Kerangka Teori Praktek Mawah Melalui Mudharabah Dalam Masyarakat Aceh

15 melalui Baitul Mall Washil, study kasus pada Baiulmallwashil Medan tahun 2009 Oleh karena itu, maka penulis berkeyakinan bahwa penelitian yang penulis lakukan ini jelas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi baik peneliti atau akademis dan belum pernah diteliti.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi-proposisi yang telah diuji kebenarannya, berpedoman pada teori maka akan dapat menjelaskan, aneka macam gejala sosial yang dihadapi, walau hal ini tidak selalu berarti adanya pemecahan terhadap masalah yang dihadapi,suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan dan memberikan taraf pemahaman tertentu. 20 Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting karena memberikan sarana kepada kita untuk bisa merangkum serta memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. 21 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. 22 20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia UI-Press, Hal 6 21 Satjipto Rahardjo, SH, Ilmu Hukum, Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2006 ,Hal. 259 Universita Sumatera Utara 16 Menurut J.J.H Bruggink, Teori merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan, yang dikemukakan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu, maka teori hukum dapat ditentukan dengan lebih lanjut sebagai suatu keseluruhan pernyataan-pernyataan yang saling berkaitan dan berkenaan dengan hukum, dengan itu harus cukup mengurai tentang apa yang diartikan dengan unsur teori dan harus mengarahkan diri kepada unsur hukum. 23 Sebagai tolak ukur menganalisis permasalahan yang akan diteliti karena suatu teori atau kerangka teori harus mempunyai kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut: 24 a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan konsep-konsep. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang telah diteliti. d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang. e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan penelitian. 22 J.J.J.M.Wuisman, penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas- asas,Jakarta:FE UI, 1996, hal.203 23 J.J.H Bruggink, Refleksi tentang hukum, Alih Bahasa Arief Sidharta, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, Hal 2 24 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan pada Umumnya, Bandung: Alumni, 1993, hlm. 254 Universita Sumatera Utara 17 Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir, pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujuinya. 25 Sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan menginterprestasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu. 26 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Adapun teori yang dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian adalah Teori Ta’uwun membantu, Teori ‘Urf Kata,Urf, dan teori keadilan, serta teori Mashlahat.Teori Ta’uwun yaitu yang juga dikenal dengan Teori jaringan sosial melalui pembahagian peranan berasaskan keperluan dan kebolehan anggota masyarakat yang istilahkan dengan Al -Ta’awun, yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun. Melalui al Ta’awun beliau menjelaskan bagaimana manusia hidup dalam masyarakat yang berubah dari simple kepada kompleks dimana pergantungan antara satu dengan yang lain menjadi semakin canggih. Apa yang diuraikan oleh Ibnu Khaldun ini dikenali dalam sosilogi modern sebagai division of labour. 27 25 M.Solly Lubis, Filsafat Imu Dan Penelitian, Medan: PT.Sofmedia, 2012, hal. 129 26 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hal.19 27 Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu khaldun trj, Kuala lumpur;dewan Bahasa dan Pustaka 2001 Hal.76 Universita Sumatera Utara 18 Ta,awun mensyaratkan adanya saling pengertian dan saling menjaga antara satu pihak dengan pihak lainnya dalam rangka memperoleh mashlahah dan keuntungan secara bersama-sama. Hal ini berarti, bahwa setiap orang tidak bisa mengejar kepentingan individu untuk meraih kemanfatan individu tanpa melihat kondisi saudara–saudara dan lingkungan dimana dia berada. Seorang Muslim tidak akan merasa puas dengan kesuksesan pribadinya, sementara saudara-saudaranya berada dalam keterpurukan. Dalam tatanan tehnis hal ini dilakukan dengan cara saling memberikan perhatian dan bahkan pertolongan bilamana diperlukan. Lebih jauh lagi, dalam bahasa ekonomi yang lebih teknis hal ini ditunjukkan dengan terkaitnya unseparability fungsi mashlahah dari suatu kelompok orang dengan kelompok orang lainnya.” 28 Dalam hal ini antara pemilik usaha dan pekerja. Teori yang ke dua yang digunakan adalah Teori ‘Urf Kata ,Urf, yang sering diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti adat, diambil dari akar kata yang sama dengan makruf lawan mungkar, karena itu ‘Urf berarti sesuatu yang baik. 29 Secara Terminologi, kata ‘Urf ini didefinisikan dengan kebiasaan mayoritas umat dalam penilaian suatu perkataan atau perbuatan.‘Urf ini merupakan salah satu dalil dalam menetapkan hukum Syarak. 30 Dengan demikian, adat dalam pengertian umum adalah segala sesuatu yang dibiasakan oleh rakyat umum atau golongan.Adat kebiasaan memainkan peran 28 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi IslamP3EI, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, Hal. 7 29 Zamakhsyari, Teori-Teori Hukum Islam Dalam Fiqih dan Ushul Fiqih, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013, Hal. 117 30 Ibid. Universita Sumatera Utara 19 penting dalam sejarah perkembangan dan kebangkitan manusia, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam aspek-aspek kebudayaan lainnya.Peranannya di dalam hal tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor sebab yang pokok, yaitu faktor iklim dan semangat kebangsaan. 31 Kebiasaan semakin tambah kuat kedudukannya dengan perantaraan tradisionil 32 yang membawanya hingga menjadi kepastian di dalam kehidupan bangsa. Berdasarkan pengertian di atas, Mustafa Ahmad al-Zarqa, Ahli Fiqih di Universitas Amman Jordania, mengatakan bahwa ‘Urf merupakan bagian dari adat, karena adat lebih umum dari ‘Urf.Suatu uruf menurutnya harus berlaku pada kebanyakan orang di daerah tertentu, bukan pada pribadi atau kelompok tertentu dan ‘Urf muncul dari suatu pemikiran dan pengalaman, seperti kebiasaan mayoritas masyarakat pada daerah tertentu dalam menetapkan keperluan rumah tangga yang diambilkan dari mahar yang diberikan suami, atau penentuan ukuran tertentu dalam penjualan makanan. 33 Adat dan kebiasaan dapat dikatakan memiliki arti yang sama, menurut definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Naja di dalam syarh al-Mughni adalah suatu pengertian 31 Kitab Montesqoieu De L Esprit des lois, v. 1, kitab 14; Kitab Curs usder Instionen, 1893, Leipzig dalam bagian muqaddimah karangan puchta, dan Kitab Saving System des Heutegen Romischen Rechts. Dinukil dari; Subhi Mahmassani, Filsafat Hukum Dalam Islam, Bandung: PT Ma’arif, 1981, Hal. 191 32 Lihat: kitab Les Lois de L’imitation, karangan Tarde. Dinukil dari; Subhi Mahmassani, Filsafat Hukum Dalam Islam, Bandung: PT Ma’arif, 1981, Hal. 191 33 M. Al-Zarqa, Ushul al-Fiqh, Damaskus: Damaskus Univ., 1997, hlm. 35 Universita Sumatera Utara 20 dari yang ada dalam jiwa orang-orang berupa perkara yang berulang-ulang kali terjadi yang dapat diterima oleh tabiat yang waras. 34 Teori ‘Urf yang berkaitan dengan Mawah adalah ‘Urf Amali, yaitu kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa, atau mu’amalah keperdataan. 35 Yang dimaksud dengan perbuatan biasa adalah perbuatan masyarakat dalam masalah kehidupan mereka yang tidak terkait dengan kepentingan orang lain, seperti kebiasaan masyarakat tertentu memakan makanan khusus, atau meminum minuman tertentu, atau kebiasaan masyarakat dalam memakai pakaian tertentu dalam acara tertentu. 36 Teori yang ke tiga digunakan adalah Teori keadilan, Kata ‘adl adalah bentuk masdar dari kata kerja ‘adala-ya’dilu-‘adlan-wa’udulan-wa’adalatan.Kata kerja ini berakar dengan huruf-huruf’- ain-dal, dan lam yang makna pokoknya adalah al-istiwa = keadaan lurus dan lawan ‘ al-‘wijaj=keadaan menyimpang. 37 Jadi rangkaian huruf- huruf tersebut mengandung makna yang bertolak belakang, yakni lurus atausama dan bengkok atau berbeda dari makna pertama, kata ‘adl berarti “menetapkan hukum dengan benar”. 38 Jadi seorang yang adil adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda, Persamaan itulah yang merupakan makna kata ‘adl, yang menjadikan pelakunya tidak berpihak kepada salah 34 Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Asybah wa An-Nazha’ir, Beirut: Daar al-Turats al-Islami, 2001, Hal 37 35 Op.cit, Hal 122. 36 Ibid. 37 Zamakhsyari, Teori-teori Hukum Islam Dalam fiqih dan ushul fiqih,cita pusaka media perintis, 2013, Hal. 48 38 Ali al-Jurjani, al Ta’riifaat, Beirut: Daar al kitab al-arabi, 1985, Hal 173. Universita Sumatera Utara 21 seorang yang berselisih, dan pada dasarnya pula seorang yang adil berpihak pada yang benar, karena baik benar maupun salah sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia melakukan sesuatu yang patut dan tidak sewenang-wenang. Secara Etimologi, Al-adlu berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan, atau menyamakan sesuatu dengan yang lain Al musawah. Secara terminology adil berarti “mempersamakan sesuatu dengan yang lain baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah, dan menjadi tidak berbeda antara satu dengan yang satu dengan yang lain. 39 Adil juga berarti berpihak atau berpegang kepada kebenaran. Keadilan lebih dititik beratkan kepada meletakkan sesuatu pada tempatnya. Ibnu Qudamah, ahli fiqih bermazhab Hambali, mengatakan bahwa keadilan merupakan sesuatu yang tersembunyi, motivasinya semata-mata karena takut kepada Allah SWT. Jika keadilan telah dicapai, maka itu merupakan dalil yang kuat dalam Islam selama belum ada dalil lain yang menentangnya. Berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki oleh seseorang, termasuk hak asasi harus diperlakukan secara adil. Hak dan kewajiban terkait juga dengan amanah, sementara amanah wajib diberikan kepada yang berhak menerimanya. Oleh karena itu hukum berdasarkan amanah harus ditetapkan secara adil tanpa dibarengi rasa kebencian dan sifat negative lainnya. Kata ‘adl didalam Al-Qur’an memiliki aspek dan objek yang beragam begitu pula pelakunya. Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman makna ‘adl. 39 Raghib Al-Isfahani, mufradaat alfadhil Qur’an, Beirut: Daar al- Ma’rifah 2005, hal 168 Universita Sumatera Utara 22 Menurut penelitian Quraish Syihab, paling tidak ada empat makna keadilan. : 1. ‘Adl dalam arti sama, pengertian ini sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya didalam surat An nisa ‘4 :58 yang artinya, “Apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaklah menetapkan dengan adil”. 2. ‘Adl dalam arti seimbang, pengertian ini ditemukan dalam surah Al-Maidah 5 : 95 dan Surah. Al-Infithar 82: 7. Pada ayat yang disebut terakhir misalnya dinyatakan, ”Allah SWT yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu susunan tubuh-mu seimbang”. 3. ‘Adl dalam arti perhatian terhadap hak individu dan memberikan hak itu kepada setiap pemiliknya. lihat Al-An’am 6: 152 yang artinya, “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu. 4. ‘Adl dalam arti yang dinisbahkan kepada Allah SWT.lihatQ.S. Ali Imran 3 18. Keadilan Allah SWT mengandung konsekwensi bahwa rahmat Allah SWT, tidak tertahan untuk diperoleh sejauh makluk itu dapat meraihnya. Allah SWT memiliki hak atas semua yang ada.Sedangkan semua yang ada tidak memiliki sesuatu disisinya. Didalam pengertian inilah harus difahami kandungan QS. Ali Imran 3: Universita Sumatera Utara 23 18 yang menunjukkan Allah SWT sebagai Qaiman bil-qisthi yang menegakkan keadilan. 40 Sebagai pendukung teori diatas, digunakan juga teori Maslahat muktabarah karena praktek Mawah sejalan dengan nash hadis. Yang dimaksud dengan muktabarah ialah kemaslahatan yang terdapat dalam nash secara tegas menjelaskan dan mengakui keberadaannya, yang termasuk dalam kemaslahatan ini adalah maslahat dharuriyat yang tersebut diatas. Sebagai contoh diperintahkannya untuk berjihad mempertahankan agama, disyariatkannya qishas untuk memelihara jiwa. Seluruh ulama sepakat menyatakan bahwa semua maslahat yang dikategorikan kepada maslahat mukhtabarah wajib tegak dalam kehidupan, karena dilihat dari segi tingkatannya ia merupakan kepentingan pokok yang wajib ditegakkan. 41

2. Konsepsi