Contoh penggunaan instrumentalities yang disampaikan secara lisan sebagai berikut.
Bu menapa sampun dhahar? ‘Bu apakah sudah makan?’ Contoh di atas disampaikan secara lisan sebab merupakan sebuah pertanyaan
yang langsung menginginkan jawaban. 7.
Norms, atau norma, menunjuk pada norma atau aturan yang membatasi percakapan. Misalnya: apa yang boleh dibicarakan dan tidak, bagaimana cara
membicarakannya: halus, kasar, terbuka, jorok, dan sebagainya. Contoh penggunaan norm sebagai berikut.
Para rawuh ingkang minulya, ing dinten menika kita mengeti dinten kamardikan.
‘Para tamu yang dimuliakan, di hari ini kita memperingati hari kemerdekaan’. Contoh tersebut merupakan peringatan hari kemerdekaan. Penggunaan para
rawuh telah sesuai dengan keadaan, tidak mungkin dalam suasana hari kemerdekaan penggunaan para rawuh diganti dengan para takziah.
Penggunaan para takziah sesuai digunakan dalam kematian. 8.
Genres, atau jenis, yaitu jenis tutur menunjuk pada jenis kategori kebahasaan yang sedang dituturkan. Jenis tutur yang menyangkut kategori wacana,
misalnya: wacana telpon, wacana koran, wacana puisi, ceramah dan sebagainya.
Contoh penggunaan genres kategori wacana telpon sebagai berikut. Hallo. Assalamu’alaikum. Sugeng siang. Menapa leres menika Bapak
Rahmat? Kula Lani..... ‘Hallo. Assalamu’alaikum. Selamat siang. Apakah benar ini Bapak Rahmat?
Saya Lani...
E. Guru
Pada lingkungan sekolah pendidik disebut dengan guru. Menurut Siswoyo, dkk 2007: 126 menyatakan guru adalah pendidik yang berada di lingkungan
sekolah. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.
Syarat pendidik yang berlaku di sekolah adalah sebuah kompetensi sebagai kualifikasi persyaratan profesionalisme guru. Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru adalah 1 kompetensi pedagogik, 2 kompetensi kepribadian, 3 kompetensi sosial, dan 4 kompetensi professional.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Rahayu 2010 yang berjudul “Ragam Bahasa Jawa Penjual dan Pembeli di Pasar Induk
Buah “Gemah Ripah” Gamping Sleman Yogyakarta”. Penelitian tersebut membahas tentang jenis ragam bahasa Jawa dan fungsi ragam bahasa Jawa pada
kelompok penjual dan pembeli di Pasar Induk Buah “Gemah Ripah” Gamping Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut adalah ragam bahasa yang
digunakan, yaitu ragam bahasa santai dan ragam bahasa akrab. Fungsi ragam bahasa penjual dan pembeli di Pasar Induk Buah “Gemah Ripah” Gamping
Sleman Yogyakarta adalah fungsi personal, fungsi integrasi, fungsi kreatif, fungsi persuasi, fungsi eufimistif, fungsi rekreatif, dan fungsi regulasi.
Penelitian relevan lainnya adalah penelitian Ernawati 2002 yang berjudul “Ragam Bahasa Jawa Pada Siaran Pedesaan ‘Mbangun Desa’ di Stasiun
Nusantara II RRI Yogyakarta”. Penelitian tersebut membahas tentang variasi bahasa, ragam bahasa, faktor-faktor yang mempengaruhi ragam bahasa dan
karakteristik ragam bahasa pada siaran pedesaan ‘Mbangun Desa’ di Stasiun Nusantara II RRI Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut adalah ragam bahasa yang
digunakan, yaitu ragam formal, ragam santai, dan ragam akrab. Faktor-faktor yang mempengaruhi ragam bahasa adalah tempat terjadinya peristiwa tutur,
peserta tutur, tujuan dan hasil tuturan. Karakteristik ragam bahasa bersifat santai 35,3, formal 35, dan akrab 30,1.
Penelitian ini berjudul “Pemakaian Ragam Bahasa Jawa Guru SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta di Lingkungan Sekolah”. Relevansi kedua
penelitian di atas dengan penelitian yang berjudul “Pemakaian Ragam Bahasa Jawa Guru SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta di Lingkungan Sekolah”
adalah penelitian yang pertama tulisan Rahayu 2010 adanya kesamaan pada objek penelitiannya adalah bentuk dan fungsi ragam bahasa Jawa, serta adanya
kesamaan pada proses teknik analisis data yang digunakan. Perbedaannya dalam penelitian ini adalah subjeknya, pada penelitian pemakaian ragam bahasa Jawa
guru SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta di lingkungan sekolah
menggunakan subjek para guru di sekolah tersebut. Sedangkan pada penelitian kedua tulisan Ernawati 2002 yang diteliti masih pada fokus ragam bahasa,
namun pada penelitian kedua ini terdapat perbedaan pengkajian isinya, pada penelitian pemakaian ragam bahasa Jawa guru SMP Negeri I Godean Sleman
Yogyakarta di lingkungan sekolah tidak meneliti faktor dan karakteristik ragam bahasanya.
Penelitian pemakaian ragam bahasa Jawa guru SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta di lingkungan sekolah tersebut menggunakan desain
penelitian deskriptif. Subjek penelitiannya adalah guru yang berada di sekolah SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta. Objek penelitiaanya adalah tuturan
bahasa Jawa yang digunakan pada situasi formal maupun informal yaitu tuturan yang bersifat umum. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri beserta alat perekam dan catatan lapangan. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif, yaitu mendeskripsikan jenis dan fungsi ragam
bahasa yang ditemukan dalam tuturan di SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta di lingkungan sekolah.
G. Kerangka Berpikir
Penelitian dengan judul “Pemakaian Ragam Bahasa Jawa Guru SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta di Lingkungan Sekolah” merupakan
penelitian dengan menggunakan pendekatan metode dan teoritis. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan menerapkan teori
Sosiolinguistik untuk mengkaji bentuk dan fungsi ragam bahasa. Dalam penelitian
ini subjek yang diteliti adalah guru yang berada di SMP Negeri I Godean Sleman Yogyakarta yang menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi.
Seperti yang dijabarkan di atas, bahwa penelitian ini merupakan penelitian sosiolinguistik yang membahas variasi bahasa yang berbentuk ragam memiliki
kekhasan masing-masing. Ragam bahasa yang digunakan masing-masing kelompok akan memiliki perbedaan dan kekhasannya masing-masing. Martin Joss
dalam Alwasih, 1993: 45 membagi variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya dibagi menjadi lima macam ragam, yakni ragam beku, ragam
resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Di dalam penelitian yang dilakukan hanya terdapat variasi ragam santai dan ragam akrab. Ciri-ciri ragam
santai adalah digunakannya bentuk bahasa yang tidak baku, elepsis fungsi kalimat, bentuk alegro kata, dan suasana santai. Sedangkan ragam akrab juga
memiliki ciri yang hampir sama dengan ragam santai, yaitu bentuk bahasa yang tidak baku, elipsis fungsi kalimat, bentuk alegro kata, dan suasana akrab.
Fungsi ragam bahasa yang terdapat pada guru merupakan bagian dari analisis penelitian ini. Deskripsi fungsi bahasa dalam penelitian ini menggunakan
acuan teori Halliday yang membagi fungsi bahasa menjadi 7 fungsi, yakni fungsi instrumentalis, representasional, interaksional, regulatori, personal, heuristik, dan
imajinatif. Fungsi bahasa intrumentalis direktif untuk mengatur tingkah laku pendengar, fungsi representasional atau fungsi informatif deklaratif yang pada
hakikatnya bertujuan memberikan informasi kepada petutur, fungsi interaksional yang merupakan fungsi kontekstual yang digunakan untuk berinteraksi satu sama