Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan dan data tingkat suku bunga BI rate tahun 2008 sampai 2012. Data antara lain diperoleh dari Bursa Efek Indonesia www.idx.com, dan Bank Indonesia www.bi.go.id.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen laporan keuangan setiap perusahaan dan laporan suku bunga BI rate serta data pendukung lainnya yang diperoleh dari www.idx.co.id dan www.bi.go.id.

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk melihat profil dari penelitian tersebut dan memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum Ghozali, 2005:19. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Universitas Sumatera Utara 2. Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel independen terhadap variabel dependen Sekaran, 2006:162. Hubungan antar variabel dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + e Dimana: Y = Nilai Perusahaan PBV α = Konstanta β 1 = Koefisien Regresi X 1 β 2 = Koefisien Regresi X 2 β 3 = Koefisien Regresi X 3 β 4 = Koefisien Regresi X 4 X 1 = Keputusan Investasi ROI X 2 = Keputusan Pendanaan DER X 3 = Kebijakan Dividen DPR X 4 = Suku Bunga BI Rate e = Error of Term 3.9 Pengujian Hipotesis 3.9.1 Pengujian Simultan Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen terikat Ghozali, 2005:84. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. H : b 1 = = = b 4 = 0 artinya secara simultan keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan tingkat suku bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012. b. H a : minimal satu 0, artinya secara simultan keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012. c. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. F 0,05 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F ≤ 0,05 maka H a diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F. Kriteria pengambilan keputusan adalah: 1. Jika F hitung F tabel , Ho diterima Ha ditolak, untuk α = 5 2. Jika F hitung F tabel , Ha diterima Ho ditolak, untuk α = 5 Universitas Sumatera Utara

3.9.2 Pengujian Parsial Uji Statistik t

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t, uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen Ghozali, 2005:84. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Keputusan Investasi H o : b 1 = 0, artinya keputusan investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H a : b 2 ≠ 0, artinya keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Keputusan Pendanaan H o : b 2 = 0, artinya keputusan pendanaan berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H a : b 2 ≠ 0, artinya keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. c. Kebijakan Dividen H o : b 3 = 0, artinya kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H a : b 3 ≠ 0, artinya kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara d. Tingkat Suku Bunga H o : b 4 = 0, artinya tingkat suku bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia. H a : b 4 ≠ 0, artinya tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria pengambilan keputusan adalah: 1. Jika t hitung t tabel , Ho diterima Ha ditolak, untuk α = 5 2. Jika t hitung t tabel , Ha diterima Ho ditolak, untuk α = 5

3.9.3 Uji Koefisien Determinasi R

2 Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas independen yang digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan variabel terikat dependen. Dari penelitian ini R² menunjukan bahwa variabel independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai perusahaan. Apabila nilai R 2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel terikat. Universitas Sumatera Utara

3.10 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Menurut Ghozali 2005:123 uji asumsi klasik harus memenuhi: 1. Berdistribusi normal, 2. Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna. 3. Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi. 4. Homoskedastisitas, artinya varians variabel independen dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.

3.10.1 Uji Normalitas

Menurut Nugroho 2005:18 uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan untuk data-data yang mendekati atau telah terdistribusi secara normal. 1. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, maka distribusi data normal. 2. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, maka distribusi data tidak normal. Universitas Sumatera Utara Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.

3.10.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Umar 2003:132 sebelum melakukan analisis regresi berganda, perlu diperiksa beberapa aspek, salah satunya adalah tidak terdapat multikolinearitas atas data dari variabel-variabel independennya. Maksudnya adalah tidak adanya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Adanya multikolinearitas sempurna akan berakibat bahwa koefisien regresi tidak dapat ditentukan, serta standard deviasi akan menjadi tak terhingga. Jika multikolinearitas kurang mampu, maka koefisien regresi meskipun terbatas akan mempunyai standard deviasi yang besar yang berarti koefisien-koefisiennya tidak dapat ditentukan dengan mudah. Menurut Ghozali 2005:91 pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat VIF variable inflation factors antar variabel independen dan nilai tolerance . Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF dan nilai tolerance. Multikolinearitas tidak terjadi jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,10.

3.10.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Umar 2003:137 salah satu syarat lain atas regresi linear adalah bahwa tidak terjadi adanya heteroskedastisitas, tentu yang diharapkan adalah Universitas Sumatera Utara terjadinya homoskedastisitas. Menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan kepengamatan lainnya adalah penting. Jika yang terjadi bahwa variannya tetap, maka ia disebut berada pada kondisi homoskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada gambar scatterplot . Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.10.4 Uji Autokorelasi

Menurut Nugroho 2005:59, uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Metode regresi yang baik tidak terdapat autokorelasi. Selain itu, menurut Ghozali 2005:95 panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah: 1. Nilai DW terletak antara batas atas dan Upper Bound dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound DL maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar daripada 4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas DW dan batas bawah DL atau DW terletak antara 4-DU dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia BEI Pasar modal atau Bursa Efek berdiri sejak jaman kolonial belanda pada tahun 1912 didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pada saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pasar modal tersebut didirikan oleh pemerintahan Belanda untuk kepentingan pemerintahan Belanda. Meskipun pasar modal di Indonesia telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan. Pasar modal yang awalnya dikenal dengan nama Bursa Batavia ini pernah ditutup selama periode perang dunia pertama pada sekitar tahun 1914 sampai tahun 1918 kemudian bursa efek ini dibuka lagi pada tahun 1925. Selain mengoperasikan bursa Batavia pemerintahan kolonial belanda juga mulai mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini kembali dihentikan kembali ketika terjadi pendudukan pemerintahan jepang di Batavia pada saat perang dunia kedua. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. 14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. b. 1914-1918: Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. c. 1925-1942: Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. d. Awal tahun 1939: Karena isu politik Perang Dunia II Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. e. 1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. f. 1952: Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman Lukman Wiradinata dan Menteri keuangan Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo. Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI 1950. g. 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. h. 1956-1977: Perdagangan di Bursa Efek vakum. i. 10 Agustus 1977: Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM Badan Pelaksana Pasar Modal. Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama. j. 1977-1987: Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara k. 1987: Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 PAKDES 87 yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. l. 1988-1990: Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. m. 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia BPI mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek PPUE, sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. n. Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 PAKDES 88 yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. o. 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya BES mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. p. 13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. q. 22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS Jakarta Automated Trading Systems. r. 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. s. 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. Universitas Sumatera Utara t. 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat scripless trading mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. u. 2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading . v. 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya BES ke Bursa Efek Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI.

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan

1. PT Delta Djakarta Tbk PT Delta Djakarta Tbk DLTA didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Kantor pusat DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur-Jawa Barat. Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. DLTA merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku”. Pada tahun 1984, DLTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp. 1.000, Universitas Sumatera Utara per saham dengan harga penawaran Rp. 2.950, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 27 Februari 1984. 2. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk PT Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA didirikan tanggal 30 April 1976 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat DVLA beralamat di Talavera Office Park, Lantai 8-10, Jln. Letjend. T.B. Simatupang No. 22-26, Jakarta 12430 dan pabrik berada di Bogor. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi produk-produk farmasi, produk- produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan. Pada tanggal 12 Oktober 1994, DVLA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam- LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DVLA IPO kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000, per saham dengan harga penawaran Rp. 6.200, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 11 Nopember 1994. 3. PT Gudang Garam Tbk PT Gudang Garam Tbk GGRM didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Kantor pusat GGRM beralamat di di Jl. Semampir II1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan Sumenep. GGRM juga memiliki kantor-kantor perwakilan yaitu kantor perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan Kantor Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7-15, Universitas Sumatera Utara Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp. 1.000, per saham dengan harga penawaran Rp. 10.250, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 27 Agustus 1990. 4. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP didirikan tanggal 27 Maret 1905 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Kantor pusat HMSP berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Malang, Karawang, Probolinggo dan Lumajang. HMSP juga memiliki kantor perwakilan korporasi di One Pacific Place, lantai 18, Sudirman Central Business District SCBD, Jln. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan HMSP meliputi manufaktur dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan- perusahaan lain. Pada tahun 1990, HMSP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham HMSP IPO kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp. 12.600, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 15 Agustus 1990. Universitas Sumatera Utara 5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF IPO kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000, per saham dengan harga penawaran Rp. 6.200, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 14 Juli 1994. 6. PT Kimia Farma Tbk PT Kimia Farma Persero Tbk KAEF didirikan tanggal 16 Agustus 1971 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1817. Kantor pusat KAEF beralamat di Jln. Veteran No. 9, Jakarta 10110. Unit produksi KAEF berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon Mojokerto, dan Tanjung Morawa- Medan. KAEF mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1817 yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua Perusahaan Universitas Sumatera Utara Belanda, status KAEF tersebut diubah menjadi beberapa Perusahaan Negara PN. Pada tahun 1969, beberapa Perusahaan Negara PN tersebut diubah menjadi satu Perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah status Perusahaan Negara tersebut diubah menjadi Persero dengan nama PT Kimia Farma Persero. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KAEF adalah menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi khususnya bidang industri kimia, farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman. Pada tanggal 14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KAEF IPO kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp. 100, per saham dengan harga penawaran Rp. 200, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 04 Juli 2001. 7. PT Kalbe Farma Tbk PT Kalbe Farma Tbk KLBF didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan Universitas Sumatera Utara perdagangan sediaan farmasi termasuk obat dan produk konsumsi kesehatan. Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000, per saham dengan harga penawaran Rp. 7.800, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 30 Juli 1991. 8. PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI didirikan 03 Juni 1929 dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1929. Kantor pusat MLBI berlokasi di Talavera Office Park Lantai 20, Jl. Let. Jend. TB. Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430, sedangkan pabrik berlokasi di Jln. Daan Mogot Km.19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari-Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur. MLBI adalah bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser Neave Ltd. Asia Pacific Breweries dan Heineken N.V. Heineken. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya. Pada tahun 1981, MLBI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO MLBI kepada masyarakat sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp.1.000, per saham dengan harga penawaran Rp. 1.570, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 15 Desember 1981. Universitas Sumatera Utara 9. PT Mustika Ratu Tbk PT Mustika Ratu Tbk MRAT didirikan 14 Maret 1978 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1978. Kantor pusat MRAT berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan dan pabrik berlokasi di Jalan Raya Bogor KM. 26,4 Ciracas, Jakarta Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MRAT meliputi pabrikasi, perdagangan dan distribusi jamu dan kosmetik tradisional serta minuman sehat, dan kegiatan usaha lain yang berkaitan. Pada tanggal 28 Juni 1995, MRAT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam- LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO MRAT kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 dengan nilai nominal Rp. 500, per saham dengan harga penawaran Rp. 2.600, per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 27 Juli 1995. 10. PT Mandom Indonesia Tbk PT Mandom Indonesia Tbk TCID didirikan tanggal 5 Nopember 1969 dan mulai berproduksi secara komersial pada bulan April 1971. TCID berdomisili di Jakarta Utara dengan pabrik berlokasi di Sunter, Jakarta dan Kawasan Industri MM2100, Cibitung-Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. Yos Sudarso By Pass, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TCID meliputi produksi dan perdagangan kosmetika, wangi- wangian, bahan pembersih dan kemasan plastik termasuk bahan baku, mesin dan alat produksi untuk produksi dan kegiatan usaha penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetika, wangi-wangian, bahan pembersih. Hasil Produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan ke luar negeri, termasuk ke Uni Emirat Arab, Universitas Sumatera Utara Jepang, Malaysia, Filipina, Thailand dan India. Pada tanggal 28 Agustus 1993, TCID memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TCID IPO kepada masyarakat sebanyak 4.400.000 saham dengan nilai nominal Rp. 1.000, per saham dan harga penawaran Rp. 7.350, per saham. 11. PT Tempo Scan Pacific Tbk PT Tempo Scan Pacific Tbk TSPC didirikan di Indonesia pada tanggal 20 Mei 1970, dengan nama PT. Scanchemie dan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1970. Perusahaan berkantor pusat di Tempo Scan Tower, lantai 16, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, sedangkan lokasi pabriknya terletak di Cikarang-Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang usaha farmasi. Pada tanggal 24 Mei 1994, perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO sejumlah 17.500.000 saham baru kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran Rp. 8.250, per saham. 12. PT Unilever Indonesia Tbk PT Unilever Indonesia Tbk UNVR didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Kantor Perusahaan berlokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jalan Jababeka 9 Blok D, Jalan Jababeka Raya Blok O, Jalan Jababeka V Blok V No. 14-16, Kawasan Industri Jababeka Universitas Sumatera Utara Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dan Jalan Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk–produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum Ghozali, 2005:19. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan tingkat suku bunga sebagai variabel independen dan nilai perusahaan sebagai variabel dependennya. Statistik deskriptif variabel tersebut dari sampel perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama 2008 hingga 2012 disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Nilai Perusahaan 1.0988 1.27280 60 Keputusan Investasi -2.0400 .71534 60 Keputusan Pendanaan -.7236 .92915 60 Kebijakan Dividen -.9039 .91568 60 Tingkat Suku Bunga -2.7615 .16027 60 Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa: 1. Variabel nilai perusahaan dependen memiliki jumlah sampel sebanyak 60, mean nilai rata-rata sebesar 1,0988 dan standart deviation simpangan baku sebesar 1,27280. 2. Variabel keputusan investasi independen memiliki jumlah sampel sebanyak 60, mean sebesar -2,0400 dan standart deviation sebesar 0,71534. 3. Variabel keputusan pendanaan independen memiliki jumlah sampel sebanyak 60, mean sebesar -0,7236 dan standart deviation sebesar 0,92915. 4. Variabel kebijakan dividen independen memiliki jumlah sampel 60, mean sebesar -0,9039 dan standart deviation sebesar 0,91568. 5. Variabel tingkat suku bunga independen memiliki jumlah sampel 60, mean sebesar -2,7615 dan standart deviation sebesar 0,16027.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

Selanjutnya peneliti akan melakukan uji atas data-data yang telah diperoleh yang disebut dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan normal dengan uji normalitas, dan untuk melihat apakah penelitian tersebut terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi atau tidak. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.1 Uji Normalitas

Menurut Nugroho 2005:18 uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik dan uji Kolmogrov-Smirnov. Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Gambar 4.1 Grafik Histogram Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut memberikan pola distribusi yang normal, karena kurvanya tidak miring ke kiri atau ke kanan. Untuk lebih menjelaskan bahwa data yang diuji berdistribusi normal dapat juga dilihat dengan grafik normal probability plot yang Universitas Sumatera Utara menunjukkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut: Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Data diolah Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Cara lain untuk melihat distribusi data normal atau tidak adalah dengan melakukan uji Kolmogrov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5, maka jika nilai Asymp. Sig. 2-tailed di atas 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai Perusahaan N 60 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .37330456 Most Extreme Differences Absolute .065 Positive .056 Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .503 Asymp. Sig. 2-tailed .962 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Pada Tabel 4.2 memperlihatkan nilai Asymp.Sig 2-tailed adalah 0,962 dan di atas nilai signifikansi 0,05. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Nilai Kolmogrov-Smirnov Z lebih kecil dari 1,97 yaitu sebesar 0,503 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empirik atau dengan kata lain data dikatakan normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali 2005:91 pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat VIF variable inflation factors antar variabel independen dan nilai tolerance . Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF dan nilai tolerance. Multikolinearitas tidak terjadi jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -2.731 .919 -2.970 .004 Keputusan Investasi 1.152 .077 .647 14.911 .000 .830 1.205 Keputusan Pendanaan .545 .058 .398 9.378 .000 .868 1.152 Kebijakan Dividen .131 .056 .094 2.343 .023 .966 1.035 Tingkat Suku Bunga -2.423 .321 -.305 -7.560 .000 .960 1.042 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Pada Tabel 4.3 memperlihatkan nilai VIF 10 dan nilai tolerance 0,10 yang menyatakan bahwa tidak terdapat kolinearitas.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Umar 2003:137 salah satu syarat lain atas regresi linear adalah bahwa tidak terjadi adanya heteroskedastisitas, tentu yang diharapkan adalah terjadinya homoskedastisitas. Menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan kepengamatan lainnya adalah penting. Jika yang terjadi bahwa variannya tetap, maka ia disebut berada pada kondisi homoskedastisitas. Cara melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada gambar scatterplot . Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot Gambar 4.3 memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali 2005:95 panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah: 1. Nilai DW terletak antara batas atas dan Upper Bound dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound DL maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar daripada 4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas DW dan batas bawah DL atau DW terletak antara 4-DU dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .956 a .914 .908 .38664 2.541 a. Predictors: Constant, Tingkat Suku Bunga, Kebijakan Dividen, Keputusan Pendanaan, Keputusan Investasi b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Berdasarkan uji autokolerasi pada Tabel 4.4 diperoleh nilai Durbin- Watson D-W sebesar 2,541. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 60 dan k = 5 sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,4443 dan du sebesar 1,7274. Hal ini sesuai dengan ketentuan dl d 4-du, yaitu 1,4443 2,541 2,2726 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi autokolerasi positif maupun negatif. Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel independen terhadap variabel dependen Sekaran, 2006:162. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, dimana semua variabel dimasukkan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam pengolahan data. Berikut ini merupakan hasil pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda: Tabel 4.5 Koefisien Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -2.731 .919 -2.970 .004 Keputusan Investasi 1.152 .077 .647 14.911 .000 .830 1.205 Keputusan Pendanaan .545 .058 .398 9.378 .000 .868 1.152 Kebijakan Dividen .131 .056 .094 2.343 .023 .966 1.035 Tingkat Suku Bunga -2.423 .321 -.305 -7.560 .000 .960 1.042 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk nilai perusahaan pada perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode 2008-2012 adalah sebagai berikut: Y = -2,731+ 1,152X 1 + 0,545X 2 + 0,131X 3 – 2,423X 4 + e Universitas Sumatera Utara Dimana: Y = Nilai Perusahaan PBV X 1 = Keputusan Investasi ROI X 2 = Keputusan Pendanaan DER X 3 = Kebijakan Dividen DPR X 4 = Suku Bunga BI Rate e = Error of Term Koefisien-koefisien dalam persamaan regresi linier berganda memiliki arti sebagai berikut: 1. Konstanta α sebesar -2,731 mempunyai arti apabila tidak ada nilai bebas keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan tingkat suku bunga sama dengan nol maka nilai perusahaan PBV bernilai -2,731. 2. Koefisien regresi keputusan investasi ROI sebesar 1,152 mempunyai arti setiap kenaikan ROI sebesar 1 persen, maka perubahan PBV yang dilihat dari nilai Y akan berubah sebesar 1,152 kali dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 3. Koefisien regresi keputusan pendanaan sebesar 0,545 mempunyai arti setiap kenaikan DER sebesar 1 kali, maka perubahan PBV yang dilihat dari nilai Y akan berubah sebesar 0,545 kali dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 4. Koefisien regresi kebijakan dividen DPR sebesar 0,131 mempunyai arti setiap kenaikan DPR sebesar 1 persen, maka perubahan PBV yang dilihat dari nilai Y akan berubah sebesar 0,131 kali dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 5. Koefisien regresi tingkat suku bunga sebesar -2,423 mempunyai arti setiap kenaikan tingkat suku bunga sebesar 1 persen, maka perubahan PBV yang dilihat dari nilai Y akan berubah sebesar -2,423 kali dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Universitas Sumatera Utara 4.4 Pengujian Hipotesis 4.4.1 Pengujian Simultan Uji Statistik F

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

0 7 92

ANALISIS PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP NILAI Analisis Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasu

0 5 16

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manu

0 1 15

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manu

1 7 15

Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Tingkat Suku Bunga Tehadap Nilai Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan - Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Tingkat Suku Bunga Tehadap Nilai Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Tingkat Suku Bunga Tehadap Nilai Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Tingkat Suku Bunga Tehadap Nilai Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

0 1 17

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013

0 0 14