Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE &

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN REAL ESTATE &

PROPERTY PADA BEI 2011-2013

OLEH

Prawira Osaga M

110503288

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skirpsi saya “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN REAL ESTATE & PROPERTY PADA BEI 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaika n beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan yang diteliti, sudah mendapat izin karena data yang saya pakai rata-rata dari situs resmi seperti IDX, ICMD, dan Yahoo Finance yang dipublikasikan, begitu juga dengan bagian yang saya kutip dari hasil karya orang yang lain telah mendapat izin karena mereka mempublikasikan dan penulis juga menyertakan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar atau ditemukannya kecurangan, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan/May, 28 - 2015 yang membuat pernyataan,

Prawira Osaga M NIM : 110503288


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah corporate governance

dan social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Penelitian ini adalah jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel 26 perusahaan Property dan Real Estate setiap tahunnya dari 40 Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk periode tahun 2011, 2012, dan 2013. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh website

www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan secara bersama-sama, begitu juga secara parsial, bahwa setiap variabel yaitu, dewan direksi, komisaris independen, komite audit, dan corporate social tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Indonesia.

Kata Kunci : corporate governance, ukuran dewan direksi, komisaris independen, proporsi komite audit, social responbility, dan nilai perusahaan.


(4)

ABSTRACT

This study aims to determine whether the corporate governance and social responsibility affects the value of the Property and Real Estate companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2011-2013. The data used are the financial statements of each sample company published through the website www.idx.co.id

and Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

This research is classified as causal research and replication of the nature of previous studies with a sample of 26 companies Property and Real Estate annually from 40 Property and Real Estate Company listed on the Indonesia Stock Exchange. This research was conducted for the period 2011, 2012, and 2013. The type of data used is secondary data. Data obtained www.idx.co.id website and Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

The results showed that all independent variables did not significantly affect the Company Value together, as well as partial, that every variable that is, the board of directors, independent directors, audit committees, and corporate social no significant effect on the value of the company at the company property and real estate registered in Indonesia.

Keywords : corporate governance, board size, independent commissioner, audit committee proportion, social responbility, dan firm value.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, berkat, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

4. Drs. M. Utama Nasution, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., AK selaku Dosen Penguji, dan Ibu Dra. Nurzaimah,


(6)

MM, Ak. selaku Dosen pembanding penulis. Terima kasih sedalam-dalamnya untuk kesediaan Bapak dan Ibu dalam membimbing penulis dengan perhatian dan kasih sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini, khususnya Bapak/Ibu dan Abang/Kakak maupun pegawai Departemen Akuntansi. Terima kasih atas bantuan, arahan, dan bantuan untuk penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

6. Kedua orangtua penulis dan saudara perempuan penulis. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang melalui perhatian, doa, dukungan, dan pengorbanan yang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk terus berprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Afief, Riris, Andreas, Veby, dan Jessika. Terima kasih untuk semua dukungan, kebersamaan dan bantuan yang sangat tulus dalam membantu penulis.

8. Sahabat-sahabat dan teman-teman terkasih penulis dari Calle Ocho, Pelatih Koinonia Choir, NH Sudirman, Scorp dan yang lainnya. Terima kasih untuk segala perhatian, doa, dukungan, semangat, dan hiburan untuk penulis untuk senantiasa tetap semangat dan terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.

Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan oleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan


(7)

masih perlu banyak perbaikan atas segala kekurangannya yang semata-mata merupakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Akhir kata, semoga skrispi ini bermanfaat bagi pembacanya.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teoritis ... 9

2.1.1 Nilai Perusahaan ………. 9

2.1.2 Good Corporate Governance... 11

2.1.2.1 Teori Agensi ... 11

2.1.2.2 Konsep dan Pengertian Good Corporate Governance ... 12

2.1.2.3 Manfaat Good Corporate Governance ... 14

2.1.2.4 Dewan Direksi ... 14

2.1.2.5 Pengaruh Komisaris ... 16

2.1.2.6 Komite Audit ... 16

2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 18

2.1.3.1 Teori Legitimasi ... 18

2.1.3.2 Konsep dan Pengertian Corporate Social Responsibility ... 19

2.1.3.3 Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan . 22 2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 27

2.4 Hipotesis . ... 30

2.4.1 Pengaruh dewan direksi terhadap nilai perusahaan ... 30

2.4.2 Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan ... 30


(9)

2.4.4 Pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)

terhadap nilai perusahaan ... 32

2.4.5 Pengaruh good corporate responsibility dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 34 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 34

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran variabel ... 35

3.4.1 Variabel Terikat (Dependen) ... 35

3.4.2 Variabel Bebas (Independen) ... 36

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 38

3.6 Populasi Penelitian dan Sampel ... 39

3.7 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis ... 43

3.9.1 Uji Statistik Deskriptif ... 43

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 43

3.9.3 Uji Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 48

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 49

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 51

4.2.1 Uji Normalitas ... 51

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 54

4.2.3 Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual (Independent Errors) ... 56

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.3 Pengujian Hipotesis ... 59

4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 59

4.3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Menyeluruh (Uji F) ... 60

4.3.3 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Individu (Uji t) ... 64

4.3.3.1 Pengujian Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Nilai Perusahaan ... 66

4.3.3.2 Pengujian Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan ... 67


(10)

4.3.3.3 Pengujian Pengaruh Komite Audit

terhadap Nilai Perusahaan ... 67

4.3.3.4 Pengujian Pengaruh Corporate Social Responsibility (X4) terhadap Nilai Perusahaan ... 68

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 69

5.3 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.2 Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 38

3.6 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 40

3.9 Kriteria Autokorelasi Durbin Watson ... 45

4.1 Sampel Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia ... 48

4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 49

4.3 Uji Normalitas ... 52

4.4 Uji Multikolinearitas ... 55

4.5 Uji Autokorelasi ... 57

4.6 Koefisien Determinasi ... 60

4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 62

4.8 Perhitungan Nilai Kritis F dengan M.Excel ... 63

4.9 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu... 64


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.2 Penelitian Terdahulu ... 25

4.1 Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas ... 53

4.2 Normalitas dengan Normal Probability Plot ... 54


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

I Data Penelitian ... 74

II Data Perhitungan Nilai Perusahaan ... 77

III Statistik Deskriptif ... 80

IV Hasil Uji Normalitas ... 81


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah corporate governance

dan social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Penelitian ini adalah jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel 26 perusahaan Property dan Real Estate setiap tahunnya dari 40 Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk periode tahun 2011, 2012, dan 2013. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh website

www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan secara bersama-sama, begitu juga secara parsial, bahwa setiap variabel yaitu, dewan direksi, komisaris independen, komite audit, dan corporate social tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Indonesia.

Kata Kunci : corporate governance, ukuran dewan direksi, komisaris independen, proporsi komite audit, social responbility, dan nilai perusahaan.


(15)

ABSTRACT

This study aims to determine whether the corporate governance and social responsibility affects the value of the Property and Real Estate companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2011-2013. The data used are the financial statements of each sample company published through the website www.idx.co.id

and Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

This research is classified as causal research and replication of the nature of previous studies with a sample of 26 companies Property and Real Estate annually from 40 Property and Real Estate Company listed on the Indonesia Stock Exchange. This research was conducted for the period 2011, 2012, and 2013. The type of data used is secondary data. Data obtained www.idx.co.id website and Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

The results showed that all independent variables did not significantly affect the Company Value together, as well as partial, that every variable that is, the board of directors, independent directors, audit committees, and corporate social no significant effect on the value of the company at the company property and real estate registered in Indonesia.

Keywords : corporate governance, board size, independent commissioner, audit committee proportion, social responbility, dan firm value.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan investasi terhadap setiap perusahaan sangat menentukan perkembangan perusahaan dan secara tidak langsung meningkatkan perekonomian pada suatu pulau, provinsi, maupun negara. Negara maju maupun yang berkembang adalah negara yang memiliki perusahaan-perusahaan yang berkualitas, menurut peneliti salah satu indikator untuk melihat kualitas perusahaan adalah Nilai Perusahaan, dimana nantinya perusahaan terbaik akan diurutkan dan mendapat peringkat didunia (World Coorporate Record) seperti yang sering dirilis salah satu media yaitu Fortune 500 yang menampilkan peringkat perusahaan terbaik dunia setiap tahunnya berdasarkan nilai setiap perusahaan.

Dimasa sekarang dimana persaingan global semakin ketat, mengharuskan setiap perusahaan berusaha meningkatkan kualitas dan daya saing di berbagai sektor yang bertujuan untuk menarik minat investor untuk berinvestasi. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi mengindikasikan nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Peningkatan nilai Price to book value dapat memberikan sinyal positif kepada investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi membuat pasar (investor) percaya dan tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Dengan ini investor


(17)

akan berani untuk membeli saham dengan harga yang tinggi terhadap perusahaan yang dinilai tinggi. Hal ini juga yang menjadi keinginan setiap pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha dan Taswan, 2002).

Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wien Ika Permanasari, 2010: 1).

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan telah banyak dilakukan sebelumnya. Salah satu faktor yang mendukung peningkatan nilai perusahaan adalah dengan diterapankannya good corporate governance (GCG) kedalam mekanisme perusahaan. Dalam memasuki zaman yang serba bebas dengan sistem ekonomi yang bebas dan terbuka dibutuhkan pengelolaan perusahaan yang lebih kompleks, yang berimplikasi pada


(18)

meningkatnya kebutuhan praktik tata kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Perusahaan yang dikelola dengan baik akan menumbuhkan keyakinan pihak-pihak eksternal dan memperoleh kepercayaan dari pasar.

Konsep corporate governance ini pada pertama kali dikemukakan oleh dua pakar hukum, yaitu Adolf Augutus Berle dan Gardiner C. Means yang dalam

monograf mereka yang berjudul “The Modern Corporation and Private Property”, dimana kemudian disusul oleh Eugene Fama dan Michael Jense dalam tulisan “Separation of Ownership and Control” bersama dengan Principal Agency Theory-nya. Isu - isu mengenai corporate governance semakin berkembang saat beberapa peristiwa ekonomi penting terjadi. Seperti kejatuhan perusahaan Enron dan Worldcom tahun 2002 di USA, Marconi di Inggris, Royal Ahold di Belanda, dan One-tel di Australia, serta munculnya opini terbaru “krisis subprime mortgage” yang mengakibatkan krisis ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Peristiwa-peristiwa ini pun semakin menyadarkan dunia akan pentingnya penerapan good corporate governance.

Di Negara Indonesia good corporate governance dikemukakan setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1997-1998. Sejak masa itu, pemerintah maupun investor memberikan perhatian serius dalam praktek

corporate governance. Oleh karena itu, untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap perekonomian, bergantung pada perbaikan standar good corporate social yang merupakan stategi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan (Leng, 2004).


(19)

Perusahaan yang dikelola GCG seperti kepemilikan institusional dan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan, Etty (2009), Lastanti (2004), Handoko (2010) Praditia (2010) dan Yunita (2011)

berpendapat bahwa “kepemilikan institusional dan komisaris independen yang tinggi dapat menurunkan nilai perusahaan.”

Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat di pertanggungjawabkan antara elemen dalam perusahaan (dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Dalam paradigma ini, dewan komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah benar-benar bekerja untuk kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan (Alhamdi, 2012).

Adapun faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan juga, yaitu aktivitas dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan perusahaan. Admin Widjaja Tunggal merumuskan defenisi tanggung jawab sosial perusahan sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijaklan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. (Tunggal, 2008).

Pentingnya diterapkan CSR karena perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab ekonomis kepada para pemegang saham (stakeholders) untuk dapat memperoleh profit yang besar, tetapi perusahaan juga harus memiliki


(20)

tanggung jawab sosial terhadap stakeholders di lingkungan tempat perusahaan melakukan aktivitasnya.

Di Indonesia CSR mulai diterapkan dan menjadi kesadaran perusahaan untuk menjaga lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan, dimana sudah diatur dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 yang menjelaskan bahwa perseroan/perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dengan menerapkan CSR di perusahaan maka pelanggan akan semakin banyak sehingga mengakibatkan penjualan semakin meningkat dan keuntungan juga semakin meningkat. Meningkatnya keuntungan (profit) pada perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan juga. Oleh karena itu, peranan CSR dalam perusahaan sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan yang dilihat dari banyaknya pelanggan dan juga penjualan yang meningkat yang dilakukan dengan aktivitas sosial di lingkungan masyarakat (Rimba, 2010 ; Permanasari, 2010 ; Handoko, 2010).

Oleh karena itu, ternyata peranan CSR dalam perusahaan sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan yang dilihat dari banyaknya pelanggan dan juga penjualan yang meningkat yang dilakukan dengan aktivitas sosial di lingkungan masyarakat (Rimba, 2010 ; Permanasari, 2010; Handoko, 2010).

Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya dan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakuan penelitian dengan judul “Pengaruh Good

Coorporate Governance dan Coorporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek


(21)

Indonesia” Kenapa Property dan Real Estate? Karena melihat perkembangan saat ini, dimana bisnis property dan real estate sangat berkembang pesat di Indonesia, tetapi apakah mereka sudah menerapkan GCG pada manajemen mereka dan CSR dalam menjaga kelestarian lingkungan akan limbah mereka? Maka penelitian ini dilakukan dan didukung dengan data – data keuangan terbaru yaitu tahun 2011-2013. Dengan data keuangan terbaru, diharapkan data yang digunakan dalam penelitian dapat mewakili kondisi faktual perusahaan yang diteliti.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah jumlah komisaris independent berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

3. Apakah jumlah komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh

terhadap nilai perusahaan?

5. Apakah good corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dari : 1. Pengujian ukuran dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan.

2. Pengujian jumlah komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.


(22)

3. Pengujian proporsi komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Pengujian corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Pengujian Good corporate governance dan corporate social responsibility berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan studi mengenai akuntansi keuangan dan pasar modal khususnya mengenai pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan.

2. Bagi perusahaan yang diteliti, adalah sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan implementasi Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

3. Bagi perusahaan dapat mengetahui pentingnya penerapan Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility khususya di perusahaan yang go public.

4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dengan membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan keadaan yang senyatanya dalam suatu perusahaan.


(23)

5. Bagi masyarakat, akan memberikan rangsangan secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku perusahaan dan untuk semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.


(24)

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002). Nilai perusahaan adalah sebuah nilai yang menunjukkan cerminan dari ekuitas dan nilai buku perusahaan, baik berupa nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total utang dan nilai buku dari total ekuitas.

Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Menurut Van Horne (dikutip Diyah dan

Erman, 2009) “Value is respresented by the market price of the company’s commom stock which in turn, is afunction of firm’s investement, financing and dividend decision.” Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral di

semua pelaku pasar, harga pasar saham merupakan barometer kinerja perusahaan.

Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan


(25)

diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris.

Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan

informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur

hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk para kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya berasal dari ekuitasnya saja, tetapi juga berasal dari

pinjaman yang diberikan oleh kreditur. Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q

menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik.

“Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut.” (Sukamulja, 2004).


(26)

2.1.2 Good Corporate Governance

Beberapa studi tentang Good Corporate Governance telah menggunakan teori agensi sebagai dasar dalam menjelaskan praktik Good Corporate Governance. Penelitian ini menggunakan teori agensi sebagai dasar dalam menjelaskan praktik Good Corporate Governance.

2.1.2.1Teori Agensi

Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent

tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan terhadap pihak manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut, sehingga dapat mengurangi biaya keagenan. Ada beberapa alternatif untuk mengurangi biaya keagenan, diantaranya adalah penerapan Good Corporate Governance (Tendi Haruman, 2008).


(27)

2.1.2.2 Konsep dan Pengertian Good Corporate Governance

Terdapat beberapa pengertian yang telah dikemukakan mengenai GCG. Defenisi GCG yang diberikan oleh Parkinson (2004) dalam Maksum (2005): “Corporate Governance adalah proses supervisi dan pengendalian yang dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa manajemen perusahaan bertindak sejalan dengan kepentingan para pemegang saham.” Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance sebagai “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta internal dan eksternal stakeholders lainnya yang berkaitan degan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. “

Menurut FCGI tujuan dari GCG adalah menciptakan nilai tambah untuk stockholder. FCGI juga berpendapat, apabila perusahaan menerapkan GCG, maka keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan antara lain perusahaan lebih mudah untuk mendapatkan tambahan modal; menjadi lebih rendah; meningkatkan kinerja bisnis; dan mempunyai dampak yang baik terhadap harga saham perusahaan.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang tertuang dalam Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), terdapat 5 asas / prinsip yang menjadi pedoman dalam penerapan GCG yaitu antara lain :


(28)

1. Transparansi (transparency)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian (independency)

Suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas (accountability)

Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power antara, manajer, pemegang saham, Dewan Komisaris, dan auditor.

4. Pertanggungjawaban (responsibility)

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahtreraan.

5. Kewajaran (fairness)

Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri, sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku.

Prinsip-prinsip good corporate governance memegang peranan penting,antara lain pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya, perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi atau komisaris perusahaan, juga sebagai perwujudan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan di negara asalnya atau tempatnya berdomisili secara konsisten, termasuk peraturan di bidang lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen dan sebagainya


(29)

2.1.2.3 Manfaat Good Corporate Governance

Priambodo dan Suprayitno (2007) menjelaskan manfaat-manfaat dari penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan yaitu:

1. Mengurangi biaya keagenan, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya suatu masalah (Daniri, 2005). 2. Meningkatkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan

citra perusahaan dimata publik dalam jangka waktu yang lama (Daniri, 2005).

3. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham (Sutojo dan Aldridge, 2005).

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau manajemen puncak dan manajemen perusahaan, sekaligus meningkatkan mutu hubungan manajemen puncak dengan manajemen senior perusahaan (Sutojo dan Aldridge, 2005).

Namun manfaat yang optimal dari good corporate governance ini tidak sama dari suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan faktor-faktor internal maupun eksternal perusahaan.

2.1.2.4 Dewan Direksi

Ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan nilai perusahaan pun juga akan ikut meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et al (2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara board size dengan nilai perusahaan. S. Beiner, et al (2003)


(30)

menegaskan bahwa dewan direktur merupakan institusi ekonomi yang membantu memecahkan permasalahan agensi yang melekat dalam perusahaan publik. Dewan direktur bertanggung jawab pada komisaris (governance) perusahaan mereka (Adrian Cadbury dalam Cadbury Comittee, 1992). Dewan direktur bertugas untuk menjalankan manajemen perusahaan. Cadbury menyarankan CEO terpisah dari anggota dewan komisaris.

Menurut Hermalin dan Weisbach (2003) dalam Beiner S., et al (2003) jumlah dewan direktur biasanya berkaitan dengan implikasi dari kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direktur. Sebaliknya, jika tidak terdapat kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direktur, maka perusahaan akan memilih jumlah yang paling optimal. Beiner S., et al (2003) menegaskan bahwa dewan direktur merupakan mekanisme corporate governance yang penting, karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan. Ketentuan jumlah minimal yang disyaratkan dalam peraturan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang harus dilaksanakan yaitu minimal untuk dewan direksi adalah 2 orang.

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Direksi harus memastikan, bahwa perusahaan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Struktur corporate governance di Indonesia sesuai dengan UU. No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dimana Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah


(31)

badan tertinggi yang terdiri atas pemegang saham yang memiliki hak memilih anggota dewan komisaris dan dewan direksi (Wulandari, 2006).

Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan dalam dua hal yaitu untuk kepentingan dan tujuan perusahaan, serta mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

2.1.2.5 Komisaris Independen

Harjoto dan Jo (2007) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara komisaris independen dengan nilai perusahaan. Dewan komisaris independen merupakan proporsi anggota dewan komisaris independen yang ada di dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris yang melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan semakin baik. Oleh karena semakin banyak anggota dewan komisaris independen, maka tingkat integritas pengawasan terhadap dewan direksi yang dihasilkan semakin tinggi, sehingga mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas dan dampaknya akan semakin baik terhadap nilai perusahaan. Dengan adanya komisaris independen, maka akan dapat mengurangi konflik agensi dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih berfokus dalam meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.2.6 Komite Audit

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Dalam lampiran


(32)

surat keputusan dewan direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEJ/06-2000 poin 2f, peraturan tentang pembentukan komite audit disebutkan bahwa

“Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris Perusahaan

Tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat untuk membantu dewan komisaris Perusahaan Tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap

pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan Perusahaan Tercatat.”

Jika kualitas dan karakteristik komite audit dapat tercapai, maka transparansi pertanggungjawaban manajemen perusahaan dapat dipercaya, sehingga akan meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar modal. Selain itu, tanggung jawab komite audit dalam melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dapat meyakinkan investor untuk mempercayakan investasinya terhadap perusahaan tersebut.

McMullen (1996) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Hal ini membuktikan keberadaan komite audit secara positif dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Komite audit ini merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan, karena akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak ekstern lainnya.

Komite audit juga berperan dalam mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan yang bertujuan mewujudkan laporan keuangan yang


(33)

disusun melalui proses pemeriksaan dengan integritas dan obyektifitas dari auditor. Komite audit akan berperan efektif untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dan membantu dewan komisaris memperoleh kepercayaan dari pemegang saham untuk memenuhi kewajiban penyampaian informasi.

Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE- 008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit, disebutkan bahwa:

1. Jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk ketua komite audit.

2. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris, hanya sebanyak 1 (satu) orang. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris tersebut harus merupakan komisaris independen Perusahaan Tercatat yang sekaligus menjadi ketua komite audit.

3. Anggota lainnya dari komite audit adalah berasal dari pihak eksternal yang independen. Pihak eksternal adalah pihak diluar Perusahaan Tercatat yang bukan merupakan komisaris, direksi dan karyawan Perusahaan Tercatat, sedangkan independen adalah pihak diluar Perusahaan Tercatat yang tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan afiliasi dengan Perusahaan Tercatat, komisaris, direksi dan Pemegang Saham Utama Perusahaan tercatat dan mampu memberikan pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etika profesionalnya, tidak memiliki kepentingan kepada siapapun.

2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.3.1 Teori Legitimasi

Menurut Haniffa dan Cooke (2005), dalam legitimacy theory

perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan perusahaan berusaha menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk mendapatkan legitimasi dari kelompok tersebut. Oleh karena itu perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan


(34)

perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat.

2.1.3.2 Konsep dan Pengertian Corporate Social Responsibility

Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam manajemen korporat. Meskipun konsep CSR baru dikenal pada awal tahun 1970-an, namun konsep tanggung jawab sosial sudah dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 (Dwi Kartini, 2009).

Menurut Carroll (dikutip dari Dwi Kartini, 2009), konsep CSR memuat komponen-komponen sebagai berikut:

1. Economic responsibilities

Tanggung jawab sosial perusahaan yang utama adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan.

2. Legal responsibilities

Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.

3. Ethical responsibilities

Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yaitu menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun kelembagaan untuk menilai suatu isu di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.

4. Discretionary responsibilities

Mayarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka.

Perkembangan CSR secara konseptual menurut Rika dan Islahuddin (2008) mulai dibahas sejak tahun 1980-an yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:


(35)

1. Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan bergantinya ke imperium kapitalisme secara global.

2. Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara berkembang sehingga dituntut memperhatikan keadaan sosial, lingkungan dan hak asasi manusia.

3. Globalisasi dan berkurangnya peran pemerintah telah menyebabkan munculnya lembaga sosial masyarakat (LSM) yang lebih memperhatikan isu kemiskinan sampai kekuatiran punahnya spesies tumbuhan dan hewan akibatekosistem yang semakin labil.

4. Kesadaran perusahaan akan pentingnya citra perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Selain itu menurut Deegan (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) alasan yang mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan antara lain:

1. Mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-undang 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi

3. Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas 4. Mematuhi persyaratan peminjaman

5. Mematuhi harapan masyarakat

6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan 7. Mengelola kelompok stakeholder tertentu

8. Menarik dana investasi

9. Mematuhi persyaratan industri

10. Memenangkan penghargaan pelaporan

Menurut The World Business Council for Sustainable Development

(dalam Rika dan Ishlahuddin, 2008), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.


(36)

Menurut Boone dan Kurtz (dikutip oleh Harmoni dan Ade, 2008), pengertian tanggung jawab sosial secara umum adalah “dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.” Tamam Achda (2007) mengartikan CSR sebagai “komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.”

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusidalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Priyanto, 2008). ACCA (dalam Retno, 2006), pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting.

Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh social terhadap kinerja organisasi.


(37)

yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development

yang membawanya menuju kepada core business dansektor industrinya.

2.1.3.3 Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan

Hendriksen (dalam Rika dan Ishlahuddin, 2008), mendefinisikan pengungkapan atau disclosure sebagai penyajian informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela yang merupakan pengungkapan informasi tambahan dari perusahaan.

Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan berfokus pada pencapaian laba disamping itu juga mempunyai tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) Paragraf kedua belas:

Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. PSAK No. 1 (revisi 2009) tersebut menunjukkan bahwa


(38)

perusahaan yang ada di Indonesia diberi suatu kebebasan dalam mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan.

Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal dan lembaga keuangan di Indonesia telah mengeluarkan beberapa aturan tentang pengungkapan yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang go public. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melindungi para pemilik modal dari adanya asimetri informasi. Perusahaan dapat memberikan pengungkapan melalui laporan tahunan yang telah diatur oleh Bapepam, maupun melalui pengungkapan sukarela sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan.

Di Indonesia, pengungkapan dalam laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No.1. Selain itu pemerintah melalui Keputusan Ketua Bapepam No: kep-134/BL/2006 juga mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah ataupun lembaga profesional (dalam hal ini adalah Ikatan Akuntan Indonesia) merupakan pengungkapan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah publik.

Tujuan pemerintah mengatur pengungkapan informasi adalah untuk melindungi kepentingan para investor dari ketidakseimbangan informasi antara manajemen dengan investor karena adanya kepentingan manajemen Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat


(39)

sukarela, belum diaudit, dan tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu. Zuhroh dan Putu (2003) menyebutkan tematema yang termasuk dalam wacana Akuntansi Pertanggung jawaban Sosial adalah:

1. Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2. Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi : rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.

3. Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.

4. Lingkungan Hidup

Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian empiris membuktikan bahwa yang mempengaruhi nilai perusahaan berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor misalnya data yang digunakan, perbedaan tempat penelitian, perbedaan periode penelitian dan lainnya.

Bhabra (2007) menemukan bahwa nilai perusahaan sensitive terhadap perbedaan dalam sturktu perusahaan di seluruh pasar. Studi empiris tentang dampak good corporate governance dan corporate social responsibility pada nilai perusahaan adalah sebagai berikut :


(40)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan

Black (2001)

Does corporate governance matter: A crude test using Russian Data

Variabel Dependent : Nilai perusahaan Variabel Independen : Value ratio dan

Corporate Governance

Menemukan bahwa perilaku

corporate

governance suatu perusahaan dapat berpengaruh besar pada nilai pasar.

Eddy Suranta

dan Mas’ud Machfoedz (2003). Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi.

Variabel Dependent : Nilai perusahaan Variabel Independen : Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional , dan Ukuran Dewan Direksi

Hubungan kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan adalah linear dan negatif, nilai perusahaan dipengaruhi positif secara signifikan oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran dewan direksi Zuhroh dan Putu (2003) Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan go publik

Variabel Dependen : Laporan keuangan

Variabel Independen : Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial (CSR)

pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go publik telah terbukti berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile. Hexana Sri Lastanti (2004) Hubungan Struktur Corporate Governance

Variabel Dependen : Nilai perusahaan Variabel Independen :

Independensi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan


(41)

dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar Dewan komisaris independen, Kepemilikan Institutional, dan tingkat konsentrasi kepemilikan. terhadap nilai perusahaan walaupun belum terlalu signifikan, Sementara variabel kepemilikan institusional dan tingkat konsentrasi kepemilikan belum berpengaruh secara signifikan baik terhadap nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Gill dan Marthur (2011)

Board Size, CEO duality, and the value of Canadian manufacturing firms

Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Independen : Ukuran Dewan Direksi, CEO duality, Ukuran Perusahaan, dan ROA

Menemukan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan, sedangkan CEO

duality, ukuran perusahaan dan ROA berpengaruh positif terhadap niali perusahaan. Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) Pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan persentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating

Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Independen : Corporate Social Responsibility dengan Moderating Kepemilikan Manajemen Menemukan bahwa csr, persentase

kepemilikan, serta interaksi antara

csr dengan persentase kepemilikan manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.


(42)

2.3 Kerangka Konseptual

Dari pemaparan diatas dapat diketahui baik corporate governance

maupun corporate social responsibility dalam kaitannya dengan nilai perusahaan akan mempengaruhi secara positif. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaan juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Gapensi, 1996 dalam Wahidahwati, 2002).

Dampak corporate governance berbeda dari negara ke negara karena perbedaan struktur corporate governance dalam kondisi sosial, ekonomi, dan peraturan yang berbeda (Rouf, 2011). Corporate Governance, dalam konteks penelitian ini didefeinisikan sebagai seperangkat, proses, kebiasaan, kebijakan, hukum, dan lembaga-lembaga yang memepengaruhi cara perusahaan diarahkan dan dikendalikan (Rouf, 2011).

Krisis Ekonomi yang berlangsung telah membuktikan betapa lemahnya penerapan GCG dalam praktek bisnis di Indonesia. Hal tersebut sampai sekarang disebabkan oleh birokrasi yang korup, legislatif yang tidak aspiratif dan tanggap, tidak adanya system kontrol timbal balik yang positif dan konstruktif. Berdasarkan pemikiran ini maka penerapan GCG penting dilaksanakan untuk setiap perusahaan di Indonesia, khususnya dalam usaha perseroan seringkali timbul ketidaksinambungan hubungan antar organ perseroan, kurang tanggapnya direksi dalam pengelolaan perusahaan, dan


(43)

tidak efektifnya asset-aset, perusahaan, serta kurang berfungsinya direksi dalam kegiatan usaha perseroan dan perangkat GCG lainnya.

Aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Perusahaan memang tidak akan mendapatkan profit kentungan secara langsung dari pelaksanaan CSR, yang diharapkan dari kegiatan CSR adalah benefit berupa citra perusahaan yang baik dimata

stakeholder yang menjamin keberlangsungan bisnis jangka panjang. Beragam bentuk dan sasaran perusahaan melaksanakan CSR merupakan fenomena positif dalam lingkungan bisnis. Kondisi tersebut menunjukan telah meningkatnya kesadaran jika ingin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan maka perusahaan tidak semata-mata mengejar keuntungan tapi harus menjaga keseimbangan dengan aspek sosial dan lingkungan.

Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanan

corporate social responsibility, antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Corporate social responsibility

dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat


(44)

Dengan demikian kerangka konseptual dalam penelitian ini, yaitu pengaruh corporate governance, yang dalam rinciannya dewan direksi, komisaris independen, dan komite audit, serta pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Ukuran Dewan Direksi

(X1)

Komisaris Independent (X2)

Komite Audit (X3)

CSR (Tanggung Jawab Sosial) (X4)


(45)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

2.4.1 Pengaruh dewan direksi terhadap nilai perusahaan

Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Menurut Pfefer (1973) dan Pearce dan Zahra (1992) dalam Faisal (2005) bahwa peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya

network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumberdaya. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resource dependence yaitu bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara ukuran dewan direksi terhadap

nilai perusahaan

2.4.2 Pengaruh komisaris independen terhadap Nilai Perusahaan

Harjoto dan Jo (2007) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara komisaris independen dengan nilai perusahaan. Dewan komisaris independen merupakan proporsi anggota dewan komisaris independen yang ada di dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris yang melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan semakin baik. Oleh karena semakin banyak anggota dewan komisaris independen, maka tingkat integritas pengawasan terhadap dewan direksi yang dihasilkan semakin


(46)

tinggi, sehingga mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas dan dampaknya akan semakin baik terhadap nilai perusahaan. Dengan adanya komisaris independen, maka akan dapat mengurangi konflik agensi dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih berfokus dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara komisaris independen terhadap nilai perusahaan.

2.4.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan

Rustiarini (2010) menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara komite audit dengan nilai perusahaan. Dengan adanya komite audit, diharapkan dapat mengurangi konflik agensi sehingga laporan yang disampaikan epada pihak-pihak yang berkepentingan dapat dipercaya sehingga dapat membantu meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara komite audit berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

2.4.4 Pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) terhadap nilai perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan


(47)

ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor (Rika dan Islahuddin, 2008).

Corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk pertanggungjawaban yang berupa informasi yang disampaikan dalam laporan tahunan perusahaan mengenai tanggung jawab perusahaan atas kegiatan operasi perusahaan tersebut kepada masyarakat.

Penelitian Zuhroh dan Putu (2003) menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go publik telah terbukti berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile. Artinya bahwa investor sudah memulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disajikan perusahaan dalam laporan tahunan. Semakin luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan ternyata memberikan pengaruh terhadap volume perdagangan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan perdagangan pada seputar publikasi laporan tahunan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

H4 : Terdapat pengaruh siginifikan antara corporate social responsibility

terhadap nilai perusahaan.

2.4.5 Pengaruh good corporate responsibility dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan

Black et al. (2003) dalam Sri Rahayu (2010: 20-21) berargumen bahwa pertama, perusahaan yang dikelola dengan lebih baik akan dapat lebih


(48)

menguntungkan sehingga dapat dividen yang lebih tinggi. Kedua, disebabkan oleh karena investor luar dapat menilai earnings atau dividen yang sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan

corporate governance yang lebih baik.

Hasil menunjukan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa perusahaan dengan corporate governance yang baik lebih menguntungkan atau membayar dividen lebih tinggi, tetapi ditemukan bukti bahwa investor menilai earnings

atau arus dividen yang sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan corporate governance yang lebih baik.

Perusahaan juga dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan Wijayanto, 2007 dalam Ni Wayan Rustiarini, 2010: 4-5).

H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara good corporate governance

dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono

(2008: 11) “penelitian sosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan peneliti adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat melalui laporan keuangan perusahaan property dan real estate pada periode 2011-2013 yang diupdate pada www.idx.co.id.

3.3 Batasan Operasional

Pembatasan penelitian perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok penelitian yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut :


(50)

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah ukuran dewan direksi, komisaris independen, proporsi komite audit, dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan property dan real estate.

3. Periodisasi data penelitian mencakup data tahun 2011, 2012, dan 2013 yang dipandang cukup untuk analisi yang membutuhkan pengamatan yang bersifat time series dan cross section mewakili kondisi di BEI.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel 3.4.1 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan berupa rasio keuangan dan dari segi perubahan harga saham. Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q.

Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008).

Penghitungan menggunakan rumus :

Tobin’s Q =

Tobin’s Q = Nilai perusahaan

MVE = Nilai pasar ekuitas (MVE = closing price saham x jumlah saham yang beredar)

DEBT = total kewajiban.

TA = Nilai buku dari total aktiva MVE + DEBT


(51)

Jumlah komite audit independen Jumlah seluruh anggota komite audit 3.4.2 Variabel Bebas (Independen)

Corporate Governance adalah suatu system, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu perusahaan untuk tercapainya tujuan organisasi. Alat-alat corporate governance dalam penelitian ini terdiri atas beberapa variabel, yaitu:

1. Ukuran Dewan Direksi

Ukuran Dewan Direksi adalah jumlah (ukuran) dewan direksi pada sebuah perusahaan. Dimana posisi direksi ditunjuk untuk memimpin perusahaan tersebut.

2. Komisaris Independen

Komisaris independen diukur dengan jumlah komisaris independen dalam perusahaan.

3. Proporsi Komite Audit

Dalam penelitian ini keberadaan komite audit sebagai variable yang membedakan perlakuan terhadap perusahaan, dimana perbedaan perlakuan tersebut diduga akan memberikan hasil yang berbeda dengan nilai perusahaannya. Proporsi Komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit intdependen dibagi dengan seluruh anggota komite audit.


(52)

4. Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan. Daftar pengungkapan sosial yang digunakan adalah daftar item yang mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zuhron dan Putu (2003) juga Rika dan Ishlahuddin (2008) dengan empat tema yaitu kemasyarakatan, produk dan konsumen, ketenagakerjaan serta menggunakan tema lingkungan. Diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu:

Score 0: Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Score 1: Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin diungkapkan

(Bambang Suripto, 1999), yang dinotasikan dalam rumus sebagai berikut: CSD =

keterangan:

CSD = indeks pengungkapan perusahaan

n = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi k = jumlah semua item yang mungkin dipenuhi

n k


(53)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.5

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

Ukuran Dewan Direksi

(X1)

Dewan Direksi adalah orang-orang yang memimpin sebuah perusahaan dimana tentunya keberadaan direksi tersebut akan menentukan seberapa

besar nilai

perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.

UDD = Total Anggota dewan

direksi suatu perusahaan Rasio

IndependenK omisaris Independen

(X2)

Komisaris yang tidak mempunyai

kepentingan dalam internal perusahaan.

Jumlah komisaris independen

Total anggota komisaris Rasio

IndependenK omite Audit

(X3)

Komite audit sebagai variabel yang memebedakan

perlakuan terhadap perusahaan, dimana perbedaan perlakuan tersebut iduga akan memberikan hasil berbeda pada nilai perusahaan

Jumlah komite audit independen

Jumlah seluruh anggota komite audit Rasio

Independen CSR

(X4)

Pengukuran dilakukan

berdasarkan indeks pengungkapan

masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang sesungguhnya

diungkapkan

CSD =

Rasio n


(54)

perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin diungkapkan Dependen Nilai Perusahaan (Y) Kesejahteraan

pemegang saham suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan diukur dari nilai pasaar wajar dari harga saham.

Q = (Market value of equity + Book value of debt) / (Book value of total assets)

Rasio

3.6 Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate go public yang berjumlahkan 40 perusahaan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2011 hingga 2013. Pemilihan perusahaan property dan real estate sebagai populasi, berdasarkan pertimbangan bahwa perusahaan property dan real estate merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia.

Sedangkan pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representative

sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI untuk tahun 2011-2013.


(55)

3. Perusahaan yang memiliki data untuk semua variabel yang akan diteliti dan data tersebut disajikan dalam laporan tahunan.

Tabel 3.6

Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

Kriteria

Sampel 1 2 3

1. Agung Podomoro Land Tbk. [S] APLN    1

2. Alam Sutera Realty Tbk. [S] ASRI    2

3. Bakrieland Development Tbk. [S] ELTY    3

4. Bekasi Asri Pemula Tbk. [S] BEST    4

5. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. [S] BIPP    5 6. Bukit Darmo Property Tbk. [S] BKDP  X X

7. Bumi Citra Permai Tbk. [S] BCIP    6

8. Bumi Serpong Damai Tbk. [S] BSDE  X X

9. Ciputra Development Tbk. [S] CTRA    7

10. Ciputra Property Tbk. CTRP    8

11. Ciputra Surya Tbk. [S] CTRS    9

12. Citra Kebun Raya Agri Tbk. CKRA  X X

13. Cowell Development Tbk. [S] COWL    10

14. Danayasa Arthatama Tbk. [S] SCBD    11

15. Duta Anggada Realty Tbk. DART   X


(56)

17. Fortune Mate Indonesia Tbk. [S] FMII   X

18. Global Land Development Tbk. [S] KPIG    13 19. Gowa Makassar Tourism

Development Tbk. [S]

GMTD    14

20. Indonesia Prima Property Tbk. [S] OMRE    15 21. Intiland Development Tbk. [S] DILD    16 22. Jakarta International Hotel & Dev.

Tbk.

JIHD    17

23. Jaya Real Property Tbk. [S] JRPT    18

24. Kawasan Industri Jababeka Tbk. [S] KIJA    19 25. Laguna Cipta Griya Tbk. [S] LCGP  X X

26. Lamicitra Nusantara Tbk. [S] LAMI  X X

27. Lippo Cikarang Tbk. LPCK    20

28. Lippo Karawaci Tbk. [S] LPKR    21

29. Metropolitan Kentjana Tbk. [S] MKPI  X X

30. Modernland Realty Ltd. Tbk. MDLN    22

31. New Century Development Tbk. *) ISIN  X X

32. Pakuwon Jati Tbk. [S] PWON    23

33. Panca Wiratama Sakti Tbk. PWSI  X X

34. Perdana Gapuraprima Tbk. [S] GPRA   X

35. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. [S]

RBMS    24

36. Roda Vivatex Tbk. [S] RDTX   X

37. Sentul City Tbk. [S] BKSL    25


(57)

39. Suryainti Permata Tbk. SIIP  X X

40. Suryamas Dutamakmur Tbk. SMDM    26

Sumber : www.idx.co.id (dari 40 perusahaan didapat 26 perusahaan yang memenuhi kriteria)

3.7 Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam menjawab permasalahan penelitian yang ada, maka data yang dibutuhkan dalam penelitian sebagai input untuk dianalisis adalah data kuantitatif, karena hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Disamping data kuantitatif, jenis data yang relevan untuk dikumpulkan dapat diklasifikasi pula menurut cara memperolehnya dan waktu pengumpulan. Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai sumber data, data tersebut cukup realibel untuk dapat menggambarkan kinerja perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan property dan real estate go public dari berbagai sumber, yaitu dari data idx Fact Book 2011 – 2013 Indonesian Stock Exchange,

data statistik idx untuk tahun 2011-2013.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membuat suatu daftar (checklist) nantinya untuk pengungkapan sosial. Selain itu juga dengan melakukan studi dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari Indonesian Capital Market Directory


(58)

3.9 Teknik Analisis

3.9.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sampel yang meliputi antara lain mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi standar. Data yang diteliti dikelompokkan menjadi lima yaitu Dewan Direksi, Komisaris Independent, Komite Audit, Corporate Social Responsibility, dan Nilai Perusahaan.

3.9.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Uji klasik dalam penelitian hanya meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

1) Uji Normalitas data

Tujuan dari uji normalitas itu sendiri menurut Ghozali (2005:110) adalah ingin mengetahui apakah model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik.

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histrogamnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu, dapat digunakan uji statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S), yang


(59)

dijelaskan oleh Ghozali (2005:119). Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal.

2) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005: 91) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat harga VIF (Variance Inflation Factor) melalui SPSS. Menurut Ghozali (2005: 92) nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance. Apabila nilai tolerence-nya diatas 0,1 dan VIF dibawah 10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.

3) Uji heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105) Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka homokedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).


(60)

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan nilai residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heterokedasitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titiknya menyebar maka tidak terjadi heterokedasitas.

4) Uji Autokorelasi

Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi yang berkaitan dengan adanya korelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW). Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2005: 95). Auto korelasi muncul karena observasi yang berututan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Tabel 3.9

Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau

negatif

Tidak tolak du < d < 4-du


(1)

Data Perhitungan Nilai Perusahaan Untuk Tahun 2012

Harga dan Saham beredar didapat dari Yahoo Finance dan Annual Report untuk tahun 2012 No. Kode

Saham Closing Price Saham Beredar Total

Kewajiban Total Aktiva

Ads Close

Tobin’s Q

(Nilai Perusahaan) 1. APLN 370 14286000 4547895920 15195642352 356.06 0.634034999 2. ASRI 600.00 167204900.00 6214542510.00 162546417224.00 579.22 0.634052515 3. ELTY 54 74247000 6071418710164 15235632983194 54.00 0.3987644 4. BEST 680 22560300 515646712918 2285757285247 671.02 0.232214124 5. BIPP 100 14503300 93735575350 178403632950 100.00 0.533542416 6. BCIP 275 673900 142991552500 432216712637 275.00 0.331261774 7. CTRA 790 12593600 6542646764992 15023391727244 754.35 0.436129661 8. CTRP 610 10983600 1945163225980 5933874601626 54813.00 0.42926544 9. CTRS 2200 4357100 2213625546722 4428210643555 2110.23 0.501967998 10. COWL 145 8524600 644544039238 1778428912031 145.00 0.363118313 11. SCBD 830 8600 902353473 3558903785 830.00 0.255553824 12. DUTI 2850 19300 1436539162340 6592254980112 2850.00 0.217921511 13. KPIG 1500 10329900 517095727111 2728806704532 1487.90 0.19512763 14. GMTD 660 15400 666641585555 900597066316 651.52 0.740232945 15. OMRE 335 200 231833886325 774036052884 335.00 0.29951312 16. DILD 320 8604800 2140815833510 6091751240542 310.55 0.351867299 17. JIHD 690 80500 1076060487 4454535086 690.00 0.254034476 18. JRPT 2900 298200 2776832018 4998260900 2900.00 0.728575817 19. KIJA 200 21593700 3102416681281 7077817870077 195.80 0.43892691 20. LPCK 3200 3959300 1603531402254 2832000551101 3200.00 0.57069239 21. LPKR 1000 53973800 13399189342618 24869295733093 975.18 0.540900863 22. MDLN 640 65083000 2365906152924 4591920046013 316.86 0.519723412 23. PWON 270.00 45444200.00 5195736526.00 40368245408.00 267.04 0.429326455 24. RBMS 140 863200 10937643699 152811855863 140.00 0.072366713 25. BKSL 191 37046300 1337823358974 6154231305371 191.00 0.218532443 26. SMDM 191 4800 523293868 2637644776 191.00 0.198741951


(2)

79 Data Perhitungan Nilai Perusahaan Untuk Tahun 2013

Harga dan Saham beredar didapat dari Yahoo Finance dan Annual Report untuk tahun 2013 No. Kode

Saham Closing Price Saham Beredar Total

Kewajiban Total Aktiva

Ads Close

Tobin’s Q

(Nilai Perusahaan) 1. APLN 215 25117000 12467225599 19679908990 210.80 0.902539194 2. ASRI 430.00 46321500.00 9096297873.00 54198072567.00 423.13 0.52947112 3. ELTY 50 2500 5135730903278 12301124419066 50 0.417500942 4. BEST 445 13950900 883452694685 3360272282414 445.00 0.264758558 5. BIPP 90 467600 126986794620 561406598837 90 0.226268945 6. BCIP 455 20298000 206894862462 341585287503 455 0.632727639 7. CTRA 750 26292700 10349358292156 20114871381857 724.06 0.515459214 8. CTRP 620 7363500 3081045626268 7653881472162 601.66 0.403125651 9. CTRS 1250 3771700 3274505037053 5770169834537 1273.53 0.568320951 10. COWL 470 20318900 762326960130 1944913754306 470.00 0.396869445 11. SCBD 2700 1200 1255256029 5550429288 2700.00 0.226738503 12. DUTI 3375 7100 1428544530018 7473596509696 4475.00 0.191149777 13. KPIG 1310 469100 1264109614694 7361429209148 1299.44 0.171803484 14. GMTD 8300 900 904423011764 1307846871186 8250.60 0.691541538 15. OMRE 340 13800 283967210735 822190160767 340.00 0.345384701 16. DILD 315 7944500 3430425895884 7526470401005 309.72 0.456108413 17. JIHD 1330 960300 1434769104 6464220155 1330.00 0.419535232 18. JRPT 800 520700 3479530351 4988260900 788.51 0.779852455 19. KIJA 193 18502500 4069135357955 8255167231158 192.69 0.493351678 20. LPCK 4875 1178700 2035080266357 3854166345345 4875.00 0.529511766 21. LPKR 910 68058200 17122789125041 31300362430266 899.12 0.54900264 22. MDLN 390 8962500 4972112587194 9647813079565 386.18 0.515720369 23. PWON 270.00 45444200.00 5195736526.00 40368245408.00 267.04 0.429326455 24. RBMS 91 1366800 31163379030 158997539543 91.00 0.196781396 25. BKSL 157 33172000 1007823356000 6004231305200 157.00 0.168719576 26. SMDM 190.00 59500.00 806129100.00 1903914446.00 190.00 0.429343924


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 93

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variable Permoderasi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013

1 69 88

PENGARUH PROFITABILITAS, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 5 29

PENGARUH FAKTOR - FAKTOR GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pengaruh Faktor - Faktor Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

2 7 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MELALUI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

1 1 35

Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 0 10

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan - Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 0 8

Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 0 13