Pengukuran mindset stres; Stress Mindset Measurement SMM

feedback lebih tinggi dibandingkan kelompok satunya. Keinginan ini mewakili hal yang positif karena menerima feedback sering diasosiasikan dengan ancaman atau sesuatu yang dapat merusak harga diri, atau dalam bahasan ini dapat dikatakan bahwa feedback adalah stresor. Ketika individu ingin mendapatkan feedback stresor, dapat diasumsikan bahwa individu tersebut menilai bahwa mengalami stres merupakan sesuatu yang baik sehingga individu tersebut ingin mendapatkannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mindset stres memang berbeda dengan konstruk stres yang lain dan juga memiliki pengaruh terhadap aspek fisiologis dan psikologis seseorang.

D. Pengukuran mindset stres; Stress Mindset Measurement SMM

Asumsi teoritis dari sebuah skor adalah X=T+e. Di mana X adalah skor tampak; T adalah skor sebenarnya; dan e adalah eror. Jika dikaitkan dengan mindset stres, maka X adalah skor yang dihasilkan Stress Mindset Measurement SMM; Crum dkk, 2013; T adalah mindset stres yang dimiliki individu; disertai dengan eror. SMM adalah alat ukur mindset stres dengan wujud skala Likert. Terdapat 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan favorabel dan 4 pernyataan unfavorable. Skor didapat dengan merata-rata seluruh skor yang ada, dengan sebelumnya skor pada pernyataan unfavorable dibalik terlebih dahulu. Jadi, semakin tinggi skor SMM ini semakin mewakili mindset stres-itu-menguatkan. Jika melihat kembali ke pemahaman mengenai mindset secara umum, keyakinan merupakan variabel yang beroperasi di bawah sadar dan cara untuk menangkapnya yang relevan adalah dengan teknik proyektif. Asumsinya adalah SMM versi Likert ini membuat partisipan sadar akan mindset stres mereka. Stimulus berupa pernyataan dapat diasumsikan menimbulkan kecemasan, tidak seperti stimulus ambigu pada teknik proyektif. Ketika terjadi kecemasan, dapat diasumsikan bahwa isi bawah sadar mindset stres telah mengalami distorsi, sehingga apa yang disadari tidak lagi memicu kecemasan, tetapi sekaligus tidak mewakili isi bawah sadar atau mindset stres yang sebenarnya. Hal ini yang menjadi kecurigaan peneliti, apakah SMM dapat mewakili isi mindset stres yang merupakan variabel bawah sadar? Berdasarkan hal tersebut, mungkin akan muncul pertanyaan, jika keyakinan secara teoritis akan melibatkan MPD, apakah penelitian- penelitian mengenai variabel keyakinan yang lain, seperti self-concept, self-esteem, mindset intelegensi, dan lain-lain, mempermasalahkan pengukuran dengan skala Likert seperti ini? Peneliti cukup kesulitan untuk menemukan penelitian terkait hal tersebut. Namun, salah satu penelitian yang peneliti temukan adalah milik Demo 1985. Pada jurnal tersebut, Demo 1985 menyatakan bahwa masalah pengukuran memang jarang sekali diperhatikan. Secara khusus, Demo 1985 mengangkat permasalahan pada topik pengukuran self-concept. Hasil penelitian yang dilakukan adalah bahwa pengukuran yang bervariasi mampu menghasilkan pemahaman yang lebih baik mengenai variabel yang diukur. Secara spesifik, pada penelitian tersebut, Demo 1985 menemukan bahwa self-concept dapat dibagi menjadi dua, yaitu self concept yang dialami atau dirasakan dan self concept yang ditampilkan. Jadi, dapat dikatakan, masalah pengukuran memang jarang diangkat oleh penelitian-penelitian yang ada dan peneliti secara khusus ingin meneliti hal ini karena variabel ini bermakna dan bermanfaat untuk didalami.

E. Solusi Pengukuran Mindset Stres; SMM versi Terbuka