tubulus ginjal

Mengentalkan

↑ Konsentrasi

NaCl di pembuluh

darah

Menarik cairan intraseluler →

ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑

volume ekstraseluler

Volume darah ↑

↑ Volume

darah

Tekanan darah


(38)

➊➊

➋➌ ➋ ➍ ➋➎ ➏➌ ➐ ➑➒ ➓ ➔ ➋ → ➣ ➏➔ ➋➌ ↔ ➏➒ ➑↕ ➙ ➋ ➍ ➑➒ ➋ ➛ ➏➒ ➛ ➑➐ ➑➋ ➜ ➑↕ ↔ →➒

y

➑➌ ➐ ↕ → ➝➎ ➣➏↕➙ ➞ ➟➋➎ ➏➒↔➏➌➙ ➋ ➙ ➏➙➓ ➌➐ ➐➓ ➔➌

y

➑ ➝➏➒➓ ➎ ➑↕ ➑➌ ➑➛ ➌ →➒ ➝➑ ➣➋↔ ➑➙ ➍ ➑➒ ➋ ➜➑↕ ↔→ ➒ ➠➜ ➑↕ ↔→ ➒ ↔ ➏➒ ➙ ➏➛ ➓↔➡

y

➑➌ ➐ ➍ ➋ ↔ ➑➌ ➍ ➑ ➋ ➍ ➏➌ ➐ ➑➌ ➎ ➏➌ ➋➌ ➐↕ ➑↔➑➌ ➢➓ ➒ ➑➔ ➤➑➌ ↔➓ ➌ ➐ ➍ ➑➌ ➥ ➑↔ ➑➓↕ ➏↔➑➔ ➑➌ ➑➌ ➦➧ ➨➩ ➫➧➨➭➯➞ ➲➏➣ ➏➌ ➐↕ ➑➎➌➑

y

➍ ➑➎ ➑↔➍ ➋➣ ➋➔ ➑↔➎ ➑➍ ➑➛ ➑➐ ➑➌ ➞

Gambar 2.2

➞➳➑↕↔ → ➒

y

➑➌ ➐➵ ➏➝➎ ➏➌➐ ➑➒ ➓ ➔ ➋➸➏↕ ➑➌ ➑➌➺ ➑➒ ➑➔

(

➻➼ ➽➾ ➚➪ ➶➹➘ ➴ ➷➘ ➬ ➮➱ ✃❐ ✃

)

2.3.5 Faktor Risiko Hipertensi

➳➑↕↔ → ➒ ➒ ➋➙ ➋↕→ ➎ ➑➍ ➑ ➎ ➑➙ ➋➏➌ ➍ ➏➌ ➐ ➑➌ ➔ ➋➎ ➏➒ ↔➏➌ ➙ ➋ ➑➍ ➑ ➊

y

➑ ➋↔➓ ➜➑↕ ↔→ ➒

y

➑➌ ➐ ➍ ➑➎ ➑↔ ➍ ➋↕ → ➌ ↔➒ → ➣➍ ➑➌↔ ➋➍ ➑↕➍ ➑➎ ➑↔➍ ➋↕→ ➌ ↔➒ → ➣

(

➲➏↔ ➋➑ ❮➑➌➍ ↕↕ ➞➡➊❰ ❰Ï

)


(39)

Ð Ñ

ÒÓ ÔÕ Ö× Ø Ù

y

Õ Ú Û× ÜÝÕÖÝ Õ ÞÕ ×Ý ÜÖ Ø Ú×Ù Øß

àá âáÙÕ ÞÕãÕÖ× Ø Ù

y

ÕÚ Û ×ÜÝ ÕÖÝ ÕÞ Õ×Ý ÜÖ Ø Ú×Ù ØßÕ Ú×ÕÙÕßÕÜÚä ÕÓ åá×æÙæÚÕÚ

çáÖ Ü× Õ Ùèé ê ëé ìÞáÚÝáÙ Ü× Õ íÜÞáÙ×áÚîÜïð ðïñ ðò ó ô Ý Ü×áõæÖÕ Ú Ù ÜöÕÕ ×

y

íÜÞáÙ×áÚîÜÝ Ü ÝÕßÕõ ÖáßæÕ Ù ÛÕ Ó ÷Þ ÕâÜ ßÕ ÙÜöÕÕ ×

y

íÜÞáÙ×áÚîÜÝ ÜÝÕ ÞÕ ×ÖÕÚ ÞÕ ÝÕ ÖáÝæÕ Ø ÙÕ Ú Û ×æÕ õÕ ÖÕ ÝæÛÕÕÚíÜÞáÙ×áÚîÜïð ðïñ ðò ó ôßáâÜíâá îÕ ÙÓ øÜÞáÙ×áÚîÜùæÛÕ âÕ ÚúÕ ÖÝ ÜùæõÞÕ Ü ÞÕ Ý Õ ÞáÚÝáÙ Ü× Õ

y

ÕÚ Û ÖáõâÕ Ù ûü ñ üýò þ üÿ ï Õ Þ ÕâÜßÕ îÕßÕí îÕ׿ÚúÕ õáÚÝáÙ Ü×Õ íÜÞáÙ×áÚîÜÓ æÛÕ Õ Ú Ü Ú Ü õáÚúØ ÖØ Ú Û âÕí öÕ ãÕ Ö×ØÙ ÛáÚá×ÜÖ õá õÞæÚúÕÜÞáÙÕ ÚÕ Ú ÝÕßÕõ×áÙùÕ Ý Ü ÚúÕ íÜÞáÙ×áÚîÜÓ

âÓ ✁áÚ ÜîÖáßÕõÜÚ

øÜÞáÙ×áÚîÜßáâÜíõæÝ ÕíõáÚúáÙÕ Ú ÛÖÕæ õßÕ Ö ÜêßÕ Ö ÜÝÕÙ ÜÞ ÕÝ ÕÞáÙá õÞæÕ ÚÓøÕ ßÜ׿ ÖáõæÚ ÛÖ ÜÚÕÚ ÖÕÙáÚÕ ßÕÖÜêßÕ Ö Ü ßá âÜí âÕ ÚúÕ Ö õá õÜß ÜÖ Ü ãÕÖר Ù ÞáÚÝ Ø ÙØ Ú Û ×áÙùÕ Ý Ü ÚúÕ íÜÞáÙ×áÚîÜ✂ îáÞáÙ× Ü î× Ùáî✂ ÖáßáßÕíÕÚ✂ Ý ÕÚ õÕÖÕÚ Õ Ú Û

y

ÖæÙÕÚ Û ×áÙÖ Ø Ú× Ù Ø ßÓ ÷ÝÕ ÞæÚ íÜÞáÙ×áÚîÜ Þ Õ ÝÕ ÞáÙá õÞæÕ Ú ÞáÚ ÜÚ ÛÖÕ ×ÕÚ ÙÜîÜ ÖØ ×áÙùÕÝ Ü îá×áßÕíõÕîÕõáÚØÞ Õæîá

(

îáÖÜ× Õ Ù✄ ☎×Õí æÚ

)

Ó

✆Ó ✝õæÙ

✞ÕÝ Õ æõ æõÚúÕ ✂ íÜÞáÙ×áÚîÜ õáÚúáÙÕ Ú Û Þ Ù ÜÕ ÞÕ Ý Õ æîÜÕ Ý Ü Õ× Õî ÑÒ ×ÕíæÚ✂ îáÝ ÕÚÛ ÖÕ ÚÞÕ Ý ÕöÕ Ú Ü×Õ×áÙùÕ Ý Üîá×áßÕíæîÜÕ✄ ☎× Õí æÚÓ

ÐÓ ÔÕ Ö× Ø ÙíÜÞáÙ×áÚîÜ

y

ÕÚÛÝ ÕÞ Õ×Ý Ü Ö ØÚ×ÙØ ß

y

ÕÜ׿ä ÕÓ åáÛá õæÖÕ Ú

✟Õ ßÕæÞæÚ âáßæ õ Ý ÕÞ Õ× Ý Üù áßÕîÖÕÚ í æâ æÚÛÕÚ ÕÚ× Õ ÙÕ Øâá îÜ× Õî Ý ÕÚ íÜÞáÙ×áÚîÜ ïððï ñ ðò ó ô✂ ×á×Õ Þ Ü ÞáÚúáß ÜÝ ÜÖÕÚ õá õ âæÖ× Ü ÖÕ Ú âÕí öÕ ÝÕ

y

Õ Þ ØõÞÕ ùÕ Ú×æÚ Û ÝÕÚ îÜÙ ÖæßÕîÜ ✠Ø ßæ õá Ý ÕÙÕí ÞáÚÝáÙ Ü× Õ ØâáîÜ×Õî ÝáÚÛÕ Ú íÜÞáÙ×áÚîÜ ßáâÜí × Ü ÚÛ Û Ü


(40)

✡ ☛

☞ ✌✍ ✎ ✏☞ ✌✏✑ ✒✎✏☞ ✓ ✏✑✎✏ ✔ ✓ ✏☞ ✓✕ ✌✖✎ ✗ ✌✔ ✓✕ ✖ ✓✏ ✘✌ ✙✓✍ ✌✗ ✖✌ ✏✑✑ ✌☞ ✌✍ ✎✏☞ ✌ ✏✑ ✒✎ ✏ ✔ ✓✏☞ ✓✕ ✌✖✎ ✗✌✔ ✓✕ ✖✓ ✏ ✘✌☞ ✓✏✑ ✎ ✏✍ ✓✕ ✎ ✖✍✎ ☞✎✏✏✚✕✛✎ ✙✜

✍✜ ✢✚✏ ✘✣ ✛✘✌✑✎ ✕ ✎✛✍ ✓✕ ✙ ✓✍ ✌✗

✤✎✕ ✎✛✛✓✛✔✣✏✥✎✌✘✌✦✎ ✖✛✓✏✎✗✎✏✎✌✕✜✢ ✚✏ ✘✣ ✛✘✌✑✎ ✕ ✎✛

y

✎✏✑✍ ✓✕ ✙ ✓✍ ✌✗✎✏☞ ✓✏✑✎✏ ✘✓✏☞ ✌✕ ✌ ✏✥✎ ✎ ✒✎✏✛✓ ✏✎ ✌ ✒✒✎ ✏ ✖✓ ✒✎✏✎✏☞ ✎✕ ✎✗✜ ✧✓✏✣✕✣✖★✣✖ ✌

&

✩✣✘✌✕ ✎ ✗✖✎✗✣✏✡ ✪ ✪ ✫✬ ✎ ✘✣✔ ✎ ✏✭✎ ✖✕ ✌✣✛✛✎ ✒ ✘✌✛✎✙✘✓ ✖✌✎✔ ✗✎ ✕ ✌✔ ✎ ✘ ✌✓ ✏✗ ✌✔ ✓✕ ✖✏ ✘✌✎☞ ✎✙✎ ✗✡ ☛✪ ✪✛✑✎ ✖✎✣

+ 1

sendok teh.

c. Aktivitas fisik dan olahraga

Suharjo tahun 2006, menyatakan aktifitas fisik menurut

✮ ✯✰ ✱✲ ✳✴ ✵ ✱✶✷

✸✰✹ ✵ ✺✻ ✼ ✵✶✻ ✯ ✺

(WHO) dibagi menjadi 4 yaitu aktivitas ringan (pekerjaan rumah

dan pekerjaan

✽ ✰ ✯✾✴ ✿ ✿✻✯ ✺✵ ✱

seperti dokter,guru, pegawai bank dan perkerjaan

rumah tangga), aktivitas sedang (pekerjaan lapangan seperti nelayan, tentara,

mahasiswa, pekerja perkebunan dan pekerjaan rumah tangga), aktivitas berat

(pekerjaan serabutan seperti buruh, kuli bangunan, tentara perang, satpam),

aktivitas sangat berat (penarik becak, penarik gerobak,buruh angkut). Olahraga

isotonik seperti bersepeda, jogging, dan aerobik seperti senam dapat

memperlancar peredarah darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami

kegemukan. Olahraga juga dapat membantu pengeluaran kelebihan garam

melalui pengeluaran keringat.

d. Alkohol dan prilaku merokok

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam rokok. Nikotin akan

menyebabkan peningkatan sintesis katekolamin yang dapat meningkatkan


(1)

✾✿ ❀ ❁ ❂❁ ❃❄ ❅ ❅❄❆ ❃ ❇❈ ❉ ❃ ❊❄❂

❅❄ ❅ ❉ ❂❄❉❆ ❆❄ ❋

y

●❄ ❍ ❉ ■●❄ ❍ ❉ ❅❄

❄❃❄ ❊✿❏❄ ❍ ❄❉ ❆❉❑ ❉❂❄ ❅ ❇ ❅❄❆▲

❑ ❉❇ ❂❄ ❆ ▼ ❉❊❁▲❄❆❄

y

❅◆ ❖❅❄ ❂ ❉

P✿ ◗❇❈ ❉ ❃ ❅❄ ❅ ❉ ❑ ❉❂❁ ❃❄ ❅ ❅❄❆

▼❁❍ ❄❅❄❆ ❈❁ ❈ ❇ ❃❄ ❍ ❑❁❆ ▼❄❆

y

❘❄❑❄ ❙ ❚❊ ❉❊❉❃ ❉❑ ❇❍ ❋ ❅❄❅ ❉ ❂❇

❙❄ ❑❄ ❙❁ ❍ ▼❁❂❄❆▼❄❆❅❄ ❅ ❉❊

y

❯✿ ❱❄❍ ❉ ■● ❄ ❍ ❉ ❅❄ ❅ ❉ ❑ ❉❂❁ ❃❄❅ ❅

❑❁ ❆ ▼❄ ❆❙❁❍ ▼❁❍ ❄❅❄❆❙❄ ❑❄

y

❲❄❍ ❇❊ ❑ ❉❄❆▼ ❅❄ ❃❊❁❑❉ ❅❉ ❃❄▼

❅❄ ❅ ❉❊❁ ▲❄ ❆❄

y

❅◆ ❖❅❄❂❉✿

❂❄ ❲ ❊❄ ❃ ❇ ❅❄❅❉ ❑❉ ❂❄ ❆ ❃❄❉❋ ❄❆▼ ❅❄ ❃ ❃❁ ❂❄❙❄❅ ❅❄ ❅ ❉ ❅❁

❄ ❅ ❉❑ ❉❂❁ ❃❄ ❅ ❅❄ ❆ ❑ ❉ ❂❄❆ ❃❄❉❑❁ ❆ ▼❄❆ ❃❇❈ ❉ ❃❅❄ ❅ ❉ ❑❉❄ ❆ ▼

▲❁ ❍ ❊❄❈ ❄❄❆❙❄❑❄ ❅❄❅ ❉❅ ❉❍ ❉❑❄❆❅❄❆❄ ❆❊❁ ❳❄❍ ❄▲❁ ❍ ▼

❄❂❉✿

❄❆ ❑ ❉ ❂❄ ❆ ❃❄❉✿ ❨❄▼❉❄ ❆ ❇●❇ ❆ ▼ ❅❄ ❅ ❉ ❑ ❉❄❆▼ ❅❄ ❃ ❅❁ ❄ ❃❄

❄ ❆ ❙❁ ❍ ▼❁ ❍❄❅ ❅❄❆ ❙❄ ❑❄ ❙❁ ❍ ▼❁ ❂❄ ❆ ▼❄ ❆ ❅❄ ❅ ❉ ❊❁▲❄❆❩❄

❇❍ ❇❊ ❅❁ ❄ ❃❄❊ ❑❄❆ ▲ ❇❄❃▼❁ ❍❄❅❄ ❆❈❁ ❈ ❇ ❃❄ ❍❑❁▼❄❆ ❙

❁▲❄❆❩❄❅◆ ❖❅❄❂❉✿

❅❄❆ ❑ ❉ ❂❄ ❆ ❃❄ ❉✿ ◗❇❈ ❉ ❃ ❑ ❉❄ ❆ ▼❅❄ ❃ ❑❄❆ ▲ ❇❄ ❃ ▼❁ ❍ ❄ ❅❄❆

❄ ❙❁❍ ▼❁ ❂❄ ❆ ▼❄❆❅❄ ❅ ❉❊ ❁ ▲❄❆❩❄❅◆ ❖❅❄❂❉✿ ❘❄ ❑❄ ❙ ❚❊ ❉❊ ❉

❄▼❄ ❍❑❄❙❄❃❈❁❂❄❅❇ ❅❄ ❆ ▼❁ ❍ ❄ ❅❄ ❆ ❈❁ ❈ ❇ ❃❄ ❍❙❄❑❄ ❙❁

❬ ❯

❄❃❄❊✿ ❘❄❑❄

▼ ❅❄❃❅❄❆ ❅❁

▼❄❆❃ ❉❄❆❑❄❆

❄ ❊ ❑❄ ❆ ▲❇❄ ❃

❄ ❅ ◆ ❖ ❅❄ ❂ ❉✿

❙❁❍ ▼❁❍ ❄ ❅❄ ❆

❆ ❈❁❈ ❇ ❃❄ ❍

❉❃ ❉❑ ❇❍❅❄❅❉

❁ ❍ ▼❁ ❂❄ ❆ ▼❄ ❆


(2)

❭❪ ❫❴ ❵❴ ❛❜❝ ❞ ❛❝ ❡❝ ❢ ❛❝ ❣❴

❣❴ ❡ ❤ ❛❜❝ ❞✐❝ ❥❝❴ ❥❝ ❵ ❝❥ ❦❞ ❧

♠❪ ❫❦ ❣❝ ❜ ❜❝ ❞ ❛❦ ❢❦❡❝ ❤ ❜♥❵

♦❦ ❡❝ ❢❜❝ ❜ ❤❪ ♣❦q❴ ❥ ❤❝❞ ♦❴

❜❦❥ ❴ ❝ ❜❝❜ ❤❪ r❝❵ ❝ ❤❞ ❤ ❢❝

y

♦❝❧ ❤❝❞s ✐ ❤❛❝ ❢ ❜❝ ❞ ❜❦ ❥ ❴

❜❦q♦❝ ❡❤q❦ ❞t❝❥ ❤♦❝ ❧ ❤❝ ❞

y

❵♥ ♦❦❜❝❞

y

❝❞ ❧ ❡❦♦❤❢ ❜❦✉❤ ❡

y

y

❥ ❦❞ ❧ ❝❞❜❦❥ ❴ ❝❜❝ ❜ ❤q❦❞t

❴ ❜❝ ❜ ❤ ❥ ❝❞ ❝ ❞❧ ❜❝ ❣s ✐ ❴ ❣❝ ❵ ❜❝ ❜ ❤ ✐❝ ❥❝ ✐❦ ❵ ❧❦❡❝ ❞

❧❝ ❞❜❝❜❤❥❝ ❵ ❤❝❞ ❧ ❜❝✈ ✇① ✈❡❝ ❜❴ ❜❝ ❞ ❛❦✉❝ ❵ ❝♦❦❵ ❧❝ ❞ ❣❤

❵ ❝❞ ❥ ❤ ❡❝❞ ❣❝❤❪ ②❦ ❞ ❣❴ ❜ ❜❦❣❝❛❤❣❴ q❦❞t❝ ❥ ❤ ♦ ♥❡❝❥ ❦❞ ❧

♦❴ ❜❝ ♦ ♥❡❝ q❦ ❞t❝❥ ❤ ❡❦q♦❝ ❵❝ ❞ ❛❦✐ ❦❵ ❣ ❤❛❦q❴ ❡❝ q❦ ❞

❝❞③❝ ❥ ❤ ❡❝❜❴ ❜❝ ❞ ❛❦ ❜❝ ❡ ❤ ❛❝t❝ ❪ ❫❝❡❴ ❵♥ ♦❦❜ ❜♥❵❝ ❞ q

❝ ♦❝ ❧ ❤❝❞ ❜♥❵ ❝❞ ❥ ❦❞ ❧ ❝❞ ❜❝❜❤❪ ④❦♦❝ ❧ ❤❝❞ ❜♥❵❝ ❞

y

❝❞ ❧ ❜❦✉❤❡ ✇ ❜❦✉❤❡❥❦ ❞ ❧❝ ❞❜❦ ❥❴ ❝❜❝❜❤❪⑤❤❞ ❥ ❝❢ ❜❝❞

y

❡ ❜❦ ♦❝ ❧ ❤❝ ❞ ❜♥❵ ❝❞ ❝❞ ❧

y

q❝ ❛ ❤❢ ❴ ❣❴ ❢❪ ②❴❞ ❧ ❜❴ ❛ ❛

t❝❥ ❤♦❦ ❞ ❣❴ ❜♦♥❡❝ ❜❦✉❤ ❡❪

⑥❭

❞❧ ❝❞ ❜❝ ❜ ❤s

❣❤❝❞ ❪

❞ ❧ ❝❞ ❜❦ ❥❴ ❝

❞ ❧❧ ❴ ❞❝❜❝❞

q❦❞t❝❥ ❤ ⑦

❝ ❞ ❥ ❤❵♥ ♦❦❜

y

❞❜❴q✐❴ ❡❝❞


(3)

⑧ ⑨

⑩❶ ❷❸ ❹ ❺❻ ❹❼❽ ❼ ❾❿ ❾❺ ❹➀ ❿❽ ➁ ➂ ❹➃ ❹➁

y

❹❽ ❿❻ ➄ ❾❼➅ ➆➁ ➅ ❹❼❽ ❾➁ ➇ ➃ ❾ ➈❹ ➈➅ ❻ ❹➁ ➅ ❹❼❽❾➁ ➂ ❹ ❺❹➈ ➈❾➁➉❽➃ ❻ ❿❽ ❼ ❾ ❺❻ ➄ ❻ ➀ ➅➄ ➆ ❼ ❾❼ ❼ ❾➁ ❹ ➈ ➃ ❹➃ ❽ ➂ ❹➄ ❽ ❹➊❹ ❺ ❼❹➈➅ ❹❽ ❹➃➀ ❽ ➄ ➇ ➋➌ ➍➎ ➏ ➐➌ ➑➒

❿ ❾➄ ➈ ❹❼❻ ➃❾❸ ❹❺❻ ❹❼❽➁ ❽❺❹❽➓➔ →❶

➣↔❶↕➆ ➃ ❻ ➈ ❾➁ ❿❹❼❽❿ ❽ ➁ ➂ ❹➃ ❹➁❶

2.5.4 Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai ABI pada Pasien Hipertensi

Olahraga meningkatkan jumlah darah yang dipompakan setiap menitnya oleh

jantung khususnya ventrikel kiri. Dengan peningkatan jumlah darah yang

dipompa berarti jumlah oksigen yang beredar ke seluruh tubuh juga meningkat.

Seluruh sel, jaringan dan sistem dalam tubuh membutuhkan zat-zat gizi dan

oksigen untuk pertumbuhan fungsinya. Adapun zat-zat gizi dan oksigen yang

dibutuhkan tersebut berada dalam darah. Sehingga apabila zat-zat dan oksigen dan

jumlah darah yang dibutuhkan sel, jaringan dan sistem tubuh optimal, maka

pertumbuhan dan fungsinya akan optimal. Hal ini akan menyebabkan sel, jaringan

dan sistem tubuh kita dapat dipertahankan dalam kondisi yang optimal (Werdani,

2005). Salah satu efek yang ditimbulkan dari aktivitas aktifitas fisik yaitu

penurunan tekanan perifer dengan meningkatkan elastisitas pembuluh darah

karena pengendapan LDL berkurang dan meningkatkan aliran balik vena ke

jantung akibat kontraksi otot. Dengan meningkatnya aliran darah balik vena maka

akan meningkatkan

➐ ➍➙➛ ➜➝ ➋➛➏➞➟➝

jantung yang dilakukan ventrikel kiri ke

seluruh tubuh. Jantung tidak perlu usaha yang besar untuk memompakan darah ke

perifer tubuh karena

➐ ➍➙ ➛ ➜➝ ➋➛➏➞➟➝

ideal dengan

➠➝➎➙➍ ➙➎ ➍➝

serta kekuatan


(4)

➤ ➥

➦➧ ➨ ➩➧ ➨➫ ➭➫ ➯ ➲➳ ➯ ➩➭ ➫ ➵

y

➫ ➯ ➩ ➸➧➯ ➩➫ ➭ ➵➺➫➲➭ ➫➯ ➸➧➯ ➧ ➩➫➯ ➩➯➫

y

➻ ➲➻ ➲ ➼ ➻➲ ➻ ➲ ➲➳ ➯ ➩➭➫➵ ➽➫ ➯ ➸➧ ➯ ➧➭ ➫➯ ➾➧➯ ➫ ➽ ➵ ➚➧ ➭ ➵➲➫➨ ➻ ➲➻ ➲ ➲➧➨➚➧ ➺➳ ➲➪ ➶➫➹ ➵➯ ➵ ➫ ➭ ➫➯ ➸➧ ➯ ➽ ➻ ➨ ➻➯ ➩ ➽➫ ➨➫➘ ➭ ➧➸➺➫➹➵

➭ ➧➫➨➫➘ ➴➫➯ ➲➳➯ ➩ ➽➫ ➯ ➲➧➭ ➫➯ ➫➯ ➾➧ ➯➫ ➸➧➯ ➳ ➨➳ ➯ ➸➧ ➭ ➫➯ ➵➚➸➧ ➵➯ ➵ ➽ ➵➭ ➧ ➯➫➹ ➽➧ ➯ ➩➫➯ ➦ ➻➸ ➦➫

➾➧➯ ➫➪ ➷➧➭ ➫➯ ➵➚➸➧ ➵➯ ➵ ➫➭ ➫ ➯ ➸➧➸➺➫➯ ➲➳ ➸➧➹➫➯➬➫➨➭ ➫ ➯ ➦➧ ➨➧ ➽➫➨➫ ➯ ➽➫ ➨➫➘ ➭➧ ➭ ➫➭ ➵

➸➧➸➦➧ ➨ ➺➫ ➵➭ ➵➚➵ ➨➭➳➹➫➚➵➽➫➨➫➘➮ ➸➧➸➦➧ ➨➭ ➳➫➲➻➲ ➻➲ ➼ ➻ ➲ ➻➲

➭ ➧➬➵➹ ➸➧ ➯ ➵➯ ➩➭ ➫➲➭ ➫➯ ➻ ➲➻ ➲➼ ➻ ➲➻ ➲ ➺➧ ➲ ➵➚

(

➱➳✃➲➻➯❐ ➶➫➹ ➹➮❒❮ ❮ ❰

)

Ï➫➽➫ ➽➫➚➫ ➨➯➫

y

➚➧➬➫ ➨➫ ➳ ➸➳ ➸ ➹➫ ➲ ➵➘➫➯ Ð➵➚➵➭ ➫➭ ➫ ➯ ➸➧➯ ➳ ➨➳➯ ➭ ➫➯ ➲➧ ➭➫ ➯➫ ➯ ➽➫ ➨➫➘➪ Ï➫ ➽➫ ➹➫➯➚➵➫ ➲➧➨➴➫➽➵ ÑÒÓ ÔÒ Õ ÑÖ ×Ó ÕØØ Ù Ô××

(

➭➧ ➭➫ ➭➳ ➫ ➯ ➫➨ ➲➧ ➨ ➵

)

➭ ➫➨➧ ➯ ➫ ➦ ➨ ➻➚➧➚ ➸➧ ➯➳ ➫ ➽➫➯ ➴➳ ➩➫ ➭ ➫ ➨➧ ➯➫ ➦➧ ➯ ➩➧ ➯ ➽➫➦➫ ➯ ÚÛÚ

y

➫ ➯ ➩ ➬➧➯ ➽➧ ➨➳ ➯ ➩➸➧ ➯ ➩➧ ➯ ➽➫➦ ➽➵ ➽➫ ➧ ➨➫➘ ➦➧ ➸ ➺➳➳➘ ➽➫➨➫➘

y

➫➯ ➩ ➚➧➸➦ ➵➲ ➽➫ ➯ ➻ ➨➩➫ ➯

y

➫ ➯ ➩ ➚➧ ➸➫➭ ➵➯ ➴➫ ➳➘ ➽➧➯ ➩➫➯ ➴➫➯ ➲➳➯ ➩ ➚➧➹➫➵➯ ➵ ➲➳ ➴➳ ➩➫ ➽ ➵➽➳ ➭ ➳➯ ➩➻➹➧➘➩➫➫

y

➲➫ ➨ ➵➭ ➩➨➫Ð➵➲➫➚➵ ➸➧➯✃➧ ➺➫ ➺➭ ➫➯ ➫ ➨ ➲➧ ➨ ➵➚➭➹➧ ➨ ➻➚➵➚➺➫ ➯✃➫➭ ➲➧ ➨➴➫ ➽ ➵➽ ➵ ➻ ➨ ➩➫ ➯ ÜÔÒ ÕØ ÔÒ ➲➳ ➺➳➘➪ Û➧ ➯ ➩➫➯ ➚➧ ➯ ➫ ➸ ➭ ➫ ➭ ➵➮ ➩➧➨➫➭ ➫➯ ➼ ➩➧ ➨➫➭ ➫ ➯

y

➫ ➯ ➩ ➽➵➹➫ ➭ ➳➭ ➫➯ ➫ ➭➫ ➯ ➸➧ ➯✃➧➺➫➺➭➫ ➯➭➧ ➭ ➫➭ ➳➫ ➯ ➲➧➨➚➧ ➺➳ ➲➺➧➨➭ ➳ ➨➫➯ ➩➽➧ ➯ ➩➫ ➯ ➸➧➯ ➩➳ ➨➫ ➯ ➩ ➵➭➧➚➧ ➸ ➦➫ ➲➫ ➯ÚÛÚ

➸➧ ➯ ➩➧ ➯ ➽➫➦ ➽ ➵ ➽➫➹➫➸ ➽➫➨➫➘ ➽➫➯ ➦➧ ➸ ➺➫ ➭➫➨➫➯ ➬➵➭ ➫➹ ➺➫ ➭➫➹ ÚÛÚ ➸➧ ➯➴➫ ➽ ➵ ➧ ➯➧➨ ➩➵

➚➧➘➵➯ ➩➩➫➭ ➧➹➧➺➵➘➫ ➯Ú ÛÚ ➽➫➹➫➸➲➳ ➺➳➘➲➵ ➽➫➭➸➧ ➸ ➵➹➵➭ ➵➭ ➧➚➧➸➦➫ ➲➫➯ ➸➧➯ ➩➧➯ ➽➫➦➽➫➯

➸➧ ➯✃➧➺➫➺➭➫ ➯ ➭➧ ➭➫ ➭ ➳➫ ➯ ➫➨ ➲➧➨➵ ÜÔÒ ÕØÔÒ

.

Ý➳ ➨➳ ➯ ➯➫

y

➲➧ ➭➫ ➯➫ ➯ ➽➫➨➫➘ ÑÙÞÖ Ô ➽➫ ➯ ßÒ Ñà áÕÑ Ö Õ× ➸➧➯ ➩ ➵➯ ➽ ➵➭ ➫➚➵➭➫ ➯ ➦➧ ➨ ➺➫➵➭➫ ➯ ➯ ➵➹➫➵ âãä ➫➲➫ ➳ ➚➵➨➭ ➳➹➫➚➵ ➽➫➨➫➘ ➭➧ ➺➫➩➵➫ ➯

➦➧ ➨ ➵Ð➧➨ ➚➧ ➦➧ ➨ ➲ ➵ ➭ ➫➭ ➵➪ å➧➹➫➵➯ ➵➲➳ ➽➧➯ ➩➫➯ ➩➧➨➫➭ ➫➯ ➲➳ ➺➳➘ ➸➫ ➭ ➫ ➲➳ ➺➳➘ ➫➭ ➫➯

➸➧ ➯ ➩➘➫➚➵➹➭➫ ➯ ➘➻➨ ➸➻➯ ÔÙæçÒÜ áÕÙ Ô

(

➷➳➹➫

y

➲➵➮ ❒❮ ❮ ➥

)

➪ ➶➻ ➨➸ ➻➯ ➵➯ ➵ ➺➧ ➨Ð➳ ➯ ➩➚➵ ➳ ➯ ➲➳➭ ➸➧ ➯ ➧➭ ➫➯ ➘➻ ➨ ➸➻➯ ➫➽ ➨➧ ➯➫➹➵➯ ➚➧➘➵➯ ➩➩➫ èÑ×ç ÞçÙ×Ó Ò ÕÞ× Õ ➦➧➸➺➳➹➳➘ ➽➫ ➨➫➘ ➲➵ ➽➫ ➭ ➲➧➨➴➫➽➵

➮➲➧ ➲➫➦ ➵ ➦➧ ➸➺➳➹➳➘ ➽➫➨➫➘ ➸➧➯ ➩➫➹➫➸➵ èÑ×ç æÕÖ ÑÓÑ×Õ ➚➧➘➵➯ ➩➩➫ ➽➫➦➫➲ ➸➧ ➯➳ ➨➳ ➯➭ ➫ ➯

➲➧➭ ➫➯ ➫ ➯ ➽➫ ➨➫➘

y

➫ ➯ ➩➺➧ ➨➧Ð➧ ➭ ➦➫ ➽➫ ➦➧➨➺➫ ➵➭ ➫➯➯ ➵➹➫➵âãä ➪ Ï➧➯ ➧➹➵➲ ➵➫ ➯

y

➫ ➯ ➩ ➽ ➵➹➫ ➭ ➳➭ ➫ ➯ ➻➹➧➘ ➱➳ ➯ ➫ ➨ ➲➻

(

❒❮ ❮ é

)

➮ ➽➫➹➫➸ å➵➩ ➵➲

(

❒❮ ❰❒

)

➮ ➸➧➯ ➳ ➯➴➳ ➭➭ ➫ ➯ ➺➫➘ê➫ ➹➫➯➚➵➫

y

➫➯ ➩


(5)

ë ì

íî ï ðñî ò ó ôõó öî ÷óôø ù úûü

quare step

ó î ö ý

y

þóõ ó÷þóöýïð ôöýòõ óö î÷ ó ôÿ ðñ óò ò ó òîþ ð óñ ó íî ôó✁îòþ ðõó✁ó ë✁îôÿ ÿ ý✂✁ð✁ ✄ý ô☎óîþî ñò ýõó þî íó ñ ó÷ õ ð ïî ÷ ïó î òþð ó ñóþîÿôî✆îò ó ô

íî ïóôíîôÿ þ ðï ðõý✁ õó öî ÷óô✝ ✞ó õ îôî íî í ýò ýô ÿ íð ôÿó ô ✟öóôõ ð

y&

✠óñ ð

(

✡☛☛ ☛

)

✂ ò ðý ôö ý ô ÿóô íó ñî ✄ñ☞ÿñ ó✁ õ óö î÷ óô ✄óíó õó ôþî ó ö ðñ ýö ó✁ó ✄óíó

Range of Motion


(6)

✍ ✎

Gambar 2.3

✏✑✒✓ ✔ ✕✓ ✖ ✗✘✙ ✚✓ ✛✓ ✛✜✓ ✢✓ ✣✕✙ ✢✣ ✓ ✒✓✔✤✙ ✛✓ ✥

(

✦ ✧ ★✩ ✪✫ ✬✦ ✭ ✪✫ ✮✯ ✯ ✰✱✲ ✳✳ ✴

)

✵✓✕✗✣ ✓✛✶ ✗✖ ✗ ✚

(

✖✙ ✛✓ ✥✚✓ ✚ ✗

)

✷✙ ✸✹ ✕✹ ✣ ✓✛✙✛ ✙ ✢ ✺ ✗✻ ✼✙✣✖✙ ✼✽✾✓ ✢ ✗✛ ✺✓ ✛ ✿✻✢ ✺ ✓✛✕✹ ✸✹ ✣

✑✚✕ ✗❀✗✕✓ ✖✔✙ ✢ ✛✓ ✶✓ ✖✓ ✛ ✑✚ ✕✗✶ ✗ ✕✓✖✻ ✕✻ ✕✚✓ ✚ ✗

✷✻ ✛ ✕✢ ✻ ✼✥ ✙ ✕✓✸✻ ✼ ✗ ✚✼✻ ✚✓✼ ✑✼✗✢ ✓✛

✸✓✼ ✗✚

❀✙ ✛ ✓

❁✶ ✙ ✚✔✙ ✛ ✺ ✗✖ ✗✓ ✛

✢ ✹ ✓✛ ✺ ✓✛

✾ ✓✛ ✕✹✛ ✺ ✑✚✕ ✗❀✗

✕✓ ✖

✖✓✢ ✓✶

✖ ✗✥✔✓✕

✗✖✒✓ ✛

✙ ✔✣ ✗✛ ✙

✶ ✢ ✗✛

❂✢ ✙ ✚✹ ✙✛ ✖ ✗

✾ ✓✛ ✕✹✛ ✺

Volume sekuncup

Curah jantung

Tekanan darah arteri sedang

Vasodilatasi

arteriol di otot

rangka dan otot jantung,

Metabolisme LDL

Resistensi perifer

total

pembuluh darah kaki

Fase Istirahat

Aktivitas pernafasan

Aktivitas otot rangka

Aktivitas saraf simpatis dan

ephinefrin

Aktivitas saraf parasimpatis

Frekuensi jantung , volume

sekuncup, dan

vasodilatasi

arteriol dan vena

Curah jantung optimal dan

resistensi

perifer

total

Tekanan arteri


Dokumen yang terkait

Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur

2 14 127

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PENYAKIT ARTERI PERIFER DI POSYANDU LANJUT USIA KELURAHAN PUCANGAN Hubungan Hipertensi Dengan Penyakit Arteri Perifer Di Posyandu Lansia Kelurahan Pucangan Tinjauan Terhadap Nilai Ankle Brachial Index.

0 3 13

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PENYAKIT ARTERI PERIFER DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN PUCANGAN Hubungan Hipertensi Dengan Penyakit Arteri Perifer Di Posyandu Lansia Kelurahan Pucangan Tinjauan Terhadap Nilai Ankle Brachial Index.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Hipertensi Dengan Penyakit Arteri Perifer Di Posyandu Lansia Kelurahan Pucangan Tinjauan Terhadap Nilai Ankle Brachial Index.

0 2 4

PENGARUH SENAM TERA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU Pengaruh senam tera terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Pabelan Kartasura.

0 5 14

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX PADA LANSIA Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Nilai Ankle Brachial Index Pada Lansia.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX PADA LANSIA Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Nilai Ankle Brachial Index Pada Lansia.

0 3 17

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

1 8 16

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDONG BANTUL NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDO

0 0 16