Di desa, berdasarkan undang-undang ini, tidak mengenal lagi lembaga perwakilan.Yang ada adalah lembaga permusyawaratan desa yang disebut dengan Badan Permusyawaratan Desa.
Pada pasal selanjutnya pasal 210, dijelaskan bahwa : 1
Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
2 Pimpinan Badan permusyawaratan Desa dipilih dari dan oleh Anggota Badan Permusyawaratan
Desa. 3
Masa jabatan anggota Badan Permusyawaratan desa adalah 6 enam tahun dan dapat dipilih 1 satu kali masa jabatan berikutnya.
4 Syarat dan penetapan anggota Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam Perda yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Setelah sekian lama BPD dibentuk di desa Lopana, mendorong penulis untuk meneliti kinerja
BPD itu, apakah benar-benar menjalankan tugasnya sebagai pengawas pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan serta tugas-tugas lainnya atau hanya menjadi simbol demokrasi tanpa
implementasi, atau malah menimbulkan masalah yang tidak perlu, yang hanya akan menghabiskan energi yang sesungguhnya lebih dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan
dan krisis ekonomi.Berdasarkan pengamatan awal dan informasi yang didapatkan oleh peneliti bahwa kinerja Badan Permusyawaratan Desa BPD di Desa Lopana tidak berjalan dengan baik.Hal ini terlihat
dari tugas pengawasan, penyaluran aspirasi masyarakat dari BPD yang diatur dalam undang-undang BPD di desa Lopana terkesan hanya sekedar organisasi saja, banyaknya keluhan dari masyarakat mengenai
kinerja pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan seperti lambatnya pengurusan surat-surat, sering terlambatnya aparat desa seharusnya mendorong BPD untuk lebih memaksimalkan tugasnya sebagai
pengawas pemerintah desa. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian yaitu Peran Badan
Permusyawaratan Desa BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan pemerintahan di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka berikut dirumuskan tentang beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Peran Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan
pemerintahan di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan ? 2.
Faktor-faktor apa yang mendukung Peran Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa
Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya harus jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui kinerja Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan pemerintahan di Desa Lopana Kecamatan Amurang TimurKabupaten Minahasa
Selatan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung peran BPD dalam menjalankan tugas
pengawasan pemerintahan di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan, khususnya dalam kajian ilmu pemerintahan.
2. Secara praktis, hasil peneliitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi anggota
BPD dan Kepala Desa khususnya di Desa Lopana Kecamatan Amurang TimurKabupaten Minahasa Selatan untuk saling memberi ruang gerak berdasarkan fungsi dan perannya masing-
masing dan menjadi bahan kajian dalam rangka meningkatkan efektifitas kerja dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis berdasarkan nilai-nilai budaya masyarakat
setempat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran
Menurut W.J.S. Poerwadaminta 1985: 735, peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama atau karena adanya sesuatu hal atau peristiwa.
Menurut Sondang P. Siagian 2003: 54 menyatakan peran adalah tempat tertentu yang ditentukan untuk diduduki oleh seorang dalam proses pencapaian tujuan.
Adapun menurut A. Marwanto yang dikutupip oleh Taliziduhu Ndraha 2003: 504 menyatakan bahwa peran adalah tindakan yang diharapkan seseorang didalam kegiatannya yang berhubungan dengan
orang lain. Hal in timbuk sebagai akibat-akibat kedudukan yang dimiliki didalam struktur sosial dalam interaksinya dengan sesamanya, seperti antara pemerintah kota dengan organisasi-organisasi
kepemudaan. Jadi, dapat disimpulkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai
suatu proses; jadi tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu status posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.
B. Konsep Badan Permusyawaratan Desa BPD
Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi di desa.Demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus
memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya.
Badan Permusyawaratan Desa merupakan perubahan nama dari Badan Permusyawaratan Desa yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang
berbasis pada filosofi musyawarah untuk mufakat . Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui