Karakteristik Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik Alasan Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik

Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 9 • Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; • Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; • Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan

1. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: • Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik student centered, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. • Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik direct experiences. Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata konkrit sebagai dasar untuk memahami hal- hal yang lebih abstrak. • Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik. • Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. • Pembelajaran tematik bersifat luwes fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada. • Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. • Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

2. Alasan Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik

• Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: 1 progresivisme, 2 konstruktivisme, dan 3 humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah natural, dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik direct experiences sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 10 bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi keunikankekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. • Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isimateri pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isimateri pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. • Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya pasal 9. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya Bab V Pasal 1-b C. Model Pembelajaran Seni Terpadu Begitu banyak pendekatan pembelajaran seni disarankan oleh para pakar pendidikan seni, namun sebagai pendidik kita harus kritis dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai perkembangan dan kebutuhan mereka. Pendekatan ekspresi bebas memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk merefleksikan atau mengaktualisasikan diri dan bereksplorasi melalui berbagai media dan teknik tanpa intervensi guru. Jack Cross, 1977.44. Pendekatan ini dikembangkan oleh Lowenfeld dan Lambert Britain. Pendekatan ekspresi bebas memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh melalui kegiatan seni secara bebas. Guru hanya berperan sebagai motifator dan fasilitator. Pendekatan ini berorientasi kepada pengembangan konseptual, agar kretivitas anak berkembang, dengan konseptual seni yang baik maka keterampilan dan kreativitas anak berkembang dengan sendirinya. Pendekatan ekspresi bebas mengarah kepada pendekatan belajar humanisme, suatu pendekatan pelajar yang mengutamakan kebutuhan anak. Melalui pendekatan ini anak diberi ruang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan konseptual, kemampuan operasional atau skill san sintesis anak tumbuh dengan sendirinya. Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 11 Pendekatan in i pernah mendominasi kurikulum pendidikan seni di Indonesia selama 20 tahun atau sejak tahun diterapkannya kurikulum l975 hingga kurikulum 1994. Nampaknya pendekatan tersebut kurang tepat untuk diterapkan di Indonesia, karena karakter bangsa dan negara RI penuh kebinekaan, baik dalam ras, etnik, budaya, dan bahasa. Kebebasan mutlak yang diberikan membentuk sikap apriori, kurang toleran terhadap orang lain, dan lemah dalam keterampilan sehingga melemahkan life skill mereka. Pendekatan disiplin atau Discipline Based Art Education DBAE merupakan pendekatan pembelajaran seni yang mengacu kepada empat masalah pokok, antara lain : produksi seni, kritik seni, sejarah seni, dan estetika serta kaitannya dengan kebudayaan. Eisner. 1984. Pendekatan tersebut lebih cederung mengutamakan pengembangan disiplin ilmu seni. Pendekatan ini sempat mewarnai kurikulun pendidikan seni di Indonesia pada masa kurikulum Inti beriringan dengan penerapan pendekatan ekspresi bebas, hal ini membuat arah kurikulum nemjadi kurang jelas, karena disatu sisi mengharapkan anak berkembang secara bebas, disisi lain menekankan penguasaan materi seni, sehingga penerapan pendidikan seni dilapangan kehilangan arah, yakni berada diantara pemenuhan kebutuhan anak dan kebutuhan pengembangan disiplin ilmu seni tanpa penjelasan yang gamblang mengenai pengintegrasian dua pendekatan yang berbeda arah tersebut. Pendekatan pembelajaran seni yang saat ini ditawarkan pemerintah atau Badan Nasional Sertifikasi Pendidikan BNSP dengan kurikulum Kurukulum Tingkat satuan Pendidikan KTSP nya menawarkan banyak pilihan pendekatan pembelajaran diantaranya adalah pendekatan terpadu, pendekatan konstruktif, pendekatan multikultur, pendekatan proyek, pendekatan kooperatif dan beberapa pendekatan belajar lainnya, sehingga guru dilapangan semakin kewalahan mengimplementasikannya di lapangan, sebab belum terlaksana satu penerapan pendekatan yang ditawarkan, hadir pendekatan pembelajaran lain untuk dilaksanakan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang ditekankan DEPDIKNAS adalah pendekatan pembelajaran terpadu, karena setidaknya ada dua alasan mengapa pendekatan pembalajaran ini diterapkan di sekolah adalah senabagi berikut: Pertama , alasan emperik, karena pada hakikatnya pemgalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu,artinya menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Pergi ke pasar, sebagai misal merupakan kompleksitas pengalaman hidup yang tak hanya bersifat sosial berhubungan dangan orang lain, ekonomi memenuhi kebutuhan rumah tangga ,tetapi juga matematika terkait hitung –hitunga harga, dan biologi soal barang dan bahan yang kita beli ,dan sebagainya. Dengan demikian, proses pmbelajaran di sekolah sebenarnya dapat dilaksanakan dengan meniru model pengalaman hidup dalam masyarakat ,karena proses belajar yang demilkian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita. Kedua , alasan teoristis ilmiah, karena keadaan dan permasalahan dalam kehidupan akan terus berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh ilmu ruang angkasa menjadi lebih terbuka setelah Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 12 pesawat ulang-alik dapat mendarat di bulan. Komputer kini menjadi mesin informasi yang telah masuk di rumah kita tampa permisi. Itulah sebabnya, maka bahan ajar di sekolah sudah pasti harus diperkaya dengan muatan-muatan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. DEPDIKNAS, 2003. Disamping itu sebetulnya ada alasan lain mengapa penerapan pendekatan pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di sekolah, karena pendekatan pembelajaran terpadu merangkum hampir semua pendekatan lain yang direkomendasi oleh DEPDIKNAS, meliputi pendekatan konstruktif, pendekatan multikultur, pendekatan proyek, dan pendekatan kooperatif. Pendekatan pembelajaran terpadu membangun konsep berpikir, membina rasa kebersamaan melalui kerja sama bukan hanya antar murid, namun antar murid dengan guru, antara guru satu bidang studi dengan bidang studi lain baik serumpun maupun diluar rumpun bidang studi yang diampunya, peserta didik ditekankan membuat suatu proyek dan melaporkannya dalam bentuk portofolio, dan melalui pendekatanm pembelajaran terpadu ditanamkan sikap untuk menyadari, menghargai dan menghormati adanya perbedaan individu, ras, etnik, budaya dan agama, agar dapat hidup bersama dengan damai, toleransi dan kasih sayang. Upaya menuju kearah tersebut dapat dicapai melalui proses belajar melalui seni. Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu membuat kompetensi seni budaya dan keterampilan peserta didik berkembang melalui proses belajar tentang seni dan proses belajar dalam seni. Melalui pendekatan pembelajaran seni terpadu kemampuan anak terhadap disiplin ilmu lain berkembang secara optimal melaui proses belajar dengan seni. Forgarty, menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat kegiatan belajar menjadi lebih bermakna, mengembangkan cakrawala, kerjasama dan kreativitas anak dan guru. Kebermaknaan proses belajar mengajar dapat dirasakan oleh peserta didik karena Pendekatan multikultural mengajukan enam pernyataan pokok antara lain : menjadikan sosio antropologi sebagai dasar pembelajaran estetik, produksi dan pengalaman budaya, menuntut pengetahuan dam kesadaran guru akan nilai – nilai sosial budaya antropologi sebagai metode dasar, menanamkan skap demokratis dan memfokuskan pada pembinaan sikap interaktif, gender, usia, politik, religi, dan etnik. Model Kurikulum Inovatif Pendidikan Dasar - 2007 13

BAB III PELAKSANAAN KURIKULUM