5. Value Based Management dan Corporate Social Performance
Salah satu kritik yang sering muncul terkait dengan konsep VBM adalah apakah maksimalisasi kesejahteraan pemegang saham akan dapat juga memaksimalkan kesejahteraan
seluruh stakeholder? Literatur-literatur mengenai tanggung jawab sosial dan stakeholder mengemukakan bahwa tidak seharusnya bisnis hanya memperhatikan pemegang saham.
Copeland et al. 1995 dalam Arnold dan Davies 1999:86, mengungkapkan bukti empiris yang menunjukkan bahwa meningkatkan nilai pemegang saham tidak akan bertentangan
dengan kepentingan stakeholder lain dalam jangka panjang. Copeland membagi beberapa negara besar menjadi dua bagian, yaitu: negara-negara yang berfokus pada pemegang saham
seperti Amerika Serikat dan Inggris dan negara-negara yang lebih berorientasi pada stakeholder seperti Jerman, Jepang, dan Perancis. Analisa dilakukan dari tahun 1950-1990.
Penelitiannya menemukan bahwa negara-negara yang berfokus pada pemegang saham merupakan negara-negara dengan Produk Domestik Bruto PDB tertinggi. Namun, di sisi lain,
negara-negara yang lebih berorientasi pada stakeholder sebenarnya memiliki pertumbuhan Produk Domestik Bruto per kapita yang lebih tinggi dalam periode yang sama, seperti
pertumbuhan PDB per kapita di Jepang sebesar 5.5, di Jerman sebesar 3, sementara di Inggris hanya 2 dan Amerika Serikat hanya 1.7. Fakta di atas menunjukkan bahwa negara-
negara yang berfokus pada pemegang saham, seperti Inggris dan Amerika Serikat, menciptakan kesejahteraan yang lebih sedikit dalam periode 1950-1990 dibandingkan dengan negara-negara
yang lebih berfokus pada stakeholder. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa kesejahteraan di negara-negara yang berorientasi stakeholder memiliki distribusi kesejahteraan yang lebih merata
daripada negara-negara yang berfokus pada pemegang saham. Penelitian sejenis dilakukan oleh Young and O’Byrne 1999 terhadap perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat yang termasuk daftar Stern Stewart 1000 perusahaan yang memiliki nilai tambahvalue creator terbesar di Amerika Serikat. Ternyata sebelas perusahaan
dalam 20 besar Stern Stewart 1000 tahun 1996, juga masuk dalam 20 besar Most Admired 8
Companies yang dikeluakan oleh Majalah Fortune. Sementara itu, 17 perusahaan yang berada pada peringkat 20 terbawah dalam Stern Stewart 1000 value destroyer, juga berada pada 20
terbawah peringkat Most Admired Companies.
METODOLOGI 1. Hipotesa Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsep Value-Based Management melalui Economic Value Added yang sangat mengutamakan kesejahteraan pemegang saham sering
dianggap bertentangan dengan aktivitas kinerja sosial perusahaan yang lebih mengutamakan kepentingan seluruh stakeholder. Namun, ada juga bukti-bukti empiris yang menemukan bahwa
sebenarnya dua konsep ini tidaklah bertentangan, melainkan saling mendukung Arnold dan Davies, 1999.
Selain itu, sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa pertautan antara CSP dengan kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan masih belum jelas Ullmann, 1985. Hasil dari
penelitian empiris mengindikasikan hubungan yang masih belum jelas, seperti yang ada pada penelitian Alexander dan Buchholz 1982, Aupperle et al. 1985, Ullmann 1985, dan lainnya.
Lebih jauh lagi, walaupun sebagian besar penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif Margolis dan Walsh, 2003; Orlitzky, 2003, tetapi masih belum jelas
hubungan kausalitasnya, apakah perusahaan yang sukses secara finansial memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk melakukan CSP sehingga memiliki tingkat CSP yang tinggi, ataukah
kinerja CSP yang baik menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik McGuire et al., 1988; Ullmann, 1985; Waddock dan Graves, 1997.
Penelitian mengenai arah kausalitas ini pernah dilakukan, salah satunya oleh Waddock dan Graves di tahun 1997. Mereka mendasarkan penelitian mereka pada dua teori, yaitu good
management dan slack resources. Berbagai penelitian mengenai hubungan CSP dan kinerja perusahaan juga memiliki perbedaan dalam hal waktu dirasakannya efek CSP terhadap kinerja
9
perusahaan. Ada yang mengukur efek tersebut dalam tahun yang sama seperti Cochran dan Wood, 1984, ada juga yang menganggap bahwa untuk dapat dirasakan, efeknya memiliki time
lag setidaknya satu tahun, seperti penelitian Waddock dan Graves 1997. Sehingga dalam penelitian ini akan digunakan time lag satu tahun.
Dari kerangka pemikiran tersebut, hipotesa yang akan diuji adalah: H1: Leaders dalam EVA juga merupakan leaders dalam CSP.
H2: Corporate Social Performance mempengaruhi Economic Value Added secara positif di tahun yang sama.
H3: Dengan memperhatikan time lag, Corporate Social Performance mempengaruhi Economic Value Added secara positif di tahun berikutnya.
H4: EVA mempengaruhi Corporate Social Performance secara positif di tahun yang sama. H5: Dengan memperhatikan time lag, EVA mempengaruhi Corporate Social Performance
secara positif di tahun berikutnya.
2. Model Statistik