Pengantar LOODK 00 HG ´HUDNDQ 7UDQVIRUPDVL 6RVLDO 8QWXN 0HQHJDNNDQ

2 WHUMDGLQ\D´VRSKLVPHµ² penggunaan logika sesat, dengan sengaja ² tetapi kelahirannya tetap harus disambut dengan optimis. 1 Apapun kelemahan yang terkandung dalam TAP MPR No. IXMPR2001, keberadaannya tetap merupakan peluang untuk meneruskan langkah gerakan pembaruan agraria di atas landasan legal-formal. Tinggal persoalannya, bagaimana menjaga agar dalam implementasinya tidak terjadi pemelintiran makna atas rumusan TAP tersebut 2 di satu sisi dan pereduksian ² baik secara sadar atau tidak ² atas persoalan-persoalan agraria dan hakikat pembaruan agraria di sisi lain. Berangkat dari sikap optimis tersebut, tulisan ini tidak bermaksud memberikan tanggapan maupun ulasan terhadap kelahiran dan isi TAP MPR No. IXMPR2001, melainkan hanya akan mencoba memberikan sedikit catatan ² berdasarkan hasil temuan lapangan ² yang diharapkan akan berguna sebagai bahan masukan dalam upaya meneruskan agenda perjuangan pembaruan agraria.

B. Pembaruan agraria: Agenda Perubahan Struktural dan Penyelesaian Konflik Agraria

Sudah sama-sama kita ketahui, bahwa Indonesia adalah negara agraris, di mana sumber agraria ² terutama tanah ² merupakan aset yang paling berharga. Selain memiliki fungsi penting bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat 3 ; juga memiliki fungsi pokok dalam kehidupan, baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai faktor produksi yang utama. 4 Penulis adalah staf peneliti Divisi Agraria AKATIGA. 1 Gunawan Wiradi, 2001. 7DQWDQJDQ HUDNDQ 3HPEDUXDQ DJUDULD ´3RVWDµ 7DS-MPR No. IX2001, Makalah Munas III KPA, 23 April 2002 di Garut, Jawa Barat, hal. 4. Lihat juga Gunawan Wiradi, 2002 a. Tinjauan Aspek Politik Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Makalah Diskusi Panel Pembaruan Agraria dan Agribisnis yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian di Bogor, tanggal 10-12 September 2002. 2 Gunawan Wiradi, 2001, Ibid, hal. 3. 3 Noer Fauzi, 1997. Penghancuran Populisme dan Pembangunan Kapitalisme: Dinamika Politik Agraria Indonesia Setelah Kolonial , dalam Dianto Bachriadi, Erpan Faryadi dan Bonnie Setiawan Editor, Reformasi Agraria: Perubahan Politik, Konflik dan Agenda Pembaruan agraria di Indonesia, Yogyakarta, Insist, KPA dan Pustaka Pelajar, hal. 67. 4 Gunawan Wiradi, 2000. Pembaruan agraria: Perjalanan yang belum Berakhir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Insist dan KPA, hal. 21-24. 3 Itu artinya, kebutuhan akan tanah bukan hanya dan bukan semata-mata kebutuhan masyarakat petani produsen pangan, melainkan juga kebutuhan masyarakat bukan petani konsumen secara keseluruhan. Oleh sebab itu, bagi Indonesia masalah agraria merupakan masalah fundamental, karena baik kehidupan rakyatnya maupun penerimaan masyarakatnegara bersumber dari produk-produk sumber agraria. 5 Namun demikian, jika kita menelusuri kembali perjalanan sejarah sepanjang pemerintahan Orde Baru, yang berlangsung kurang lebih 30 tahun lamanya, isu pembaruan agraria ² sebagai jalan untuk menciptakan keadilan, memecahkan masalah kemiskinan dan kesejahteraan rakyat 6 ² bukan hanya tidak mendapatkan perhatian, bahkan telah ditenggelamkan bersama kekuatan-kekuatan yang berusaha memperjuangkannya. 7 Pada era ini agenda land reform sebagai prasyarat bagi pelaksanaan pembaruan agraria yang digagas oleh pemerintah Orde Lama melalui UUPA-1960 telah dikandaskan secara sistematis, baik melalui serangkaian kebijakan pembangunan yang secara substansial melawan gagasan pembaruan agraria yang berorientasi kerakyatan; maupun melalui hegemoni politik, di mana agenda pembaruan agraria diidentikkan dengan agenda politik PKI komunis. Kenyataan ini jelas merupakan tragedi yang seharusnya tidak pernah terjadi di sebuah negara yang sebagian besar rakyat dan pendapatan negaranya bergantung pada sumber-sumber agraria, terutama tanah. Seperti sudah sering diulas di banyak literatur, yang menjadi pokok persoalan pembaruan agraria sesungguhnya bukanlah persoalan komunis dan bukan komunis, karena sebagai sebuah instrumen perubahan, pembaruan agraria bisa digunakan, baik sebagai jalan menuju ke kapitalisme maupun sosialisme, atau campuran keduanya, atau 5 Gunawan Wiradi, 2002. Pembaruan agraria sebagai Basis Pembangunan Sosial, Makalah yang disampaikan dalam acara SemiQDU1DVLRQDO´6WUDWHJL3HODNVDQDDQ3HPEDQJXQDQJUDULDµ\DQJGLVHOHQJJDUDNDQROHK KPA, Sekretariat Bina Desa dan BPN di Jakarta, tanggal 26 September 2002, hal. 2-3. 6 Tentang asumsi yang mendasari gagasan penyelesaian masalah kemiskinan melalui pembaruan agraria lihat misalnya, Mansour Fakih, 1997. Reformasi Agraria Era Globalisasi: Teori, Refleksi dan Aksi, dalam Dianto Bachriadi, Erpan Faryadi dan Bonnie Setiawan Editor, Ibid, hal. xvii-xxv. 7 Lihat, Noer Fauzi, 1997, Opcit.