SMM versi Likert Kredibilitas alat ukur

2. SMM versi Terbuka Pembuatan alat ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Tipe soal dalam alat ini menggunakan tipe sentence completion. Pernyataan-pernyataan yang diberikan bersifat netral. Subjek diminta melengkapi pernyataan yang ada. Skoring akan dibahas pada bagian selanjutnya.

F. Kredibilitas alat ukur

1. Validitas Validitas adalah kemampuan alat ukur mengukur secara tepat apa yang seharusnya diukur Azwar, 2011. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi yang diuji oleh profesional judgement yaitu melalui penilaian beberapa dosen fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma. Dosen-dosen tersebut telah memperoleh gelar M.Si, dan mengampu mata kuliah psikologi proyektif, psikologi kepribadian, dan statistik, yang peneliti pertimbangkan cukup relevan untuk memvalidasi alat ukur ini. 2. Pembuatan Alat ukur

a. SMM versi Likert

- Pembuatan item Untuk menciptakan alat ukur yang dapat menangkap mindset stres, Crum dkk. 2013 mengadakan focus group dengan dosen, mahasiswa S2, dan mahasiswa S3 dari Health, Emotion, and Behavioral Laboratory. Grup ini menghasilkan item-item yang mengukur mindset stres partisipan secara umum misal, “Dampak dari stres adalah negatif dan harus dihindari.” dan juga dampak dari mindset stres tersebut pada hasil terkait stres misal, “Mengalami stres meningkatkan kesehatan dan semangat saya.” Terdapat dua versi dari skala ini yaitu SMM-General mengukur keyakinan sifat stres secara umum dan SMM-Spesifik mengukur keyakinan sifat stres pada konteks stresor yang spesifik. Untuk menguji konsistensi internal item-item hasil focus group tersebut, Crum dkk. 2013 mengadministrasikan skala tersebut pada tiga sampel pilot yang berbeda. Pada sampel pertama, yakni 20 orang yang menghadiri workshop mengenai parenting, Crum dkk 2013 meminta mereka untuk mengomentari penggunaan bahasa serta kemudahan mengerjakan item-item awal tersebut. Setelah menyederhanakan item-item sesuai komentar tersebut, pada sampel kedua, yakni 26 orang yang menghadiri seminar pelatihan manajemen konflik, Crum dkk 2013 menetapkan bahwa item-item tersebut memiliki konsistensi internal yang cukup setelah membuang item tertentu. Akhirnya, pada sampel ketiga, yakni 40 orang dari institusi pemerintahan, skala yang telah disempurnakan dengan membuang item tertentu tersebut diujikan dan terbukti memiliki konsistensi internal yang cukup untuk diseminasi pada sampel yang lebih besar. Item-itemnya versi terjemahan adalah: 1. Dampak dari stres adalah negatif dan harus dihindari 2. Mengalami stres memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan saya 3. Mengalami stres menghabiskan kesehatan dan semangat saya 4. Mengalami stres meningkatkan performansi dan produktivitas saya 5. Mengalami stres menghambat pembelajaran dan perkembangan saya 6. Mengalami stres meningkatkan kesehatan dan semangat saya 7. Mengalami stres menurunkan performansi dan produktivitas saya 8. Dampak dari stres adalah positif dan harus dimanfaatkan Masing-masing item akan diberi skor oleh partisipan dari angka 0 sangat tidak setuju hingga 4 sangat setuju. Skor SMM didapat dengan membalik skor pada item unfavorable item 1, 3, 5, dan 7 kemudian merata-rata skor kedelapan item tersebut. Tingginya rerata skor mewakili seberapa mindset stres-itu-menguatkan dilaporkan oleh subjek. - Validasi Untuk proses validasi, Crum dkk 2013 menggunakan sampel sebanyak 388 responden dari sebuah perusahaan keuangan di daerah timur laut Amerika Serikat. Adapun validitas yang diuji oleh Crum dkk adalah validitas diskriminan, validitas kriterion, dan validitas inkremental. Validitas diskriminan dari mindset stres yang diukur dengan SMM didapat dengan mengkorelasikan skor SMM tersebut dengan skor dari variabel terkait stres yang lain. Variabel terkait stres yang lain adalah jumlah stres, coping, dan penilaian stres. Jumlah stres diukur dengan Social Readjustment Rating Scale SRRS; Holmes Rahe, 1967. Coping diukur dengan Brief COPE Carver et.al., 1989. Penilaian stres diukur dengan Perceived Stress Scale PSS; S. Cohen, Kamarck, Mermelstein, 1983. Selain variabel terkait stres tersebut, Crum dkk 2013 juga memasukan variabel moderator stres seperti hardiness yang diukur dengan Dispositional Resilience Scale DSR 15-R; Bartone, 2007, optimisme yang diukur dengan The Life Orientation Test LOT-R; Scheier, Carver, Bridges, 1994, toleransi terhadap ketidakpastian yang diukur dengan The Intolerance of Uncertainty Scale IUS; English translation: Buhr Dugas, 2002, dan pengalaman mindfulness yang diukur dengan Freiburg Mindfulness Inventory FMI; Walach, Buchheld, Buttenmüller, Kleinknecht, Schimdt, 2006. Hasil pengukuran menemukan bahwa skor SMM secara signifikan berkorelasi dengan varibel terkait stres yang lain. Korelasinya bergerak pada angka yang kecil hingga menengah, yang berarti SMM bukanlah konstruk yang redundan. Dengan menggunakan Structural Equation Modeling, variabel-variabel moderator stres terpisah dari “payung” konstruk mindset stres yang menunjukkan bahwa meskipun mindset stres berhubungan dengan variabel moderator tersebut, mindset stres merupakan variabel yang berbeda dari variabel-variabel tersebut. Validitas kriterion dari mindset stres diuji dengan mengkorelasikan skor SMM dengan skor dari variabel-variabel yang terpengaruh oleh stres hasil terkait stres. Variabel yang terpengaruh oleh stres tersebut adalah kesehatan, performansi, dan kualitas hidup. Untuk kesehatan, terdapat dua alat ukur, yaitu The Mood and Anxiety Symptom Questionnaire MASQ; Watson et. al., 1995 untuk mengukur simptom kecemasan dan depresi dan Healthy Days Measures HD; Center for Disease Control and Prevention, 2000 untuk mengukur status kesehatan secara fisik, mental, dan energi. Untuk performansi diukur dengan the Work Performance Scale WPS yang merupakan adaptasi dari Role-Based Performance Scale Welbourne, Jhonson, Erez, 1998. Untuk kualitas hidup diukur dengan Quality of Life Inventory QOLI; Frisch et. al., 2005. Selain korelasi, analisis regresi juga dilakukan untuk memahami sejauh mana mindset stres memprediksi variasi pada variabel-variabel tersebut. Analisis regresi dilakukan dengan variabel jumlah stres, active coping, social coping, distractive coping, dan avoidance coping sebagai prediktor pada tahap pertama dan mindset stres pada tahap kedua. Secara singkat, mindset stres merupakan prediktor yang signifikan dalam memprediksi variasi pada kesehatan dan kepuasan hidup, tetapi tidak signifikan dalam memprediksi variasi pada performansi. Selain itu, pada analisis regresi ini, validitas inkremental mindset stres juga ditemukan, yakni mindset stres berperan secara signifikan pada variasi kesehatan dan kepuasan hidup, meski hanya 2 hingga 3.

b. SMM versi Terbuka