Menurut Sartono 1998 : 2 “Masalah keagenan agency problem biasanya terjadi antara manajer dengan pemegang saham atau antara stockholders
dengan debtholders”. Agency problem ini biasanya terjadi pada perusahaan besar karena proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer relative kecil. Manajer
dapat bertindak diluar tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dengan cara memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli
perusahaan lain. Konflik yang sering terjadi pada perusahaan besar adalah antara
stockholders dengan debtholders. Kreditur memiliki hak atas sebagian laba perusahaan atau sebagian asset terutama dalam kasus kebangkrutan. Sementara itu
pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang mungkin akan sangat menentukan profitabilitas dan resiko perusahaan. Misalkan ekspansi yang
mengakibatkan resiko perusahaan menjadi lebih besar dari perkiraan kreditur. Kenaikan resiko ini tentunya akan mengakibatkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan atas hutang dan akhirnya mengakibatkan nilai hutang menurun. Jika investasi ini berhasil maka sebagian besar keuntungan akan menjadi hak
pemegang saham karena bunga atas hutang bersifat tetap, ditentukan atas dasar resiko asset lama. Tetapi jika ekspansi gagal, maka kreditur harus turut
menanggung kerugian tersebut.
E. Teori Pecking Order Pecking Order Theory
Teori ini dipopulerkan oleh Myers 1984 dan dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil perusahaan
b. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha manghindari perubahan pembayaran
deviden secara drastis. c. Kebijakan deviden yang relative segan untuk diubah, disertai dengan
fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bias diubah mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang – kadang
melebihi kebutuhan untuk invesdtasi meskipun pada kesempatan lain kurang. Apabila dana dari investasi kurang dari kebutuhan investasi,
maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.
d. Apabila pendaan dari luar external financing diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas paling aman terlebih dahulu,
yaitu dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi
kemudian jika belum mencukupi, maka saham baru akan diterbitkan.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan – perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan disebabkan
karena mereka memiliki target debt ratio yang rendah, tetapi mereka memerlukan external financing yang sedikit.
F. Rentabilitas
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyanto 2001 : 35, ”Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut”. Secara umum rentabilitas dapat digambarkan sebagai berikut:
R = LM x 100
Dimana R adalah rentabilitas, L adalah laba yang diperoleh dalam periode tertentu, dan M adalah aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut. Sedangkan rentabilitas modal sendiri return on equity, menunjukkan
perbandingan antara laba bersih sesudah pajak net profit after taxes, yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah modal pada perusahaan.
Menurut Riyanto 2001 : 44, rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya
untuk memperoleh keuntungan. Return On Equity ROE diperlakukan demikian penting, karena ROE
merupakan ukuran efisiensi dari penggunaan modal para pemiliknya. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan dapat meningkatkan ROE, dapat digunakan
perhitungan sederhana untuk merumuskan kembali rasio tersebut dari tiga komponen utamanya. Hal ini merupakan pengembangan dari metode Du Pont
sebagai berikut: ROE = Laba Bersih earning
Modal equity
Universitas Sumatera Utara
= Laba Bersih earning x Penjualan sales x Aktiva assets Penjualan sales Aktiva assets Modal equity
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak
perseroan atau income tax, sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan. Ditinjau dari
kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan, penambahan modal asing hanyalah dibenarkan bila penambahan tersebut memiliki efek financial yang
menguntungkan terhadap modal sendiri. Penambahan modal asing hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri bila rate of return
dari tambahan modal asing tersebut lebih besar dari biaya modalnya atau bunganya.
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu