PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI PERBANKAN SYARIAH, ANTARA TEORI DAN PRAKTEK

PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI PERBANKAN SYARIAH,
ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
Irfan Nurudin
Program Studi Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta
e-mail: irfannurudin1@gmail.com

Abstract

F inancing is one of the many themes that arose along with the development of
Sharia financial institutions in Indonesia lately. This is because, Mudharabah became
one of the key or the cutting edge in control of the movement of Islamic Perbankkan.
System for results in mudharabah became the hallmark of distinction and with interest
in the conventional banking system. In addition Mudharabah also contains the lofty
humanitarian values and the embodiment of the principle of fairness in an economy.
But in its development, Perbankkan Shariah much experience constraints in
both – as well as its application. For that research to be performed, including the
following: first, how the practice of Sharia mudharabah at Perbankkan. Second, is the
practice of Sharia mudharabah Perbankkan in accordance with the MUI fatwa DSN,
and thirdly, what are the constraints experienced by Perbankkan Shariah
mudharabah financing in implementing.
Research methods in this study is the first, this type of research is empirical

legal research or sociological, and the approach used is a normative approach.
Secondly, the necessary data sources is the primary data and secondary data by using
legal materials. Third, how data collection using brochures and mudharabah
financing official documents. Determination of the subject wears a non random
sampling purposive way. Fourth, the method used is the thinking methods of deductive
thinking and analysis of qualitative analysis is done.
The results of this research will expose: first, the practice of Sharia mudharabah at
Perbankkan. Second, the suitability of the practice of Sharia mudharabah financing in
Perbankkan with the MUI fatwa DSN and thirdly, some of the obstacles encountered
in implementing the Shari'a Perbankkan mudharabah financing.

Keywords— :Shariah mudharabah, perbankkan, fatwa DSN
PENDAHULUAN
PembPerbankan syari’ah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya
berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan
dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan
bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori
terlarang (haram). Perbankan syari’ah mulai bermunculan pada akhir abad ke-20 dan terus
berkembang hingga sekarang dengan kecepatan 10-15% per tahun, dan menunjukkan
tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten di masa depan. Di Indonesia sendiri ide untuk

mendirikan bank syariah sudah muncul sejak 1970-an.
Setelah 20 tahun lebih berkiprah di Indonesa ternyata perbankan syariah masih
memiliki banyak kendala dalam penerapannya.Produk-produk yang dikeluarkan
perbankan syariah diduga banyak yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.Salah

satu produk perbankan syari’ah yang mulai diperbincangkan terkait kesyariahannya adalah
pembiayaan mudharabah.Pembiayaan ini dinilai keluar dari koridor syariah bukan pada
tataran konsepnya tetapi lebih kepada prakteknya yang dianggap tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Disisi lain, pembiayaan mudharabah yang seharusnya menjadi ujung tombak
dalam perbankan syariah ternyata masih mandul, karena dalam prakteknya tidak banyak
bergulir. Perbankan syariah maupun masyarakat agaknya lebih nyaman melakukan
pembiayaan dengan sistem murabahah dibanding mudharabah. Mengesampingkan
mudharabah dan mengedepankan murabahah akan menjadi persoalan yang sangat serius
karena salah satu tujuan perbankan syariah bukan hanya mencari keuntungan yang halal
saja tetapi juga harus mensejahterakan atau mengangkat masyarakat dari jurang
kemiskinan.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat banyak kendala yang dialami
perbankan syariah dalam menerapkan mudharabah yang benar-benar selaras dengan
prinsip-prinsip syariah.Kendala serius juga dialami dalam upaya lebih memposisikan

mudharabah sebagai ujung tombak dibanding dengan murabahah. Penelitian ini akan
berusaha menemukan kendala yang dialami perbankan syari’ah, baik dalam menerapkan
pembiayaan mudharabah yang sesuai dengan Fatwa DSN MUI maupun upayanya untuk
benar-benar menjadikan mudharabah sebagai ujung tombaknya.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ialah penelitian
hukum empiris atau sosiologis. Penelitian ini menggunakan sosiologis atau empiris karena
dalam penelitian ini peneliti menggambarkan secara detail dan mendalam tentang suatu
keadaan atau fenomena dari obyek penelitian yang diteliti dengan cara mengembangkan
konsep serta menghimpuan kenyataan yang terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menggambarkan secara detail dan akan meneliti terkait dengan pembiayaan mudharabah
di perbankan syari’ah.
2. Pendekatan
Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka
atau data sekunder belaka.Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep dan
asas-asas serta prinsip-prinsip syariah yang digunakan untuk mengatur perbankan syariah,
khususnya sistem pembiayaan mudharabah. Metode berpikir yang digunakan adalah
metode berpikir deduktif (cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari

sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu
ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus).
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Pada penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan ialah Non Random
Sampling dengan cara Purposive Sampling. Non Random Sampling merupakan cara
pengambilan sampel di mana semua populasinya tidak mempunyai kesempatan yang sama
untuk menjadi anggota sampel. Purposive Sampling ialah teknik pengambilan sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peniliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang
diteliti.
IJCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page

3

4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer atau sumber data utama ialah kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati atau wawancara, sumber ini dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan gambaran foto atau film.Data primer

merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau data yang didapatkan
dalam penelitian lapangan.Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama
dilapangan melalui penelitian, yaitu dari mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya.Pada penelitian
ini, penulis menggunakan brosur atau dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pihak Bank
dalam mengumpulkan informasi terkait penelitian. Hal ini berguna untuk mengetahui
pembiayaan mudharabah dari sisi praktek sehingga akan mendapatkan jawaban langsung
dari subyek penelitian.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang
merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk
buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di perpustakaan, atau milik pribadi.
Data ini merupakan data pelengkap yang nantinya secara tegas dikorelasikan dengan data
primer, antara lain dalam wujud buku, jurnal, majalah. Data sekunder diperlukan untuk
melengkapi data primer. Data sekunder dibedakan menjadi 3 (tiga) bahan yaitu bahan
primer, bahan sekunder dan bahan tertier.
1. Bahan Primer, yakni bahan-bahan yang berhubungan erat dengan permasalahan
yang diteliti dan merupakan bahan yang mengikat, yaitu: FATWA DEWAN
SYARI’AH NASIONAL Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) Nomor :
07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

2. Bahan Sekunder, yakni merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan
lebih lanjut mengenai bahan-bahan primer, atau bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan primer dan dapat membantu menganalisa dan
memahami bahan primer, yaitu:
a. Buku-buku yang terkait dengan dana talangan haji, asas hukum dan asas
kemanfaatan serta buku-buku lainnya yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti.
b. Berbagai makalah, jurnal, surat kabar, majalah dan laporan penelitian.
c. Dokumen dan data-data dari internet yang berkaitan dengan penelitian.
3. Bahan Tertier, yakni bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan primer dan bahan sekunder.
5. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dikenal adalah studi kepustakaan; pengamatan
(observasi), wawancara (interview), dan daftar pertanyaan (kuesioner). Sesuai dengan
sumber data seperti yang dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan cara :
a. Studi Kepustakaan
Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu
dengan mencari dan mengumpulkan serta mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai
sumber hukum Islam, fatwa DSN, hasil penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, dan

makalah seminar yang berhubungan dengan pembiayaan mudharabah pada perbankan
syariah.

b. Brosur pembiayaan mudharabah
Brosur dibutuhkan sebagai pedoman untuk mengetahui praktek pembiayaan
mudharabah karena dengan brosur itu dapat langsung diketahui bagaimana bank syari’ah
menerapkannya. Jika didalam brosur masih ada sesuatu yang belum jelas maka akan
diadakan wawancara dengan fihak bank untuk mengetahui penjelasan detail tentang
brosur tersebut. Namun jika telas jelas tidak diperlukan adanya wawancara dengan pihak
bank.
6. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif, yaitu
menjelaskan dan menggambarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dipilih dan
dikelompokkan menurut kualitas dan kebenarannya untuk menjawab permasalahan.
Analisis kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang
nyata, untuk menjawab permasalahan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan Implementasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Praktek Mudharabah di perbankan syari’ah lazim diterapkan pada produk-produk

yang fokus pembiayaan. Sementara pada teknis penghimpunan dana mudharabah
diterapkan pada tabungan berjangka dan deposito. Tabungan berjangka yaitu tabungan
yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, yaitu seperti tabungan haji, dan tabungan kurban,
dan sebagainya. Sementara adalah dana yang dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis
tertentu, misalnya saja dalam jual beli dll.
Sementara itu pada sisi pembiayaan, mudharabah dapat diterapkan untuk
pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. Dan juga dapat
diterapkan pada investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan
oleh shahibul maal.Dalam penelitian ini hanya mencakup masalah pembiayaan modal
kerja atau modal usaha, seperti modal kerja usaha dalam bidang perdagangan dan jasa.
B. Manfaat dan Resiko Mudharabah
Di Perbankan Syariah praktek mudharabah tidak selama menguntungkan namun
dapat mengalami keuntungan tetapi juga dapat mengalami kerugian.Pengambilan
keuntungan mudharabah diambil dari sistem bagi hasil yang diterapkan. Jika usaha yang
telah dijalankan mengalami kerugian maka akan dilihat penyebab kerugiannya. Jika
kerugian itu bukan karena kelalaian mala kerugian tersebut ditanggung oleh shahib al-mal
(bank).Namun jika kerugian itu bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak pengelola
usaha (nasabah), maka pengelola yang harus menanggung kerugiannya, bukan pihak
pemberi modal (bank).

Manfaat yang akan diperoleh dari praktek mudharabah ini diantaranya : pertama,
pihak Bank akan mendapatkan peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah mengalami peningkatan. Kedua, pihak Bank tidak berkewajiban membayar bagi
hasil kepada nasabah, tetapi disesuaikan dengan pendapat/hasil usaha bank sehingga bank
tidak akan pernah mengalami negative spread. Ketiga, pengembalian pokok pembiayaan
disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan
nasabah. Keempat, pihak Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha
yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. Kelima, prinsip bagi hasil dalam
IJCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page

5

mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih nasabah
satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun
merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Sedangkan resiko dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam
pembiayaan, relative tinggi, antara lain : pertama, side streaming, nasabah menggunakan
dana yang diberikan bank bukan seperti yang disebut dalam kontrak. Kedua, lalai dan
kesalahan yang disengaja.Ketiga, penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila

nasabahnya tidak jujur.
Dengan demikian, esensi dari kontrak mudharabah adalah kerja sama untuk
mencapai profit (keuntungan) berdasarkan akumulasi dasar dari pekerjaan dan modal,
dimana keuntungan ditentukan melalui kedua komponen ini. Resiko juga menentukan
profit dalam mudharabah. Pihak investor menanggung resiko kerugian dari modal yang telah
diberikan, sedangkan pihak mudharib menanggung resiko tidak mendapatkan keuntungan
hasil pekerjaan dan usaha yang telah dijalankannya.
C. Prinsip Pembagian Hasil Usaha
Dalam praktek mudharabah istilah profit and loss sharing sebenarnya kurang
tepat untuk digunakan karena yang dibagi hanya (profit) keuntungannya saja, tidak
termasuk (loss) kerugiannya. Keuntungan hasil dari usaha pada mudharabah akan dibagi
sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak diawal, sedangkan
apabila terdapat kerugian maka akan ditanggung oleh pemberi modal selama kerugian itu
tidak diakibatkan karena kelalaian dari pengelola. Namun jika kerugian itu diakibatkan
karena kelalaian atau mungkin kecurangan dari pengelola, maka yang harus bertanggung
jawab atas kerugian itu adalah pengelola.
Dalam praktek mudharabah di perbankan syariah keuntungan yang dapat dibagi
hasilkan adalah pendapatan.Maka yang dimaksud dengan kerugian dalam praktek
mudharabah adalah ketidak mampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai
pembiayaan yang telah diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari

pembiayaan yang telah diterimanya.Bila terjadi demikian, kerugian ditanggung oleh bank
syariah, kecuali akibat karena nasabah melanggar syarat yang telah disepakati atau nasabah
lalai dalam menjalankan modalnya.
D. Pembiayaan Mudharabah Dalam Hal Jaminan
Dalam kajian fiqh, sebenarnya tidak ada ketentuan terkait dengan jaminan karena
mudharabah lebih di tekankan pada kepercayaan kedua belah pihak.Namun dalam
prakteknya perbankan syariah tetap meminta jaminan dari nasabah.Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa modal yang disalurkan dan keuntungan yang diharapkan dari
modal ini dapat diberikan kepada bank pada saat yang telah ditetapkan dalam kontrak
diawal.Dalam hal ini, jaminan dapat diberikan langsung dari pengelola sendiri maupun
dari pihak ketiga yang mampu memberikan jaminan.
Jaminan yang diminta oleh perbankan syariah tersebut tidak dibuat untuk
memastikan kembalinya modal, tetapi untuk memastikan bahwa kinerja pengelola agar
sesuai dengan syarat-syarat yang tertera dalam kontrak.Jaminan pembiayaan mudharabah
merupakan tuntutan kepada pengelola untuk mengembalikan modal kepada pemilik
modal dalam keadaan utuh baik terdapat keuntungan maupun kerugian.
Dalam hal ini, Fatwa DSN telah menmberikan rambu-rambunya sebagai berikut :
pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan

pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.Dengan demikian
adanya jaminan yang ditetapkan oleh pihak bank syariah telah sesuai dengan fatwa DSN
yang telah ditetapkan oleh MUI.
KESIMPULAN
Setalah dianalisa, praktek mudharabah diperbankan syari’ah telah sesuai dengan
fatwa MUI baik dalam pembiayaan, untung rugi maupun jaminan. Khusus soal jaminan,
sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSNMUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah dinyatakan bahwa pada prinsipnya
dalam pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak
melakukan penyimpangan, Lembaga Keuangan Syariah dapat meminta Jaminan dari
Mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
SARAN
Dalam perbankan syariah, tujuan utama bank syariah sebenarnya bukan sematamata untuk mencari keuntungan tetapi ikut ikut andil dalam memajukan perekonomian
masyarakat. Untuk memajukan perekonomian tentu sistem mudharabah ini seharusnya
yang menjadi ujung tombak diperbankan syariah.Selama ini mudharabah sepertinya masih
agak dikesampingkan karena memang lebih memiliki resiko dibanding murabahah
dll.Namun efek dari mudhorobah tentu lebih siknifikan untuk membangun
perekonomian dibanding murabahah yang lebih banyak menguntungkan pemodal.Untuk
itu dalam penelitian ini disarankan kepada perbankkan syariah agar menjadikan
mudhorobah menjadi ujung tombak, agar perbankan syariah tidak hanya mendapatkan
keuntungan tetapi juga ikut andil besar dalam meningkatkan perekonomian umat.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M Syafi’i, 1999,Bank Syariah Bagi Banker dan Praktisi Keuangan, Gema Insani
Press. Jakarta
Antonio, Muhammad Syafi'i, 2001, Bank Syariah - Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani,
Jakarta
Ascarya, 2007, Akad dan Produk Bank Syari’ah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ahmad, Aiyub, 2004, Transaksi Ekonomi - Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Islam,
Kiswah, Jakarta
Ali, Abdullah, 1995, Liku-liku Sejarah Perbankan Indonesia, Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta
Anwari, Ahmad, 1981, Praktek Perbankan Di Indonesia, Balai Aksara, Jakarta
Arifin, Zainul, 2000, Memahami Bank Syariah - Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
Alvabet, Jakarta
Fuady, Munir, 2001, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya bakti, Bandung
Gandapradja, 2004, Permadi, Dasar-dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Hasan, Iqbal, 2002, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia
Indonesia, Jakarta
Hadikusuma, Hilman, Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum,
Mandar Maju, Bandung, 1995.

IJCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page

7

Hafiduddin, 2003, Didin dan Tanjung, Hendri, Manajemen Syariah Dalam Praktek, Gema
Insasi, Jakarta
Kasmir, 2002, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Karim, Adhiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Moleong, Lexy J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Muhammad, 2001, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII Pres Yogyakarta
Muhammad, 2005, Kontruksi Mudhorobah dalam Bisnis Syari’ah: Mudorobah dalam Wacana
Fiqh dan Praktik Ekonomi Moder, BPFE, Yogyakarta
Makhalil, Ilmi, 2002,Teori dan Praktek Lembaga Makro Keuangan Syariah, UII Press,
Yogyakarta
Mahmoeddin, H. As., 1996, Bank dan Anda - 100 Keluhan Anda Dalam kredit Bank,
Rafflesia, Jakarta
Muslehuddin, Muhammad, 2004, Sistem Perbankan Dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta
Muhamad, 2000, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta
Nasution, S., 1992, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Bandung, Tarsito
Pasaribu, Chairuman, Lubis, Suhrawadi. K., 1994, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar
Grafika, Jakarta
Reed, Edward W., Gill, Edward K., 1989, Bank Umum, Bumi Aksara, Jakarta
Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sholahuddin, M, 2006, Lembaga ekonomi dan Keuangan Islam, Muhammadiyah University
Press, Surakarta
Subana, M. Sudrajat, 2005, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia Bandung, Persada,
Jakarta
Soehartono, Irawan, 1999, Metode Peneltian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial Lainnya, Remaja Rosda Karya, Bandung
Sutopo, H.B., 1988, Metodologi Penelitian Kualitatif Bagian II, UNS Press, Surakarta
Soemitro, Ronny Hanitijo, 1982, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1998, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo, Jakarta
Saeed, Abdullah, 2004,Menyoal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum NeoRevivalis, Jakarta, Paramadina, penerjemah, Arif Maftuhin, cet. II