menunjukkan potensi yang besar. Dengan perubahan struktur energi listrik yang terus berkembang, saat ini DG telah dimanfaatkan sebagai pembangkitan siaga
yang memberi keuntungan pada sistem tenaga listrik sebagai sumber energi pada beban puncak, kehilangan daya pada sistem dan meningkatkan kualitas daya para
konsumen. Beberapa perkembangan terus dilakukan dan membuat DG tidak hanya mungkin dilakukan tetapi suatu potensi yang diharapkan.
Perkembangan DG di masa sekarang didukung oleh dua isu utama dalam sistem tenagan listrik pada masa sekarang yaitu :
1. Perubahan kebijakan energi listrik di seluruh dunia dari sistem monopoli
menjadi sistem yang lebih kompetitif terkhusus pada sektor pembangkit yang memungkinkan keragaman dalam kepemilikan aset pembangkit
sehingga akan adanya persaingan yang mendorong harga energi listrik menjadi lebih murah.
2. Kebijakan lingkungan yang berkelanjutan yang mengharapkan DG dapat membantu mengurangi gas emisi terutama emisi karbon. Pemanfaatan
energi DG harus mendorong pengurangan emisi karbon karena umumnya teknologi DG memiliki emisi karbon yang rendah bahkan ada yang emisi
karbonnya nol seperti photovoltaic sel surya .
3.3 Defenisi Distributed Generation
CIGRE telah mendefinisikan Distributed Generation sebagai semua unit pembangkit dengan kapasitas maksimal berkisar sampai 50 MW dan dipasangkan
ke jaringan distribusi. IEEE mendefinisikan Distributed Generation sebagai pembangkitan yang menghasilkan energi dalam kapasitas yang lebih kecil
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan pusat-pusat pembangkit konvensional dan dapat dipasangkan hampir pada setiap titik sistem tenaga listrik. IEA 2002 mendefinisikan
Distributed Generation sebagai unit-unit yang menghasilkan energi pada sisi konsumen atau dalam jaringan distribusi lokal.
Semua definisi di atas menunjukkan bahwa pembangkitan dengan skala kecil yang dihubungkan ke jaringan distribusi dapat dianggap sebagai bagian dari
DG. Selain itu, pembangkitan yang dipasangkan dekat dengan sisi beban atau konsumen juga dapat dikatakan sebagai Distributed Generation.
3.4 Teknologi DG di Indonesia
3.4.1 Sejarah Perkembangan
Perkembangan teknologi DG di Indonesia telah berkembang sejak lama seiring dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 “Tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Energi” yang mengijinkan pembelian terhadap kelebihan energi listrik excess power. Teknologi DG yang banyak digunakan
pada masa itu adalah teknologi cogeneration. Bahkan menurut data penelitian Energy and Electricity EERDC, kapasitas terpasang teknologi cogeneration
telah mencapai 834 MW pada tahun 1997. Perkembangan teknologi DG terus berkembang dengan memfaatkan
pembangkit listrik skala kecil mikrohidro yang dikelola oleh pihak PLN atau swasta Independent Power Producer. Sejak tahun 2002, teknologi DG di
Indonesia dikenal sebagai “Pembangkit Listrik Skala Kecil Tersebar” seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2002.
Universitas Sumatera Utara
Melalui PP Nomor 312009, Pemerintah juga mendorong penggunaan sumber energi baru, terbarukan dan energi primer yang yang lebih efisien untuk
pembangkit tenaga listrik, dan diberikan kesempatan bagi Pembangkit Skala Kecil Swasta dan Koperasi PSKSK untuk menjual tenaga listriknya kepada
PLN. Harga jual tenaga listrik dari PSKSK adalah harga pada titik interkoneksi dengan Sistem PLN dan harga jual ini disesuaikan setiap tahunnya berdasarkan
perhitungan biaya marginal Sistem PLN. Harga Pembelian HP tenaga listrik yang dimaksud adalah
HP = Harga energikwh x F ……………………….. 3.1 dimana nilai F ditentukan oleh daerah pembelian tenaga listrik oleh PT. PLN
yang didasarkan sebagai berikut : a. Zona 1, Wilayah Jawa dan Bali, F = 1
b. Zona 2, Wilayah Suamtera dan Sulawesi, F = 1.2 c. Zona 3, Wilayah Kalimantan, NTB dan NTT, F = 1.3
d. Zona 4, Wilayah Maluku dan Papua, F = 1.5
Tabel 3.1 Harga Jual Energi Listrik Pembangkit Skala Kecil Tersebar menurut PP No. 312009
Harga EnergiKwh
Titik Interkoneksi Zona 1
Zona 2 Zona 3
Zona 4
Rp 656kwh Tegangan Menengah
1 1.2
1.3 1.5
Rp 1.004kwh Tegangan Rendah
1 1.2
1.3 1.5
Universitas Sumatera Utara
Dewasa ini, skema pemanfaatan teknologi DG di Indonesia dibagi atas 2, yaitu :
1. Skema IPP Independent Power Producer
Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG harus mengirim tenaga listriknya ke sistem PLN secara kontiniu 24 jam. Skema ini
biasanya memiliki kontrak dalam jangka waktu yang lama minimal 15 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas kesepakatan
bersama. 2.
Skema Pembelian Excess Power Kelebihan Tenaga Listrik Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG mengirim kelebihan
tenaga listriknya ke sistem PLN pada waktu-waktu tertentu biasanya pada Waktu Beban Puncak. Skema ini biasanya memiliki kontrak
jangka pendek 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas kesepakatan bersama.
3.4.2 Aplikasi Teknologi DG
Pemanfaatan teknologi DG yang telah banyak dikembangkan di Indonesia adalah teknologi pembangkitan mikrohidro walaupun dewasa ini yang cukup
signifikan adalah pembelian kelebihan energi listrik excess power dari pihak industri-industri besar PLTU. Berikut ini adalah tabe yang menunjukkan aplikasi
tekonologi DG berupa pembangkitan mikrohidro yang telah terkoneksi pada jaringan distribusi di daerah Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Pemanfaatan Pembangkitan Mikrohidro yang terinterkoneksi pada Jaringan Tegangan Menengah 20 KV di Sumatera Utara
Nama Pembangkitan Lokasi
Titik Interkoneksi
Kapasitas MW
Tegangan KV
PLTMH Batang Gadis I Madina
20 KV 0.45
0.4 PLTMH Batang Gadis II
Madina 20 KV
0.45 0.4
PLTMH Tonduhan I Simalungun
20 KV 0.45
0.4 PLTMH Tonduhan II
Simalungun 20 KV
0.45 0.4
PLTMH Kombih I Pakpak
20 KV 1.5
0.4 PLTMH Kombih II
Pakpak 20 KV
1.5 0.4
PLTMH Boho Samosir
20 KV 0.2
0.4 PLTMH Aek Raisan I
Tap. Utara 20 KV
0.75 0.4
PLTMH Aek Raisan II Tap. Utara
20 KV 0.75
0.4 PLTMH Aek Sibundong
Tap. Utara 20 KV
0.75 0.4
PLTMH Aek Silang Humbahas
20 KV 0.75
0.4
3.5 Teknologi DG yang Dapat Dikembangkan di Indonesia
Beberapa jenis teknologi DG yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah mikrohidro, bahan bakar nabati, biomassa, energi angin, tenaga surya,
energi hybrid angin dan surya, pasang surut, dan panas bumi.
3.5.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMH adalah pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan energi air sebagai penggeraknya, misalnya
saluran irigasi, sungai atau air terjun dengan cara memanfaatkan tinggi terjunnya
Universitas Sumatera Utara
head dan jumlah debit airnya. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sebagai sumberdaya penghasil listrik memiliki kapasitas aliran maupun ketinggian
tertentu. Semakin besar kapasisitas aliran maupun ketinggiannya maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Pembangkit tenaga mikrohidro bekerja dengan cara memanfaatkan semaksimal mungkin energi potensial air. Energi ini secara perlahan diubah
menjadi energi kinetik saat melalui nosel yang ditembakkan untuk memutar sudu- sudu turbin. Energi mekanis dari putaran turbin akhirnya diubah menjadi energi
listrik melalui putaran generator. Sketsa sederhana dari sebuah pembangkit tenaga
mikrohidro ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Bagan Sederhana Pembangkit Tenaga Mikrohidro
Karena besar tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada tinggi jatuh dan debit air, maka total energi yang tersedia dari suatu reservoir
air merupakan energi potensial air. Dengan demikian poensi daya air yang
Universitas Sumatera Utara
tersedia berdasarkan energi potensial dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :
P
G
= ρ . g . Q . Hg.................................................. 3.2
dimana : P
G
= potensi daya kW ρ = massa jenis kgm
3
Q = debit aliran air m
3
s H
g
= head kotor m g = percepatan gravitasi 9,81 mdet
2
Potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan adalah : P =
ρ . g . Q . H
e
. Eff ............................................. 3.3 dimana :
P = daya listrik yang keluar dari generator kW He = head efektif m
Eff = efisiensi
3.5.2 Teknologi Bahan Bakar Nabati
Biofuel adalah bahan bakar yang diproduksi dari sumber-sumber hayati, disebut juga BBN. Secara umum biofuel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis
bahan bakar, yaitu biodiesel, bioethanol, dan biooil. Pengelompokan ini dapat dikatakan merujuk pada jenis-jenis BBM konvensional dari sumber energi tak
terbarukan yang ingin digantikan dengan biofuel. Biodiesel dimaksudkan sebagai pengganti solar high-speed diesel dan minyak diesel industri industrial diesel-
oil. Bioethanol yaitu etanol yang dihasilkan dari biomassa dimaksudkan sebagai bahan bakar pengganti bensin. Sedangkan biooil dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pengganti minyak tanah dan minyak bakar marine fuel-oil.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat adanya keragaman bahan baku sisi hulu dan keragaman bentuk akhir bahan bakar serta segmentasi penggunaannya, bagian terpenting
yang harus dilakukan dalam studi kelayakan teknis bahan bakar nabati adalah screening rute produksi. Dalam melakukan identifikasi dan screening rute
produksi, kajian dilakukan dari mulai tahapan penanaman, pengolahan bahan baku, pemroduksian, penggunaan, hingga dampaknya terhadap lingkungan.
Tujuan dari screening ini adalah memilih rute produksi yang paling layak secara tekno-ekonomis.
Gambar 3.2 Ilustrasi Konversi Rute Konversi BBN
Identifikasi dan screening rute produksi untuk oil processing plant dan biodiesel plant lebih ditekankan pada upaya untuk menyusun rute konversi
produksi bahan bakar hayati khususnya pure plant oil dan biodiesel. Gambar 3.2
menunjukkan ilustrasi awal rute konversi untuk sintesa bahan bakar nabati.
Universitas Sumatera Utara
Biodiesel adalah suatu sumber daya yang dapat diperbaharui berasal dari minyak nabati, penggunaanya untuk menggantikan solar dari minyak bumi yang
merupakan bahan bakar yang dominan untuk mesin diesel. Pertumbuhan penggunaan biodiesel tumbuh dengan cepat terutama dalam bidang transportasi.
Disamping itu biodisel dapat juga digunakan sebagai bahan bakar untuk generator. Manfaat utama dari biodiesel adalah mengurangi emisi udara yang berbahaya bagi
lingkungan dalam pengoperasian pembangkit energi listrik. Keuntungan dan kerugian pembangkit listrik yang mengunakan minyak
nabati antara lain : a. Keuntungan:
1. Ketersediaan bahan baku memadai seperti: kelapa sawit, jarak, singkong,
jagung, dan tebu untuk bioethanol dan biodiesel. 2.
Bisa diandalkan sebagai pengganti solar dan bensin. b. Kekurangan:
1. Jalur konversi yang panjang untuk menghasilkan energi listrik.
2. Membutuhkan Tenaga Ahli untuk proses konversi dari bahan baku
menjadi biodiesel dan bioethanol. 3.
Sebahagian besar bahan bakunya berasal dari bahan pangan. 4.
Meningkatkan beban lingkungan karena adanya perkebunan mono kultur sehingga dapat mengurangi produktifitas tanah dan mengganggu
keseimbangan ekosistem.
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Biomassa adalah sebutan yang diberikan untuk material yang tersisa dari tanaman atau hewan seperti kayu dari hutan, material sisa pertanian serta Iimbah
organik manusia dan hewan. Energi yang terkandung dalam biomassa berasal dari matahari. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara di transformasi menjadi
molekul karbon lain misalnya gula dan selulosa dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan dalam dalam tanaman dan hewan akibat memakan tumbuhan atau
hewan lain atau dalam kotorannya dikenal dengan nama bio-energi. Ketika biomassa dibakar, energi akan terlepas, umumnya dalam bentuk
panas. Karbon pada biomassa bereaksi dengan oksigen di udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna, jumlah karbondioksida
yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari udara ketika tanaman tersebut tumbuh. Oleh karena itu kecepatan regenerasi biomassa merupakan salah
satu hal terpenting yang menentukan layak tidaknya untuk dimanfaatkan.
Gambar 3.3 Skema Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Biomassa Tipe
direct-fired
Universitas Sumatera Utara
Secara umum keuntungan dan kerugian pembangkit listrik biomasa yaitu : a. Keuntungan :
1. Sumber energi yang murah dan memanfaatkan limbah tanaman seperti
kayu dari hutan, material sisa pertanian serta Iimbah organik manusia dan hewan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti batubara.
b. Kerugian : 1.
Lokasi ketersediaan biomasa tersebar sehingga susah dilakukan pengumpulan dalam jumlah yang banyak.
2. Kontiniutas ketersediaan biomasa tidak terjamin.
3.5.4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Energi matahari merupakan sumber energi penting sejak dahulu kala, dimulai cara memanfaatkan yang primitif sampai teknologi photovoltaic. Matahari
melepas 95 energinya sebagai cahaya yang bisa dilihat dan sebaian lagi sebagai yang tidak terlihat seperti sinar infra-red dan ultra-violet. Sebagai negara tropis,
Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di
Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat
Indonesia KBI sekitar 4,5 kWhm2 hari dengan variasi bulanan sekitar 10; dan di Kawasan Timur Indonesia KTI sekitar 5,1 kWhm 2 hari dengan variasi
bulanan sekitar 9. Dengan demikian, potensi energi surya rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWhm2hari dengan variasi bulanan sekitar 9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Kelebihan dan kekurangan dari penggunaan energi panas matahari antara lain : a. Kelebihan :
1. Energi panas matahari merupakan energi yang tersedia hampir diseluruh
bagian permukaan bumi dan tidak habis renewable energy. 2.
Penggunaan energi panas matahari tidak menghasilkan polutan dan emisi yang berbahaya baik bagi manusia maupun lingkungan.
b. Kerugian : 1.
Sistem pemanas air dan pembangkit listrik tenaga surya tidak efektif digunakan pada daerah memiliki cuaca berawan untuk waktu yang lama.
2. Pada musim dingin, pipa-pipa pada sistem pemanas ini akan pecah karena
air di dalamnya membeku. 3.
Membutuhkan lahan yang sangat luas yang seharusnya digunakan untuk pertanian, perumahan, dan kegiatan ekonomi lainya. Hal ini karena rapat
energi matahari sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
4. Sistem hanya bisa digunakan pada saat matahari bersinar dan tidak bisa
digunakan ketika malam hari atau pada saat cuaca berawan .
3.5.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya
cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan
menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Energi kinetik dari angin ditangkap melalui
turbin angin kincir angin yang diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya dikonversikan menjadi energi listrik melalui generator listrik.
Gambar 3.5 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin antara lain: a. Kelebihan :
1. Teknologi yang ramah Lingkungan environmental friendly dan tidak
rumit. 2.
Mudah dalam pengoperasianya dan tidak memerlukan perawatan khusus. b. Kekurangn :
1. Butuh biaya yang cukup besar untuk investasi awal.
2. Lokasinya tertentu, didaerah yang kecepatan angin cukup untuk memutar
baling-baling. 3.
Kecepatan angin yang fluktuatif tergantung pada musim.
3.5.6 Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
Gerakan naik dan turun air laut yang luas menunjukkan adanya sumber tenaga yang tidak terbatas. Jika beberapa bagian dari tenaga yang besar sekali ini
dialihkan ke tenaga listrik, tentu akan menjadi sumber penting bagi tenaga air. Gambaran utama siklus air pasang adalah perbedaan naiknya permukaan air pada
waktu air pasang dan pada waktu air surut. Jika perbedaan tinggi ini dimanfaatkan guna mengoperasikan turbin, tenaga air pasang itu dapat dialihkan pada tenaga
listrik. Pada dasarnya, hal ini tidak terlalu sukar karena air pada waktu pasang, berada pada tingkatan yang tinggi dan dapat disalurkan ke dalam kolam untuk
disimpan pada tingkatan tinggi di situ. Air tersebut juga dapat dialirkan kembali ke laut waktu air surut melalui turbin-turbin, yang berarti memproduksi tenaga.
Karena tingkatan permukaan air di kolam tinggi dan permukaan laut rendah,
Universitas Sumatera Utara
terdapatlah perbedaan perbandingan tinggi air, yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin.
Gambar 3.6 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
3.5.7 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai salah satu bentuk
dari energi terbarukan. Air panas alam bila bercampur dengan udara karena terjadi fraktur atau retakan maka selain air panas akan keluar juga uap panas steam. Air
panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi geothermal tersebut bisa dikonversi menjadi
energi listrik tentu diperlukan pembangkit power plants. Pembangkit yang digunakan untuk mengonversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara
umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan
Universitas Sumatera Utara
berbasis geothermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya.
3.6 Pemasangan Interkoneksi DG
Secara garis besar, interkoneksi pada DG terbagi atas tiga komponen, yaitu
3.6.1 Sumber Energi Utama Prime Energy Source
Hal ini menunjuk pada teknologi DG sebagai sumber energi seperti energi surya, angin, mikrohidro, pasang surut dan biomassa. Setiap teknologi DG
memiliki karakter yang berbeda-beda dala menghasilkan energi, misalnya tipikal energi yang dihasilkan oleh PV dan fuel cell berupa direct current atau wind
turbin yang tipikal energinya berupa energi mekanis dihasilkan dari putaran pada turbin.
Gambar 3.7 Interkoneksi DG 3.6.2 Power Converter
Power converter dalam interkoneksi, berfungsi untuk mengubah energi dari sumber energi utama prime energy resources menjadi energi dengan level
Beban local
GRID CONNECTION
20 KV SISI PEMBANGKITAN
Trafo Step-Up
DG
Universitas Sumatera Utara
frekuensi tertentu 50Hz - 60Hz. Secara garis besar, ada 3 kategori power converter yang digunakan dalam interkoneksi, yaitu :
1. Generator sinkron 2. Generator induksi
3. Static power converter Generator sinkron dan generator induksi mengkonversi putaran energi
mekanis ke dalam tenaga listrik dan sering disebut dengan routing power converter. Static power converter biasa dikenal dengan inverter tersusun atas
solid-device seperti transistor. Pada inverter, transistor mengkonversi energi dari sumber menjadi energi dengan frekuensi 50-60Hz dengan switching switch on-
off. Teknologi DG yang dijual di pasaran, kebanyakan telah diintegrasikan dengan power converter masing-masing. Misalnya fuel cell yang telah
diintegrasikan dengan inverter. Power converter memiliki efek yang besar terhadap DG pada sistem distribusi. Oleh sebab itu dibutuhkan peralatan
interkoneksi untuk menjamin keamanan dan kestabilan operasi. Generator sinkron, generator induksi dan inverter memberikan respon yang sangat berbeda
terhadap variasi kondisi dari sistem tenaga.
3.6.3 Sistem Interface dan peralatan proteksi
Peralatan ini ditempatkan sebagai penghubung antara terminal output dari power converter dan jaringan primer. Komponen interkoneksi ini biasanya terdiri
atas step-up transformer, metering kadang ditambahkan controller dan relay proteksi. Dalam komponen ini terkadang terdapat communication link untuk
mengontrol kondisi pada sistem.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Keuntungan Distributed Generation
Dalam banyak penelitian, DG dapat beradaptasi dengan perubahan ekonomi dalam cara yang fleksibel karena ukurannnya yang kecil dan konstruksi
yang lebih sederhana dibandingkan dengan pusat-pusat pembangkit konvensional. Menurut IEA, penilaian ekonomi atas nilai fleksibiltas DG sangat memungkinkan
dan layak 2002. Sebagian besar DG memang sangat fleksibel dalam beberapa hal seperti operasi, ukuran, dan kemajuan teknologi. Selain itu, DG dapat
meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik. Dalam pemasangannya di jaringan distribusi, DG ditempatkan dekat dengan
daerah beban dan beberapa keuntungan dalam pemakaian DG : 1.
DG memberi keandalan yang lebih tinggi dalam pemanfaatan daya 2.
DG sebagai sumer energi lokal dapat membantu untuk penghematan daya listrik pada jaringan transmisi dan distribusi.
3. Dibandingkan dengan power plants, DG memiliki efesiensi yang lebih
tinggi dalam penyaluran daya. Selain itu, bila dikoneksikan pada jaringan, DG dapat meningkatkan efesiensi sistem karena DG membantu
mengurangi rugi-rugi pada sistem. 4.
Dalam memproduksi energi listrik, DG bersifat ramah lingkungan. Emisi yang dihasilkan dari produksi energi listrik oleh DG tergolong rendah,
bahkan mendekati nol.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMANFAATAN DG PADA JARINGAN DISTRIBUSI
4.1 Pendahuluan
Pemanfaatan DG yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini berupa pembangkit listrik tenaga minihidro 100 Kw -1000 Kw yaitu PLTMH Aek
Silang yang berlokasi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. PLTMH Aek Silang ini sendiri langsung diinterkoneksikan pada salah satu
penyulang dari Gardu Induk Tele yaitu Penyulang Gelas.
4.2 Sistem Gardu Induk Tele
Untuk mengetahui pemanfaatan PLTMH Aek Silang sebagai DG maka perlu dipahami dahulu konfigurasi jaringan distribusi pada sistem gardu induk
Tele. Sumber daya GI Tele disuplai oleh dua sumber yaitu GI Tarutung dan GI Sidikalang dengan tegangan 150 KV. Adapun tujuan penggunaan dua suplai ini
yaitu kontinuitas pelayanan tenaga listrik dapat terjaga. Maksudnya, apabila salah satu suplai dari GI mengalami gangguan atau maintenance maka dapat disuplai
oleh GI yang lain. Dari bus 150 KV, tenaga listrik disalurkan ke transformator daya untuk
diturunkan tegangannya dari tegangan transmisi 150 KV menjadi tegangan distribusi 20 KV. Pada sistem GI Tele terdapat 1 buah transformator daya tiga
fasa, 15020 KV, dengan daya 10 MVA. Tenaga listrik dari transformator daya akan disalurkan kepada keempat penyulang feeder yang dilayani oleh GI Tele.
Keempat penyulang tersebut adalah penyulang Piring, penyulang Gelas,
Universitas Sumatera Utara