Sejarah Perkembangan Teknologi DG di Indonesia

dibandingkan pusat-pusat pembangkit konvensional dan dapat dipasangkan hampir pada setiap titik sistem tenaga listrik. IEA 2002 mendefinisikan Distributed Generation sebagai unit-unit yang menghasilkan energi pada sisi konsumen atau dalam jaringan distribusi lokal. Semua definisi di atas menunjukkan bahwa pembangkitan dengan skala kecil yang dihubungkan ke jaringan distribusi dapat dianggap sebagai bagian dari DG. Selain itu, pembangkitan yang dipasangkan dekat dengan sisi beban atau konsumen juga dapat dikatakan sebagai Distributed Generation.

3.4 Teknologi DG di Indonesia

3.4.1 Sejarah Perkembangan

Perkembangan teknologi DG di Indonesia telah berkembang sejak lama seiring dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 “Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Energi” yang mengijinkan pembelian terhadap kelebihan energi listrik excess power. Teknologi DG yang banyak digunakan pada masa itu adalah teknologi cogeneration. Bahkan menurut data penelitian Energy and Electricity EERDC, kapasitas terpasang teknologi cogeneration telah mencapai 834 MW pada tahun 1997. Perkembangan teknologi DG terus berkembang dengan memfaatkan pembangkit listrik skala kecil mikrohidro yang dikelola oleh pihak PLN atau swasta Independent Power Producer. Sejak tahun 2002, teknologi DG di Indonesia dikenal sebagai “Pembangkit Listrik Skala Kecil Tersebar” seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2002. Universitas Sumatera Utara Melalui PP Nomor 312009, Pemerintah juga mendorong penggunaan sumber energi baru, terbarukan dan energi primer yang yang lebih efisien untuk pembangkit tenaga listrik, dan diberikan kesempatan bagi Pembangkit Skala Kecil Swasta dan Koperasi PSKSK untuk menjual tenaga listriknya kepada PLN. Harga jual tenaga listrik dari PSKSK adalah harga pada titik interkoneksi dengan Sistem PLN dan harga jual ini disesuaikan setiap tahunnya berdasarkan perhitungan biaya marginal Sistem PLN. Harga Pembelian HP tenaga listrik yang dimaksud adalah HP = Harga energikwh x F ……………………….. 3.1 dimana nilai F ditentukan oleh daerah pembelian tenaga listrik oleh PT. PLN yang didasarkan sebagai berikut : a. Zona 1, Wilayah Jawa dan Bali, F = 1 b. Zona 2, Wilayah Suamtera dan Sulawesi, F = 1.2 c. Zona 3, Wilayah Kalimantan, NTB dan NTT, F = 1.3 d. Zona 4, Wilayah Maluku dan Papua, F = 1.5 Tabel 3.1 Harga Jual Energi Listrik Pembangkit Skala Kecil Tersebar menurut PP No. 312009 Harga EnergiKwh Titik Interkoneksi Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Rp 656kwh Tegangan Menengah 1 1.2 1.3 1.5 Rp 1.004kwh Tegangan Rendah 1 1.2 1.3 1.5 Universitas Sumatera Utara Dewasa ini, skema pemanfaatan teknologi DG di Indonesia dibagi atas 2, yaitu : 1. Skema IPP Independent Power Producer Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG harus mengirim tenaga listriknya ke sistem PLN secara kontiniu 24 jam. Skema ini biasanya memiliki kontrak dalam jangka waktu yang lama minimal 15 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas kesepakatan bersama. 2. Skema Pembelian Excess Power Kelebihan Tenaga Listrik Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG mengirim kelebihan tenaga listriknya ke sistem PLN pada waktu-waktu tertentu biasanya pada Waktu Beban Puncak. Skema ini biasanya memiliki kontrak jangka pendek 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas kesepakatan bersama.

3.4.2 Aplikasi Teknologi DG