29
Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-
lain.Bahan hukum tersier biasanya memberikan informasi, petunjuk dan keterangan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Di
perpustakaan biasanya bahan hukum tersier berada pada ruangan khusus.
b. Data Lapangan
Penelitian lapangan Field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa orang responden dan informan yaitu pemilik modal dan
pelaku usaha dan tokoh tokoh adat.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dikaitkan dengan jenis penelitian hukum yang bersifat normatif maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian kepustakaan library research.
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan pengumpulan data atau dengan cara menghimpun data yang berasal
dari kepustakaan, berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, atau literatur, jurnal ilmiah, majalah-majalah, artikel, yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti serta tulisan-tulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, guna mendukung data primer yang diperoleh melalui
penelitian kepustakaan tersebut dilakukan pula wawancara dengan beberapa narasumber yaitu terdiri dari pelaku usaha 2 dua orang, pemilik modal 2 dua
Universita Sumatera Utara
30
orang, Imam Meunasah 2 dua orang. Imam Mukim 2 dua orang serta Ketua MAA majelis adat aceh 1 orang.
4. Analisis Data
Tabel 1.1 No
Keterangan Jumlah
1 Pelaku Usaha
2 Orang 2
Pemilik Modal 2 Orang
3 Imam Menasah
2 Orang 4
Imam Mukim 1 Orang
5 Ketua MAA
1 Orang
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
merupakan penelahaan dan penguraian data, sehingga data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Data
sekunder yang diperoleh kemudian disusun secara urut dan sistematis, untuk selanjutnya dianalisis menggunakan metode kualitatif yaitu dengan penguraian
deskriptis analitis dan preskriptif,
51
yang dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan dengan menggunakan metode berfikir deduktif, yakni
51
Soekanto, Soerjono, Pengertian Penelitian Hukum, Universitas Indonesia,Jakarta, 1986, Hal.1
Universita Sumatera Utara
31
cara berfikir yang dimulai dari hal yang umum, untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus sebagai kesimpulan dan disajikan dalam bentuk preskriptif.
Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik inventarisasi karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, informasi
media cetak, dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian untuk mendukung studi kepustakaan. Kemudian data primer maupun data
sekunder dilakukan analisis penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara kualitatif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat
menjawab segala permasalahan hukum dalam penelitian tesis ini.
Universita Sumatera Utara
32
BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK
MAWAH DIKECAMATAN INGIN JAYA
A. Mawah Dalam Hukum Islam dan Hukum Adat Aceh.
Praktek Mawah telah dipraktekkan di Aceh sejak abad ke 16, praktek ini terus berlangsung sampai dengan sekarang.Praktek Mawah ini sangat populer di Aceh
sehingga dengan adanya praktek Mawah ini banyak membantu kehidupan para masyarakat miskin dengan sendiri. Dengan praktek Mawah ini mempunyai peranan
yang cukup besar dalam aktifitas ekonomi, ketersediaan gabah yang cukup, terbantunya ekonomi masyarakat miskin, dapat membuka lapangan pekerjaan,
masyarakat yang mempunyai lahannya bisa tergarap, dan meningkatnya produktifitas padi dan gabah sehingga tidak ada lagi lahan dan sawah yang telantar.
52
Konsep Mawah yang terus berkembang diaceh ini menjadi bukti bahwa ketika Indonesia
dilanda krisis moneter ditahun 1998 masyarakat aceh khususnya masyarakat pedasaan hampir tidak mengenal dan merasakan dampaknya krisis moneter tersebut. Oleh
karena itu praktek dan konsep Mawah ini dapat menjadi pilot projek nasional untuk dikembangkan didaerah lain.
Mawahadalah bahagian dari hukum adat Aceh dan sangat sesuai dengan konsep yang ada dalam sistem Islam yaitu Mudharabah.KonsepMawah juga sangat
rasional dalam sistim pembagiannya, dimana konsep Mawah memberikan porsi yang besar kepada petani penggarap yang system pembagian telah mempunyai ketentuan
52
Hasil wawancara dengan Tgk Imam Meunasah Lambaro Hamdani
32
33
yaitu 50:50 dan atau menurut perjanjian yang dilakukan antara petani dan pemilik sawah yang mana perjanjian tidak boleh melanggar dan merugikan petani. Misalnya
Sistem bagi 3 tiga satu untuk pemilik sawah dan 2 dua bagian untuk petani penggarap. Ada lagi system bagiannya yaitu dibagi 4 empat, Disini petani
mendapatkan 3
tiga bagian
dan pemilik
sawah mendapatkan
1 satu
bagian.Pembagian seperti ini terjadikarena letak sawah yang sangat jauh dari pemukiman. Dan yang paling menarikadalah
sistemMawah ini tidak mengenal pekerja dan majikan, tetapi kerjasama namanya
53
Konsep Mawah sangat berperan dalam pembangunan ekonomi masyarakat Aceh,meningkatnyakualitas kehidupan masyarakat petani pedesaan dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial, dan juga melalui kebijakan penanggulangankemiskinan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial, dengan sasaran:
1. Meningkatnya penanganan penduduk miskin danpelayanan bagi penyandang kesejahteraan sosial.
2. Meningkatnya kualitas hidup danperlindungan perempuan dan anak. 3. Meningkatnyapemberdayaan masyarakat desa melaui sektor pertanian.
54
Pelaksanaan Mawah yangdipraktekkan dalam masyarakat adalah beraneka ragam,
ada Mawah
tanah, Mawah
binatang, Mawah
kebun, dan
Mawahgunung.Namun dalam penelitian ini dibatasi kepada Mawah tanah. Dalam
53
Hasil wawancara dengan tgk M ali, ketua Majelis Adat Aceh MAA Aceh Besar.
54
Eko Dikdoyo, Pemberdayaan masyarakat desa tertinggal,Bandung : PT. Cita Pustaka, 2002, hal. 25.
34
pelaksanaannya pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada pengelola untuk ditanami tanam-tanaman atau dibuka usaha lain yang produktif yang hasilnya akan
dibagi dua dengan pemilik tanah sesuai dengan perjanjian awal. Didalam bahasa Hukum Ekonomi Islam Mawah ini sama dengan bahasa Mudharabah yaitu seseorang
memberikan modal dalam hal ini tanah kepada pekerja baik perorangan atau lembaga untuk dikelola dalam suatu usaha yang layak.
Bentuk Muamalahnya dalam pengertian tersebut adalah Mudharabah. Mudharabah
diperbankkan adalah
sistem pendanaan
oprasional realita
Bisnis.Sedangkan dalam Mawahbukan dananya yang diberikan tetapi tanahnya. 1. Syarat-syarat untuk sahnya praktek Mawah adalah:
a. Orang yang terkait dengan akadMawah adalah mereka yang cakap
bertindak hukum. b.
Syarat modal yang digunakan : 1
Bentuk tanah atau kebun. 2
Jelas ukurannya. 3
Milik sendiri. 4
Diserahkan lansung kepada pengelola. c.
Pembagian keuntugan harus jelas sesuai dengan NisbahPerbandingan yang disepakati.
2. Masyarakat Aceh menetapkan beberapa syarat dalam pelaksanaan Mawah yaitu:
35
a. Tanah yang Dimawahkan kepada pekerja atau pengelola berstatus
amanah dan seluruh tidakan pengelola sama dengan tindakan seorang wakil dari pemilik tanah.
b. Pekerja harus mengelola tanah tersebut sesuai dengan janji yang dibuat.
c. Pekerja dalam akad berhak mendapatkan keuntungan sesuai dengan
kesepakatan bersama. d.
Jika kerja sama itu mendatangkan keuntungan, maka pemilik tanah
berhak mendapatkan keuntungan dan tanahnya menjadi milik dia kembali. Akan tetapi bila usaha
itu rugi maka pemilik tanah dan pengelola tidak mendapatkan apa-apa.
3. Berakhirnya akadMawah Ahli adat aceh sepakat menyatakan akad Mawah akan berakhir bila
a. Masing-masing pihak menyatakan Akad Mawah batal.
b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Bila dalam perjanjian tidak
disebutkan dilanjutkan oleh ahli warisnya. Akan tetapi bila perjanjian ditulis
atau dinyatakan oleh ahli waris maka usaha tersebut dapat dilanjutkan walaupun salah seorang yang berjanji meninggal dunia.
c. Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan hukum, seperti gila.
d. Bila pelaksanaan Mawah dilapangan melarikan diri dalam pelaksanaan
tersebut.Namun perjanjian tersbut harus kembali kepada perjanjian
semula.
36
B. Gambaran Umum Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh BesarSecara geografi terletak sangat strategis. Kecamatan Ingin Jaya merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
Kabupaten Aceh Besar dan berbatasan langsung dengan ibukota Provinsi Aceh, dengan jarak lebih kurang 8 Km dari Ibukota Kecamatan ke kota Banda Aceh.
55
Kecamatan Ingin jaya terbagi atas 6 kemukiman yang membawahi
Gampoeng, yaitu : Mukim Lamteungoh membawahi 6 Gampoeng, Mukim Lamgarot membawahi 7 Gampoeng, Mukim Gani membawahi 10 Gampoeng, Mukim
Lamjampok membawahi 10 Gampoeng, Mukim pagar air membawahi 12 Gampoeng dan Mukim Lubok membawahi 5 Gampoeng, Total jumlah Gampoeng di Kecamatan
Ingin Jaya yaitu terdapat 50 gampong.
56
Dari 23 kecamatan yang ada di Aceh Besar, Kecamatan Ingin Jaya memiliki jumlah penduduk kedua terbanyak setelah Kecamatan Darul Imarah. Pada tahun 2012
jumlah penduduk di Kecamatan Ingin Jaya mencapai 29.027 jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 73,68 km 2, setiap km 2 ditempati penduduk sebanyak 389,60 jiwa
pada tahun 2011. 55 persen penduduk Ingin Jaya bermata pencaharian sebagai petani.
57
Topografi Daerah kecamatan Ingin Jaya memiliki sungai dan alam datar yang terbentang luas, dengan daerah persawahan dan perkebunan rakyat yang cocok untuk
55
Kantor kecamatan Ingin Jaya,.Kecamatan ingin jaya.
56
Ibid
57
Http www.Statistik,Aceh Besar Dalam Angka.co.id.
37
pertanian, sehingga daerah ini cocok untuk ditanami padi, jagung dan aneka sayur- sayuran dan juga perkebunan mangga.
Dari sektor pertanian, komoditi padi sawah merupakan komoditi yang paling banyak ditanam di Kecamatan Ingin Jaya. Pada tahun 2012, luas tanam padi sawah
sebesar 3.350 ha dan luas panen 3.072 ha. Jumlah produksi mencapai 19.360 ton dengan tingkat produktivitas 6,30 tonha dan jagung menempati urutan kedua dengan
produksi 2500 ton permusim tanam Komoditi ketiga terbanyak adalah tanaman mangga, jumlah tanamannya tahun ini sebanyak 13.556 batang dan tanaman
produktif yang sedang menghasilkan sebanyak 12.837 batang.Jumlah produksi mangga pada tahun 2011 di Kecamatan ini mencapai 6.515,6 ton permusim.
58
C. Pelaksanaan Mawah di Kecamatan ingin Jaya.
Dalam masyarakat ingin jaya dapat ditemukan beberapa cara mempraktek Mawah tanah dan Mawah hewan. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada praktek
Mawah tanah. Ada beberapa Hal yang diatur dalam praktek Mawah tanah yaitu seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
1. Cara mempraktekkan Mawah di Kecamatan Ingin Jaya