Penelitian ini mencakup periode 2006 – 2008 yang mana pada masa ini terdapat isu masalah ekonomi global yang pada akhirnya juga mempengaruhi
kondisi perekonomian nasional, tak terkecuali dunia bisnis khususnya perusahaan perdagangan yang menjadi objek penelitian ini beserta aspek permodalannya.
Masalah ekonomi global yang dimaksud yakni mengenai krisis ekonomi global yang dipicu dari krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Krisis ekonomi
global ini disinyalir juga turut mengganggu stabilitas ekonomi nasional seperti fluktuasi nilai tukar mata uang yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas
perdagangan karena dapat menyerang aspek permodalan dan laba pada dunia usaha.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara struktur modal dengan rentabilitas modal sendiri perusahaan dengan
menjadikan perusahaan dagang yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian dalam skripsi yang berjudul “ Pengaruh Struktur Modal Terhadap Rentabilitas
Modal Sendiri Pada Perusahaan Perdagangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:
Apakah struktur modal yang diidentifikasikan dengan debt to asset ratio DAR, debt to equity ratio DER, longterm debt to asset ratio LDAR dan longterm
Universitas Sumatera Utara
debt to equity ratio LDER mempunyai hubungan signifikan dengan rentabilitas modal sendiri?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini oleh penulis adalah untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan debt to asset ratio DAR, debt to equity
ratio DER, longterm debt to asset ratio LDAR, longterm debt to equity ratio LDER terhadap rentabilitas modal sendiri perusahaan baik secara parsial
maupun secara simultan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, menambah wawasan dan bahan masukan sehubungan
denganStruktur modal dan pengaruhnya terhadap rentabilitas modal sendiri.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis.
3. Bagi para praktisi, sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai kebijakan pendanaan khususnya struktur modal dan
hubungannya terhadap rentabilitas modal perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Struktur Modal
Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi dalam dua bagian yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal, dan oleh karena itu keputusan
pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari hasil operasi yang pada dasarnya milik pemegang saham ataupun sumber dana
eksternal perusahaan yang berasal dari ekuitas pemegang saham dan utang dari kreditur.
Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan utang bagi perusahaan dan dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
”Proporsi antara bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut dengan struktur modal
perusahaan.” Mayangsari, 2001. Teori struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhdap nilai
perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan utang dan sebaliknya, apakah harga saham akan berubah dengan catatan
perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Tetapi kalau dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah maka akan
diperoleh struktur modal yang terbaik atau optimal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutrisno 2000: 307-308, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kebijaksanaan struktur modal adalah:
1. Persesuaian atau suitability Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan
jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan dana berjangka pendek, bila dibelanjai dengan utang, obligasi
atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya, cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka
waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi dari sumber dana jangka
pendek dan jangka panjang sebaiknya dipenuhi dengan sumber dana jangka panjang.
2. Pengawasan atau control Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para
pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya
sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan
apaka fungsi pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu, dengan pertimbangan tersebut
biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi disbanding dengan menambah saham.
3. Laba atau earning per share Memilih sumber dana apakah dari pemegang saham atau utang,
secara financial harusnya yang bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham atau earning per share yang besar.
4. Tingkat risiko atau riskness Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi
sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi.
Oleh karena itu, semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang
besar.
Sementara itu, Brigham 2001: 39 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan antara lain:
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau
Universitas Sumatera Utara
jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri.
2. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan
jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu,
perusahaan real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak
demikian.
3. Tingkat Pertumbuhan Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat
harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar
daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada
saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung
mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang.
4. Leverage Operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi
yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang
lebih kecil.
5. Profitabilitas Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relative kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis
mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang menguntungkan, seperti Intel, Microsoft dan
Coca Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi
perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan
utang.
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila
manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan mempunyai lebih dari 50 persen tetapi sama sekali
Universitas Sumatera Utara
tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak,
manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan
utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan
kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan
pengendalian tidak selalu mengkhendaki penggunaan utang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi
manajemen bervariasi dari suatu kondisi ke kondisi yang lain. Bagaimanapun, jika posisi manajemen sangat rawan, situasi
pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan.
8. Sikap Manajemen
Karena tak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur pendanaan yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi
daripada struktur pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur pendanaan yang tepat.
Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah utang yang lebih
kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lainnya lebih cenderung
menggunakan banyak utang dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi.
9. Sikap Pemberi Jaminan dan Lembaga Penilai Peringkat
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi
pinjaman dan perusahaan penilai peringkat rating agency seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam
sebagian besar kasus, perusahaan membicarakan struktur pendanaannya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai
peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima. Misalnya, sebuah perusahaan umum yang besar diberitahu oleh
Moody dan Standar Poor bahwa obligasinya akan terkena penurunan peringkat apabila Perum tersebut menerbitkan lebih
banyak obligasi. Ini mempengaruhi keputusannya untuk membiayai perluasan usahanya dengan saham biasa.
10. Kondisi Pasar Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka
panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur pendanaan perusahaan yang optimal. Misalnya, selama
situasi kacaunya kredit di A.S, pasar obligasi bernilai rendah junk bonds kosong, dan tidak adanya pasar dengan tingkat suku bunga
yang “wajar” untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah 3B. Karena itu, perusahaan berperingkat rendah
yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau
Universitas Sumatera Utara
pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur pendanaan yang ditargetkan. Tetapi, setelah keadaan membaik,
perusahaan ini dapat menjual obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaan yang ditargetkan semula.
11. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur pendanaan yang ditargetkan. Misalnya, andaikan suatu perusahaan
baru saja menyelesaikan program litbangnya dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat.
Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum tercermin dalam harga saham. Ia lebih menyukai
pembiayaan dengan utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham. Kemudian, pada saat itu
perusahaan akan menerbitkan saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur pendanaan yang ditargetkan.
12. Fleksibilitas Keuangan
Jika dipandang dari sudut pandang operasional, mempertahankan fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan
yang memadai. Menentukan kapasitas yang memadai tersebut bersifat pertimbangan tetapi hal itu jelas bergantung pada beberapa
faktor termasuk ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas ramalannya, dan
berbagai akibat dari kekurangan modal.
Melalui pemaparan dari Brigham di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat sebelas 11 elemen penting yang dialami perusahaan
dalam menjalankan operasinya yang turut menentukan arah kebijakan perusahaan dalam menentukan komposisi pendanaan operasinya, antara lain, stabilitas
penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, leverage operasi, profitabilitas, pajak, pengendalian manajemen, sikap manajemen, sikap pemberi jaminan
lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, serta fleksibilitas keuangan. Kesebelas elemen ini akan menjadi bahan pertimbangan
utama perusahaan dalam menentukan struktur modalnya, yang mana perusahaan akan memilih komposisi pendanaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan,
ataupun mencapai nilai perusahaan yang paling optimal.
Universitas Sumatera Utara
B. Teori Pertukaran Trade Off Theory
Teori Trade off menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan finansial the
cost of financial distress dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari pertambahan hutang ditukar trade off satu sama lain.
Menurut teori trade off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan pendanaan dengan
hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum. Menurut Trade off, faktor – faktor yang mempengaruhi penentuan target struktur modal optimal
dari perusahaan adalah keuntungan dari pajak, biaya tekana financial distress cost dan biaya keagenan agency cost.
Brigham 1993:415-416 menjelaskan hubungan antara model Modigliani dan Miller model MM dengan teori trade off sebagai berikut, ”Jika model MM
dengan perusahaan besar, nilai perusahaan akan terus menerus naik sesuai dengan pergerakan struktur modal dari tanpa hutang menjadi 100 hutang. Persamaan V
L
= V
U
+ T
D
menunjukkan bahwa nilai perusahaan V
L
maksimum jika hutang D pada tingkat maksimum. Pertambahan hutang akan meningkatkan T
D
yang sebagai akibat dari keuntungan pajak yang berasal dari bunga hutang. Akan tetapi
jika pengaruh dari tekanan financial financial distress dan biaya keagenan agency cost diperhitungkan, maka pada tingkat tertentu, pertambahan hutang
akan menurunkan nilai perusahaan V
L
”.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan keuntungan dari pajak, biaya tekanan financial dan biaya keagenan dalam struktur modal dinyatakan dalam persamaan berikut:
V
L
= V
U
+ T
D
– PVFDC – PVAC Keterangan:
PVFDC: Present value of expected financial distress cost PVAC : Present Value of agency cost
Teori trade off menyatakan bahwa apabila keuntungan dari menggunakan hutang lebih besar dari biaya – biaya menggunakan hutang, maka perusahaan
sebaiknya menggunakan ekuitas. Posisi struktur modal optimal terletak pada dimana keuntungan dari penggunaan hutang sama dengan biaya – biaya dari
penggunaan hutang. Dengan kata lain, posisi struktur modal optimal perusahaan terletak pada titik dimana nilai perusahaan maksimum dan titik dimana biaya
modal minimum.
C. Teori Arus Kas Bebas Free Cash Flow