Pengaruh Agresivitas Pajak, Tingkat Persistensi Laba, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan

(1)

PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, TINGKAT PERSISTENSI LABA, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 – 2014)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Nike Beliza k

NIM. 208082000025

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, TINGKAT PERSISTENSI LABA, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia 2012 – 2014)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Nike Beliza k NIM. 208082000025

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, tanggal 09 Oktober 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa:

1. Nama : Nike Beliza 2. NIM : 208082000025 3. Jurusan : Akuntansi Pajak

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Agresivitas Pajak, Tingkat Persistensi Laba dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia 2012 – 2014).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, tanggal 22 Desember 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa:

1. Nama : Nike Beliza 2. NIM : 208082000025 3. Jurusan : Akuntansi Pajak

4. Judul Skripsi : Pengaruh Agresivitas Pajak, Tingkat Persistensi Laba, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia 2012 – 2014).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Nike Beliza

NIM : 208082000025

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi Pajak

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Desember 2015


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Identitas Diri

1. Nama : Nike Beliza

2. Tempat Tanggal Lahir : Tj. Pandan, 16 Oktober 1990

3. Alamat : Jl. Swadaya No.40 RT/RW 010/011 Kedaung -Pamulang, Tangerang Selatan 15415

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Hasyim Amrin 6. Nama Ibu : Arjuni Harun 7. Nama Kakak : Jacky Arien

Ricko Andeska Yurika Hastriana 8. Anak ke dari : 4 dari 4 bersaudara 9. Nomor Telepon : 0857-1923-6553

10. E-mail : [email protected]

B.Data Pendidikan Formal

1. 1996 - 2000 : SDN 07 Padang

2. 2001 - 2002 : SDN 02 Bandar Lampung 3. 2002 - 2005 : SLTPN 1 Bandar Lampung 4. 2005 - 2008 : SMAN 9 Bandar Lampung 5. 2008 - 2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

vi

THE INFLUENCE OF TAX AGGRESSIVENESS, EARNINGS

PERSISTENCE AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TO FIRM VALUE

( Study to LQ 45 Company In Indonesia Stock Exchange 2012 – 2014 ) ABSTRACT

This research aim is to analyze the influence of tax aggressiveness, earnings persistence and corporate social responsibility to firm value using multiple linear regression analysis to the company LQ 45 listed on the Indonesia Stock Exchange. The sampling technique used purposive sampling. The data obtained are secondary data based on the financial statements in the period of three years, start in 2012 to 2014.

This research shows that there are simultaneous influence on variables (tax aggressiveness, earnings persistence and corporate social responsibility) toward firm value, based on significant value 0.04 is lower than 0.05 and Fvalue

(4.925) > Ftable (2.723). This research also shows that partially, earning

persistence gives influence toward firm value, where tvalue 3.329 > ttable 1.992and

significant value is lower than 0.05 (0.001 < 0.05), on the other side, tax aggressiveness and corporate social responsibility doesn’t affect the firm value because each variable has significant value higher than 0.05 and tvalue < ttabel. On

the determinant test, independent variables (agressiveness, earning persistence, and corporate social responsibility) give 14,2% influence toward dependent variable (firm value). Meanwhile, 85,8% is affected by another variables that does not include in this regression analysis, such as profitability, capital structure, management ownership, institutional ownership, etc.

Keyword: firm value, tobin’s q, earnings persistence, tax agressiveness, book-tax difference, corporate social responsibility


(8)

vii

PENGARUH AGRESIVITAS PAJAK, TINGKAT PERSISTENSI LABA, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia 2012 – 2014) ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh antara agresivitas pajak, tingkat persistensi laba, dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan, secara simultan dan parsial.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu tiga tahun pada periode 2012 - 2014. Total sampel diperoleh sebanyak 81 perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel (agresivitas pajak, tingkat persistensi laba, dan tanggung jawab sosial perusahaan) terhadap nilai perusahaan, terlihat nilai signifikan 0,04 di bawah 0,05 dan nilai Fhitung (4,925) > Ftabel (2,723). Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat persistensi laba terhadap nilai perusahaan, dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 3.329 > 1.992 atau nilai sig.

lebih kecil dari 0.05 (0.001 < 0.05), sedangkan variabel agresivitas pajak dan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahan karena masing-masing variabel memiliki nilai thitung < ttabel atau nilai sig. > 0.05.

Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 14,2% dari variabel independen (agresivitas pajak, tingkat persistensi laba, dan tanggung jawab sosial perusahaan) terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Sedangkan, sebanyak 85,8% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk ke dalam analisis regresi ini, seperti profitabilitas, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, struktur modal.

Kata Kunci: nilai perusahaan, tobin’s q, agresivitas pajak, persistensi laba, tanggung jawab sosial perusahaan, book-tax difference


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti

panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Agresivitas Pajak, Tingkat Persistensi Laba, Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia 2012 – 2014)”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih

sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta abang dan kakakku yang terus memacu untuk tetap berjuang menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr.Rini,M.Si.,Ak.,CA. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, ilmu pengetahuannya dan selalu sabar dalam menghadapi kekurangan yang peneliti miliki selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

4. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.CA selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, ilmu pengetahuannya dan selalu sabar dalam menghadapi kekurangan yang peneliti miliki selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa


(10)

ix

terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

6. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

7. Teman-teman seperjuangan Mildit, Adit, teh Dina, Nabil, Retno, Diden, Dita yang selalu mendukung, menyemangati, berjuang bersama, dan semua teman se-Geng Green Generation yang memberi warna pada masa-masa penyelesaian skripsi, Muchsin yang turut menyumbangkan ilmu dan tenaganya, Irma, Kiki, Cici dan teman-teman lainnya yang secara tidak

langsung turut memberikan semangat dan do’anya.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua, terima kasih banyak.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2015


(11)

x DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah... 14

C.Tujuan Penelitian ... 15

D.Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A.Landasan Teori ... 17

1. Nilai Perusahaan ... 17

2. Agresivitas Perusahaan ... 20

3. Persistensi Laba ... 23

4. Corporate Social Responsibility (Tanggungjawab Sosial Perusahaan) ... 25

B.Penelitian Terdahulu ... 30

C.Keterkaitan Antar Variabel ... 38

1. Keterkaitan Antara Variabel Agresivitas Pajak Terhadap Nilai Perusahaan ... 38 2. Keterkaitan Antara Variabel Tingkat Persistensi Laba


(12)

xi

Terhadap Nilai Perusahaan ... 38

3. Keterkaitan Antara Variabel Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan ... 40

D.Kerangka Pemikiran ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A.Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B.Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 43

C.Teknik Pengumpulan Data ... 44

D.Metode Analisa Data ... 45

1. Uji Asumsi Klasik ... 45

2. Uji Hipotesis ... 49

3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 51

E. Operasional Variabel Penelitian ... 52

1. Nilai Perusahaan (Y) ... 52

2. Agresivitas Pajak (X1) ... 53

3. Tingkat Persistensi Laba (X2) ... 54

4. Corporate Social Responsibility (X3) ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 56

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 56

B.Hasil Uji Analisi Penelitian ... 58

1. Hasil Uji Deskriptif ... 58

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 60

3. Hasil Uji Hipotesis ... 67

4. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70

C.Pembahasan ... ... 72

1. Pengaruh Agresivitas Pajak Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan ... 72

2. Pengaruh Tingkat Persistensi Laba terhadap Nilai Perusahaan ... 73 3. Pengaruh Corporate Social Responsibility


(13)

xii

terhadap Nilai Perusahaan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A.Kesimpulan .... ... 75

B.Saran ... ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 31

4.1 Proses Seleksi Populasi Perusahaan LQ-45 ... 57

4.2 Daftar Perusahaan LQ 45 ... 57

4.3 Hasil Uji Deskriptif Data ... 59

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Secara Statistik ... 62

4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ... 63

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Statistik (Glejser) ... 65

4.7 Hasil Uji Autokolerasi ... 66

4.8 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 67

4.9 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 68

4.10 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 69


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 42 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ... 61 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Grafik ... 64


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Sampel ... 83

2 Lampiran Daftar Rincian Data Variabel Penelitian 2012-2014 ... 85

3 Perhitungan Pengungkapan CSR ... 87

4 Lampiran Hasil Output Spss 22 ... 89


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perusahaan umumnya berusaha meningkatkan nilai perusahaan setiap periode, karena tingginya nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham, akan dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham (Ilmiani dan Sutrisno, 2014). Hal ini memberi dampak para pemegang saham tetap mempertahankan investasinya dan calon investor tertarik menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Berbagai upaya dilakukan pihak manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan, salah satunya adalah dengan melakukan pengurangan biaya pajak yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting dan terbesar. Oleh karenanya, pembayaran pajak perusahaan memiliki implikasi bagi masyarakat dan sosial karena membentuk fungsi yang penting dalam membantu mendanai penyediaan barang publik dalam masyarakat, termasuk hal-hal seperti pendidikan, pertahanan nasional, kesehatan masyarakat, transportasi umum, dan penegakan hukum (Friese, dkk, 2008 dalam Lanis dan Richardson, 2012).

Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, maka perusahaan akan menekan biaya seoptimal mungkin, dalam hal ini beban pajak itu sendiri. Dari sinilah muncul perilaku yang dinamakan agresivitas pajak. Hlaing (2012)


(18)

2 mendefinisikan agresivitas pajak sebagai cakupan semua kegiatan perencanaan pajak yang akan perusahaan tempuh dalam mengurangi tarif pajak efektif. Definisi tindakan pajak agresif menurut Frank, dkk., (2004), yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion.

Di Indonesia banyak kasus terkait pajak. Salah satunya, terdapat kasus dugaan penggelapan pajak PT Bumi Resources Tbk, termasuk anak perusahaannya PT Arutmin Indonesia, dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebesar Rp.2,1 triliun pada tahun 2007. Lembaga Sosial Masyarakat, Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai, jumlah itu membengkak menjadi Rp.11,426 triliun setelah perusahaan diduga kurang membayar royalti pada periode 2003-2008. Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak sendiri tidak tinggal diam. Institusi yang bernaung di bawah Departemen Keuangan ini terus melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tunggakan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie tersebut. Dirjen Pajak yang mengetahui kasus ini mengatakan kemungkinan penambahan nilai kerugian negara terjadi karena dalam proses penyidikan yang dilaksanakan, penyidik menemukan komponen biaya pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang tidak sesuai dengan seharusnya, sehingga menyebabkan besaran pajak yang dibayarkan menjadi kecil. Itu salah satunya dari biaya bunga pinjaman, yang bila ditelusuri nilainya bisa mencapai ratusan miliar rupiah (Dini, 2010).

Komponen biaya merupakan salah satu komponen yang bisa dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka penentuan penghasilan kena pajak. Namun, berdasarkan ketentuan perpajakan, tidak semua komponen biaya bisa dikurangkan


(19)

3 dari penghasilan bruto. Perbedaan asumsi biaya sebagai beban yang dapat dikurangkan antara akuntasi dan pajak menyebabkan terdapat perbedaan antara laba akuntansi dan laba perpajakan. Adanya 2 jenis laba tersebut menyebabkan laba yang dihasilkan perusahaan berbeda sehingga mempengaruhi kualitas laba. Laba merupakan salah satu indikator penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996 dalam Siallagan, 2006). Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Meningkatkan nilai adalah tujuan utama yang ingin dicapai setiap perusahaan.

Karena persistensi merupakan salah satu karakteristik kualitatif relevansi laba (Jonas dan Blanchet, 2000 dalam Suwandika dan Astika, 2013), maka semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, persistensi laba perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal, maka semakin tinggi persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Wijayanti (2006) perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal secara negatif berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar selisih laba akuntansi dengan laba fiskal maka persistensi laba perusahaan itu juga akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hanlon (2005). Persistensi laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya bagi


(20)

4 mereka yang mengharap persistensi laba yang tinggi karena persistensi laba menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Perusahaan memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak. Agar dapat memberikan informasi yang handal maka laba harus persisten.

Prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien. Semakin tinggi kemungkinan laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan, maka laba memiliki persistensi yang tinggi. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar dan nilai perusahaan juga semakin naik.

Konsep Teoritis mengenai jenis-jenis biaya yang bisa menjadi pengurang penghasilan bruto sebagaimana dikemukakan oleh Sommerfeld dalam Ompusunggu (2009), bahwa pengeluaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria yaitu:

1) Ordinary expense, bahwa komponen biaya secara umum dapat menjadi pengurang penghasilan bruto bagi semua Wajib Pajak.


(21)

5 2) Necessary, bahwa biaya yang dikeluarkan dianggap mampu untuk memberi

kontribusi menghasilkan pendapatan perusahaan.

3) Trade or business, bahwa biaya usaha adalah berhubungan dengan kegiatan lini usaha perusahaan.

4) Reasonable in amount, bahwa biaya yang dikeluarkan merupakan jumlah yang wajar sesuai dengan kepentingan usaha.

Dalam UU PPh No.36 tahun 2008, biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense) tertuang dalam pasal 6. Komponen-komponen biaya yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan di dalam UU tersebut, terdapat diantaranya komponen biaya yang dibebankan karena perusahaan melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Kegiatan tanggung jawab sosial ini menjadi marak dibahas sejak disahkannya UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, dimana dalam pasal 74 UU PT mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang melekat pada setiap perseroan dan yang tidak melaksanakan akan dikenai sanksi hukum, serta dalam pasal 15 (b) UU Penanaman Modal mewajibkan setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: kep-431/bl/2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik juga menyebutkan bahwa perusahaan wajib mengungkapkan


(22)

6 kegiatan tanggung jawab sosialnya baik di dalam laporan tahunan perusahaan atau di dalam laporan keberlanjutan tersendiri.

Tanggung jawab utama sebuah perusahaan secara historis adalah untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dan meningkatkan nilai pemegang saham (maximize shareholders value). Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Friedman dalam Baron (2003), bahwa tanggung jawab perusahaan adalah menjalankan perusahaan sesuai dengan keinginan pemilik untuk menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin sepanjang tidak melanggar hukum masyarakat dan etika. Tentu saja dengan adanya ketentuan tentang CSR yang diatur oleh pemerintah membuat investor dan para pemegang saham kebingungan. Perusahaan akan menganggarkan kewajiban tersebut sebagai biaya perseroan, yang akan dibebankan dalam biaya sebagai pengurang penghasil bruto dan berpotensi mengurangi kewajiban perpajakan dikemudian hari. Namun di sisi lain, investor dan pemegang saham ingin memperoleh laba yang besar dengan meminimalkan biaya perusahaan.

Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, tujuan tersebut mengalami pergeseran. Adanya tuntutan dari masyarakat pengguna hasil-hasil produksi perusahaan, membuat perusahaan mengubah orientasi tujuannya, bukan lagi hanya mengejar laba tetapi bagaimana masyarakat memberikan pengakuan terhadap eksistensi perusahaan.

Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai cara perusahaan mengatur proses produksi yang berdampak positif pada komunitas. Dapat pula dikatakan, sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan untuk meraih


(23)

7 keuntungan, baik internal (pekerja, shareholder), maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain). Pada dasarnya, bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam, dari yang bersifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas (Community Development). Dengan adanya tanggung jawab sosial sebenarnya perusahaan diuntungkan karena dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik serta dapat menumbuhkan citra positif perusahaan, tentu hal ini dapat meningkatkan iklim bisnis bagi perusahaan.

Di Indonesia, sudah banyak perusahaan yang melaksanakan program CSR, beberapa diantaranya:

1. Kontribusi sosial-lingkungan di Aqua sudah dimulai sejak sebelum CSR jadi tren saat ini di Indonesia. Terbentuknya Departemen CSR tahun 2005 di Aqua menginisiasi pelaksanaan beberapa kegiatan, salah satunya Program Aqua Lestari yang merupakan sustainable initiative. Perspektif pengelolaan dampak pun mulai terlihat, dimana Danone kemudian melakukan kajian perhatian pemangku kepentingan serta isu yang harus ditangani perusahaan misalnya dari aspek transportasi, pengelolaan limbah, akses air, konservasi, program pengembangan masyarakat dan lainnya. Pada tahun 2010 Aqua mulai merapikan, memfokuskan strategi dan melihat kegiatan CSR secara komprehensif.

2. Pengembangan pendidikan berkarakter, menjadi fokus kegiatan tanggung jawab sosial (CSR) Trakindo. Maka dari itu, perusahaan yang berdiri pada 1970 dan telah memiliki lebih dari 65 cabang di seluruh negeri mulai yang


(24)

8 terbentang dari Sumatera hingga ke Papua, ingin mengembangkan model pendidikan yang tidak melulu menyoal kemampuan kognitif belaka, namun menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan akhlak. Pada periode 2012-2013, Trakindo telah memberikan Bantuan Pendidikan bagi 40 Sekolah Dasar Negeri di seluruh Indonesia dan Program Pendidikan Alat Berat (COOP) bagi 10 SMK Negeri dan 5 Politeknik di Indonesia. Program dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Saat ini, lebih dari 13.000 murid dan seribu guru telah merasakan manfaatnya. Tidak hanya itu, Trakindo juga telah merenovasi lebih dari 500 ruangan kelas sekolah di Indonesia yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

3. Sampoerna, Tbk, perusahaan rokok yang telah memulai bisnisnya di Indonesia selama puluhan tahun yang lalu telah banyak berkontribusi dalam mengurangi penggangguran dengan membuka lapangan pekerjaan. Puluhan ribu masyarakat Indonesia saat ini menjadi tulang punggung proses produksi perusahaan rokok terbesar di Indonesia.

4. PT. Telekomunikasi Indonesia, kegiatan tanggung jawab sosial Telkom cukup beragam dengan jangkauan seluruh Indonesia. Salah satu kegiatan tanggung jawab sosial Telkom dikelola oleh unit Telkom Community Development Center (Telkom CDC) yang berdiri secara resmi sejak 2001. Melalui CDC, Telkom mengelola program PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) yang tersebar di seluruh Nusantara. Kegiatan tanggung jawab sosial Telkom yang cukup menonjol adalah di bidang pendidikan. Pada posisi sampai dengan Triwulan III 2006, dana yang dikeluarkan untuk


(25)

9 bantuan pendidikan dan pelatihan (BPP) mencapai 49% dari seluruh anggaran Bina Lingkungan Telkom.

5. Bank Mandiri, sebagai salah bank pemerintah telah merealisasikan Program Bina Lingkungan 2007 di bidang kesehatan dengan melaksanakan khitanan massal bagi 5.000 anak yang tersebar di 15 lokasi kota besar Indonesia. Kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian Bank Mandiri terhadap anak-anak tidak mampu.

6. Selain bank pemerintah, Bank Danamon sebagai salah satu bank swasta nasional juga melaksanakan tanggung jawab sosial dengan program

”Danamon Peduli”. Program Danamon Peduli dimulai tahun 2001, dan terus

berkembang, sehingga pada tanggal 17 Februari 2007 didirikanlah Yayasan Danamon Peduli oleh PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk untuk memberikan akses yang lebih luas kepada para pihak yang mempunyai misi yang sama dalam menciptakan kesejahteraan.

Berdasarkan UU PPh No.36 Tahun 2008, Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak dapat memberikan insentif pajak dengan memperkenankan pengeluaran-pengeluaran tanggung jawab sosial sebagai pengurang penghasilan kena pajak untuk perusahaan yang konsisten menerapkan tanggung jawab sosialnya. Meskipun demikian, perusahaan tetap memandang berat dalam melaksanakan program CSR tersebut.

Menurut Setiadji (2010) mengatakan bahwa selama ini perusahaan beranggapan memiliki dua beban yang sama yaitu beban pajak dan beban CSR.


(26)

10 Pada dasarnya kedua beban tersebut digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Namun agar perusahaan tidak memiliki dua beban maka perusahaan mulai mencari cara untuk meminimalkan pajak perusahaan melalui kegiatan agresivitas pajak. Tindakan tersebut tentu tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Oleh karena itu untuk menutupi tindakan tersebut perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya lebih besar kepada masyarakat untuk mengubah presepsi dan memperoleh legitimasi dari masyarakat.

Perusahaan dalam melakukan tindakan pajak agresif akan memperoleh keuntungan dan kerugian (Chen dkk., 2010 dalam Hidayanti, 2013). Keuntungan yang diperoleh berupa penghematan pajak sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar. Kerugian yang ditanggung yaitu kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham perusahaan. Seperti yang pernah menimpa bank swasta terbesar di Indonesia, Bank Central Asia (BCA) pada tahun 2014 lalu, ketika Ketua KPK, Abraham Samad, pada tanggal 21 April 2014, menetapkan Hadi Poernomo yang menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode tersebut, sebagai tersangka kasus manipulasi pajak pada tahun 2003.

Dalam kasus yang diduga merugikan negara Rp.375 miliar itu, Hadi yang saat itu menjabat sebagai Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2003, mengabulkan permohonan keberatan pajak BCA melalui nota dinas bernomor ND192/PJ/2004/ pada 17 Juni 2004. Nota dinas yang dikeluarkan mendadak ini menganulir penolakan keberatan Direktorat Pajak Penghasilan yang saat itu dipimpin Sumihar Petrus Tambunan. Menurut salinan nota dinas yang diperoleh


(27)

11 Tempo, Hadi menyebutkan sejumlah alasan mengabulkan permohonan keberatan pajak BCA atas terdapatnya koreksi fiskal pemeriksa pajak senilai Rp.5,5 triliun. Menurut Hadi, seperti disebut dalam dokumen itu, BCA dianggap masih memiliki aset dan kredit macetnya ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional sehingga koreksi Rp.5,5 triliun itu dibatalkan. Karena pembatalan ini, negara kehilangan pajak penghasilan dari koreksi penghasilan BCA senilai Rp.5,5 triliun itu. Perhitungan KPK nilainya Rp.375 miliar (Rizky, 2014).

Penetapan status tersangka terhadap Hadi Poernomo dalam kaitan dengan pembayaran pajak PT Bank Central Asia Tbk memberi dampak buruk bagi saham emiten tersebut. Dikabarkan bahwa pihak Bank BCA sendiri sudah menghubungi KPK agar tidak mempublikasikan nama-nama dari Bank BCA yang terkait kasus korupsi pajak Bank BCA. Hal itu dilakukan untuk melindungi saham Bank BCA agar tidak anjlok akibat terseret kasus korupsi pajak. Namun, KPK menegaskan bahwa KPK tidak akan menuruti kemauan Bank BCA. Anjloknya nilai saham BCA akibat terseret kasus korupsi adalah resiko yang harus diterima. Dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia 22 April 2014, nilai saham emiten berkode BBCA itu turun 125 poin (1,12 persen) menjadi Rp.11.050 per lembar. Penurunan tersebut bertolak belakang dengan kenaikan harga saham emiten bank berkapitalisasi besar, seperti PT Bank BRI Tbk yang naik 150 poin (1,49 persen) menjadi Rp.10.200 dan PT Bank Mandiri Tbk yang naik 25 poin (0,25 persen) menjadi Rp.9.850. Saham BCA yang berpindah tangan sebanyak 226.074 lot atau jauh di atas rata-rata tiga bulan sebanyak 168.966 lot. Analis dari PT Recapital Securities, Agustini Hamid, memperkirakan terungkapnya kasus pajak BCA bakal


(28)

12 menggerus kepercayaan pelaku pasar atas emiten bank. Jadi, tak mengherankan jika pelaku pasar mengurangi kepemilikan saham pada bank itu. “Publik mulai

mencemaskan integritas dan manajemen risiko yang dimiliki BCA,” ujarnya

(Megel dkk., 2014)

Penelitian mengenai pengaruh agresivitas perusahaan dalam hal ini tax avoidance terhadap nilai perusahaan pernah dilakukan oleh Juwita (2013) dan hasil penelitian menunjukkan bahwa tax avoidance jangka panjang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini memiliki keterbatasan data variabel moderasi kepemilikan keluarga karena tidak semua perusahaan menyediakan informasi yang transparan mengenai keterlibatan keluarga dalam manajemen dan kepemilikan suatu perusahaan. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Simarmata dan Cahyonowati (2014) dengan hasil bahwa tax avoidance jangka pendek berpengaruh positif terhadap tax avoidance jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai Cash ETR tahunan akan meningkatkan long-run tax avoidance (LRTA). Tax avoidance jangka panjang tidak memiliki pengaruh yang postitif terhadap nilai perusahaan.

Hanlon dan Slemrod (2009) dalam Simarmata dan Cahyonowati (2014), penelitiannya menguji bagaimana reaksi pasar atas tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan, menunjukkan bahwa tindakan tax aggressiveness dapat meningkatkan atau menurunkan nilai saham perusahaan. Jika tax aggressiveness dipandang sebagai upaya untuk melakukan tax planning dan efisiensi pajak, maka pengaruhnya positif terhadap nilai perusahaan. Namun jika


(29)

13 dipandang sebagai tindakan non-compliance, hal tersebut akan meningkatkan risiko sehingga mengurangi nilai perusahaan.

Menurut Lanis dan Richardson (2012) perusahaan yang telah terbukti melakukan agresivitas pajak dapat betindak sesuai dengan teori legitimasi dengan cara melakukan pengungkapan informasi CSR tambahan. Dari sudut pandang ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Kiroyan (dikutip dari Sayekti dan Wondabio, 2007), perusahaan berharap jika dengan menerapkan corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan corporate social responsibility berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian mengenai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap nilai perusahaan pernah dilakukan oleh Permanasari (2010). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel corporate social responsibility memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan keempat variabel, yaitu “Pengaruh Agresivitas Pajak, Tingkat Persistensi Laba, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)”.


(30)

14 B. Rumusan Masalah

Perusahaan yang melakukan agresivitas pajak dalam rangka menekan pajak yang dibebankan perusahaan sebagai biaya. Profitabilitas yang besar merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan. Apabila manajemen mampu menekan pajak maka perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih besar. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Namun, tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab secara sosial.

Dengan adanya pengungkapan CSR diharapkan mampu menjadi media bagi masyarakat untuk mengetahui apakah perusahaan terlibat dalam agresivitas pajak. Karena adanya pengungkapan CSR pada laporan tahunan akan membuat informasi keuangan lebih transparan bagi pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan dan berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab:

1. Apakah terdapat pengaruh variabel agresivitas pajak terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah terdapat pengaruh variabel tingkat persistensi laba terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah terdapat pengaruh variabel corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan?


(31)

15 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel agresivitas pajak terhadap nilai perusahaan.

2.Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel tingkat persistensi laba terhadap nilai perusahaan.

3.Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis

Bagi bidang akademik diharapkan dapat menambah wawasan pembaca. Selain itu dapat berkontribusi dalam literatur penelitian lebih lanjut tentang praktik agresivitas pajak, tanggung jawab sosial perusahaan, persistensi laba dan nilai perusahaan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan sebaiknya berhati-hati menentukan kebijakan khususnya mengenai pajak agar tidak tergolong dalam agresivitas pajak karena memiliki dampak yang sangat luas, tidak hanya kinerja perusahaan tetapi kepercayaan masyarakat.


(32)

16 2. Bagi Direktorat Jendral Pajak, diharapkan mampu mengidentifikasi kasus-kasus dan resiko terkait agresivitas pajak serta mempertegas peraturan perpajakan agar dapat meminimalisir kemungkinan perusahaan melakukan agresivitas pajak yang dapat mengurangi pajak sebagai penghasilan negara.

3. Bagi investor, pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan diharapkan mampu menunjukan transparansi perusahaan guna membantu menentukan keputusan untuk berinvestasi.

4. Bagi peneliti diharapkan dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menggali ilmu tentang apa yang telah dikemukakan di atas dan dapat dimanfaatkan di kehidupan yang sesungguhnya.


(33)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Hal ini memberi dampak para pemegang saham tetap mempertahankan investasinya dan calon investor tertarik menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2014).

Untuk mencapai nilai perusahaan yang maksimum umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Islahuddin, 2008 dalam Kusumadilaga, 2010).

Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan


(34)

18 prospeknya di masa depan. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan (Mardiyanto, 2008), di antaranya adalah:

1) Cash Flow Return On Asset (CFROA)

Cash Flow Return On Asset (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan tidak terikat pada harga saham.

2) Q-Tobin

Tobin's Q adalah perbandingan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai buku total aktiva. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena

dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham

perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur. Rumus rasio ini diformulasikan sebagai berikut:

Dimana : Qit = Nilai perusahaan pada tahun t;

MVEit = Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value) perusahaan i


(35)

19 saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun;

BVit = Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value) perusahaan i

pada tahun t, diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajiban;

Dit = Nilai buku dari total hutang pada perusahaan i tahun t.

3) Price to Book Value ( PBV)

PBV adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasarannya) yang diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Istilah teknisnya adalah apakah saham tersebut overvalued atau undervalued. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999), yang diproksikan dengan:

4) Market to Book Ratio (M/B Ratio)

M/B Ratio merupakan formula untuk menghitung rata-rata nilai perusahaan yang dihitung dengan membagi nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas.

5) PER (Price Earning Ratio)

PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham.


(36)

20 Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :

a. Tingkat pertumbuhan laba b. Dividend Payout Ratio

c. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.

Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.

Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi.

2. Agresivitas Pajak

Secara bahasa, agresivitas berasal dari kata agresif yang berarti bersifat menyerang atau cenderung ingin melawan sesuatu yang dipandang sebagai situasi atau hal yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Maka, secara bahasa, agresivitas pajak dapat


(37)

21 diartikan sebagai suatu reaksi/tindakan Wajib Pajak yang cenderung ingin menyerang atau melawan terhadap pajak.

Definisi tindakan pajak agresif menurut Frank dkk., (2004), yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion. Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan untuk menurunkan laba kena pajak maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak (Supramono, 2010).

Hlaing (2012) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai cakupan semua kegiatan perencanaan pajak yang akan perusahaan tempuh dalam mengurangi tarif pajak efektif, sesuai dengan pengertian tax avoidance yang diungkapkan oleh Dyreng, dkk (2008).

Terdapat beberapa pengukuran agresivitas pajak (Hanlon dan Heitzman, 2010), diantaranya :

a.Effective Tax Rate (ETR)

Efektivitas pembayaran pajak yang dilakukan perusahaan, dihitung dengan cara membagi total beban pajak perusahaan dengan laba sebelum pajak penghasilan.


(38)

22 b.Cash ETR

Efektivitas pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan dalam arus kas. Fungsi dari Current ETR adalah mengakomodasikan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan sehingga dapat mengukur agresivitas pajak dalam jangka pendek.

c.GAAP ETR

GAAP ETR melihat beban pajak yang dibayarkan dalam tahun berjalan, yang didalamnya mengandung beban pajak kini dan beban pajak tangguhan, namun GAAP ETR memiliki kekurangan yaitu nilai yang diinput adalah nilai berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipengaruhi oleh estimasi-estimasi akuntansi sehingga timbul perbedaan sementara antara komersial dan fiskal.

d.Book Tax Differences (BTD)

Pengukuran Book Tax Differences yaitu dengan cara mengurangkan laba sebelum pajak di laporan laba rugi dengan laba kena pajak secara fiskal. Untuk mengontrol perbedaan dalam skala perusahaan dan juga Book Tax Differences yang dinaikkan oleh nilai buku aset, maka Book Tax Differences juga diskala dengan membaginya dengan nilai buku aset, yang dirumuskan sebagai berikut:


(39)

23 Dimana:

-BTD adalah perhitungan untuk mengukur selisih antara laba akuntansi dan laba secara fiskal.

-Book Incomeit adalah pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

-Taxable Incomeit adalah pendapatan yang digunakan untuk menghitung

beban pajak kini, atau pendapatan sebelum pajak perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan setelah dilakukan koreksi fiskal.

3. Persistensi Laba

Persistensi laba adalah kemungkinan laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings). Semakin tinggi kemungkinan laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan, maka laba memiliki persistensi yang tinggi. Persistensi laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya bagi mereka yang mengharap persistensi laba yang tinggi karena persistensi laba menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Perusahaan memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak. Agar dapat memberikan informasi yang handal maka laba harus persisten.


(40)

24 Karena persistensi merupakan salah satu karakteristik kualitatif relevansi laba, maka semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, persistensi laba perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal, maka semakin tinggi persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Wijayanti (2006) perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal secara negatif berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar selisih laba akuntansi dengan laba fiskal maka persistensi laba perusahaan itu juga akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hanlon (2005).

(Lipe, 1990 dalam Meithy, 2006) Persistensi laba akuntansi diukur menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan laba akuntansi periode yang lalu. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba transitorinya tinggi. Jika nilai koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai koefisien yang lebih tinggi menunjukkan kurang persisten, dan nilai koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih persisten. Persitensi laba dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana : Eit = laba akuntansi (earnings) setelah pajak perusahaan i pada


(41)

25 Eit-1 = laba akuntansi (earnings) setelah pajak perusahaan i sebelum

tahun t

β1 = persistensi laba akuntansi

4. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) Definisi operasional CSR menurut Pedoman CSR Bidang Lingkungan adalah tindakan yang melampaui kepatuhan kepada segala hukum dan peraturan yang berkaitan dengan bidang usaha perusahaan, untuk:

1)Berkomitmen pada perilaku bisnis yang etis untuk meningkatkan kualitas hidup dari para pemangku kepentingan.

2)Berkontribusi pada keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai bagian dari proses pembangunan berkelanjutan.

Menurut ISO 26000 Karakteristik dari Social Responbility adalah kemauan sebuah organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan sarta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Dalam ISO 26000 Social Responsibility mencakup 7 aspek utama, yaitu: tata kelola organisasi, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, praktek bisnis yang adil, isu konsumen serta keterlibatan dan pengembangan masyarakat.

Program tanggung jawab social perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu, CSR mengalami pengembangan konsep secara terus


(42)

26 telah dijadikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan

“citra perusahaan” yang akan turut mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan beserta pentingnya pengembangan masyarakat terhadap penerapan CSR. Substansi CSR adalah dalam rangka kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait dengannya baik lokal, nasional maupun global. Secara singkat, CSR mengandung makna bahwa perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjujung integritas (Ardianto, 2011).

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (dalam Rika dan Ishlahuddin, 2008), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Menurut Boone dan Kurtz (dikutip oleh Harmoni dan Ade, 2008), pengertian tanggung jawab sosial (social responsibility) secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam


(43)

27 mengevaluasi kinerja perusahaan. Achda (2007) mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.

CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Priyanto, 2008). Landasan teori yang mengatur tentang pengungkapan CSR adalah Legitimacy Theori yang mengatur tentang kontrak perusahaan dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Permanasari, 2010).

Menurut Darwin (2006) cakupan CSR sangat luas, tidak hanya terkait dengan masalah sosial semata (corporate philanthropy). Secara umum isu CSR mencakup lima komponen pokok, yaitu:

1)Hak Asasi Manusia (HAM)

Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strateginya serta kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM dalam perusahaan.

2)Tenaga Kerja (Buruh)

Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain ataupun dipabrik, mulai dari sistem panggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja,


(44)

28 peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada pola penggunaan tenaga kerja di bawah umur.

3)Lingkungan hidup

Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Usaha perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk dan jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah pembuangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.

4)Sosial masyarakat

Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (community development), serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. 5)Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan

Apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasanya terbebas dari dampak-dampak negatif seperti menggangu kesehatan pelanggan, mengancam keamanan dan produk yang dilarang.

Berdasarkan kelima komponen diatas maka komponen-komponen tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai seberapa besar kesadaran perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya kepada stakeholdernya. Jika perusahaan hanya menjalankan salah satu komponen saja dari kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan masih rendah.


(45)

29 Sebaliknya, jika perusahaan memenuhi kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan tinggi terhadap tanggung jawab sosialnya.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-431/Bl/2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik juga menyebutkan bahwa perusahaan wajib mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosialnya baik di dalam laporan tahunan perusahaan atau di dalam laporan keberlanjutan tersendiri. Dalam ketentuan mengenai Bentuk dan Isi Laporan Tahunan poin h(1) bahasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan meliputi kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan, antara lain terkait aspek:

a) lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain;

b)praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, seperti kesetaraan gender dan kesempatan kerja, sarana dan keselamatan kerja, tingkat perpindahan (turnover) karyawan, tingkat kecelakaan kerja, pelatihan, dan lain-lain;

c) pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti penggunaan tenaga kerja lokal, pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, perbaikan sarana dan prasarana sosial, bentuk donasi lainnya, dan lain-lain; dan d)tanggung jawab produk, seperti kesehatan dan keselamatan konsumen,

informasi produk, sarana, jumlah dan penanggulangan atas pengaduan konsumen, dan lain-lain.


(46)

30 Aspek-aspek mengenai tanggung jawab sosial yang di atur oleh BPPMLK tersebut di atas, merupakan penyesuaian atas indeks standar pengungkapan CSR yang telah dirumuskan oleh Global Reporting Initiative (GRI), yang merupakan organisasi internasional terkemuka di bidang keberlanjutan. GRI mempromosikan penggunaan pelaporan keberlanjutan sebagai cara untuk organisasi untuk menjadi lebih berkelanjutan dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Ada 3 dimensi pengungkapan yang dirumuskan dalam Pedoman Pelaporan Keberlanjutan G4 (2013) , yaitu: ekonomi, lingkungan dan sosial, dengan total item adalah 91 indikator penilaian, yaitu: ekonomi 9 indikator, lingkungan 34 indikator, sosial 48 indikator yang terbagi dalam, 16 indikator praktik tenaga kerja; 12 indikator hak asasi manusia; 11 indikator masyarakat; dan 9 indikator tanggungjawab produk.

B.Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang agresivitas pajak (TA), persistensi laba (EP), corporate social responsibility / tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan nilai perusahaan (FV) telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: Annisa (2015), Ilmiani dan Sutrisno (2014); Octaviana dan Rohman (2014); Juwita (2013); Permanasari (2010), dsb. Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.


(47)

31 Bersambung ke halaman berikutnya

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul, Peneliti

(Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) 1. “Pengaruh Corporate Social Responsibilit

y, Struktur Modal dan Kepemilikan

Institusional Terhadap Nilai

Perusahaan”– Leni Nur Annisa (2015) -Jenis penelitian: Penelitian kausatif. -Sumber data: Laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan go public yang terdaftar di BEI. -Sampel: 56

perusahaan dan 3 tahun penelitian, tahun 2010-2012. -Metode analisis data: Model Regresi Panel. -Variabel lainnya yang diteliti: Struktur modal dan kepemilikan institusional .   CSR berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(48)

32 Bersambung ke halaman berikutnya

No Judul, Peneliti (Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) 2. “Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Perusahaan Sebagai Variabel Moderating” - Amalia Ilmiani,Catur Ragil Sutrisno (2014) -Jenis penelitian: Penelitian kuantitatif. -Sumber data: Laporan keuangan dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. -Sampel: 25

perusahaan dan 3 tahun penelitian, tahun 2010-2012. -Metode analisis data: Model Regresi Panel. -Variabel lainnya yang diteliti: Transparans i perusahaan sebagai variabel moderating.  

Variabel tax avoidance berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Variabel transparansi mampu memoderasi hubungan antara tax avoidance terhadap nilai

perusahaan.

3. “Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap -Jenis penelitian: Penelitian kuantitatif. -Sumber   Tax avoidance jangka pendek berpengaruh positif


(49)

33 Bersambung ke halaman berikutnya

No Judul, Peneliti (Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi” -Ari Putra Permata Simarmata, Nur Cahyonowati (2014) data: Laporan keuangan dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. -Sampel: 34

perusahaan dan 2 tahun penelitian, tahun 2011-2012. -Metode analisis data: Model Regresi linier. -Variabel lainnya yang diteliti: Kepemilika n institusional sebagai variabel moderating. terhadap tax avoidance jangka panjang. Tax avoidance jangka panjang tidak memiliki pengaruh yang postitif terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan dampak yang didapat bagi perusahaan ketika melakukan penghindara n pajak akan lebih berisiko dari keuntungan yang akan didapat. Kepemilika n institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. “Pengaruh

-Jenis penelitian:   Secara serempak CSR,


(50)

34 Bersambung ke halaman berikutnya

No Judul, Peneliti (Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan” - Ira Agustine (2014) Penelitian kuantitatif. -Sumber data: Laporan keuangan dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan terbuka yang terdaftar di BEI. -Sampel: 40

perusahaan dan 5 tahun penelitian, tahun 2008-2012. -Metode analisis data: Model Regresi linier berganda. -Variabel lainnya yang diteliti: Prosentase kepemilikan manajemen dan profitabilita s sebagai variabel moderating. prosentase kepemilikan manajemen, ROA, interaksi antara CSR dan prosentase kepemilikan manajemen, dan interaksi antara CSR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, CSR tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Interaksi antara CSR dan prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh


(51)

35 Bersambung ke halaman berikutnya

No Judul, Peneliti (Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) signifikan terhadap nilai perusahaan, interaksi antara CSR dan profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 5. “Pengaruh Arus Kas Dan Persistensi Laba Terhadap Harga Saham” -

Fatkhur Rochman (2012) -Jenis penelitian: Penelitian kuantitatif. -Sumber data: Laporan keuangan dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan yang termasuk dalam daftar Jakarta Islamic Index di BEI. -Sampel: 36

perusahaan dan 6 tahun penelitian, tahun 2005-2011. -Metode analisis data: Model Regresi linier   Hasil penelitian menunjukkan secara simultan arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan persistensi laba mempunyai pengaruh terhadap harga saham sebesar 2,4%. Secara parsial, variabel persistensi laba berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, sedangkan arus kas operasi, arus kas investasi dan arus pendanaan


(52)

36 Bersambung ke halaman berikutnya

No Judul, Peneliti (Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) berganda. Variabel lainnya yang diteliti: Arus kas. tidak berpengaruh terhadap harga saham. 6. “Pengaruh Corporate Social Responsibilit y Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating” - Rimba Kusumadilag a (2010) -Jenis penelitian: Penelitian kuantitatif. -Sumber data: Laporan keuangan dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. -Sampel: 63

perusahaan, tahun penelitian 2006-2008. -Metode analisis data: Model Regresi linier berganda. -Variabel lainnya yang diteliti: Profitabilita s sebagai variabel moderating.   Variabel CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Variabel profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruh i hubungan CSR dan nilai perusahaan, terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR periode sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

7. “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan -Jenis penelitian: Penelitian   Variabel corporate social responsibilit


(53)

37 No Judul, Peneliti

(Tahun)

Metode Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian TA

(X1) EP (X2)

CSR (X3)

FV (Y) Institusional, Dan Corporate Social Responsibilit y Terhadap Nilai Perusahaan” -

Wien Ika Permanasari (2010) kuantitatif. -Sumber data: Laporan keuangan dan laporan tahunan. -Populasi: Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI. -Sampel: 68

perusahaan, tahun penelitian 2007-2008. -Metode analisis data: Model Regresi linier berganda. Variabel lainnya yang diteliti: Kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional. y memiliki pengaruh positif dan siginfikan. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel kepemilikan manajemen tidak memiliki berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(54)

38 C.Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

1. Keterkaitan Variabel Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan Agresivitas pajak merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan dalam upaya untuk mengoptimalkan biaya agar dapat mengecilkan nilai laba kena pajak perusahaan. Perusahaan dalam melakukan tindakan pajak agresif akan memperoleh keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang diperoleh berupa penghematan pajak sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar (Chen dkk., 2010 dalam Hidayanti, 2013). Kerugian yang ditanggung yaitu kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi/ penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham perusahaan (Sari dan Martani, 2010 dalam Hidayanti, 2013).

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Sehingga dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H1 : Agresivitas pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2. Keterkaitan Variabel Tingkat Persistensi Laba terhadap Nilai Perusahaan

Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja


(55)

39 manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Earnings dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila earnings yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas (Gamayuni, 2012).

Persistensi laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya bagi mereka yang mengharap persistensi laba yang tinggi karena persistensi laba menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Perusahaan memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak. Agar dapat memberikan informasi yang handal maka laba harus persisten (Darraough, 1993 dalam Fanani, 2010).

Penman (2001) dalam Suwandika dan Astika (2013) menyatakan bahwa persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings). Informasi yang terkandung dalam book tax gap mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, sehingga dapat


(56)

40 mempengaruhi persistensi laba serta dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien. Semakin tinggi kemungkinan laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan, maka laba memiliki persistensi yang tinggi (Persada dan Martani, 2010). Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar dan nilai perusahaan juga semakin naik, sehingga hipotesis kedua sebagai berikut:

H2 : Terdapat pengaruh tingkat persistensi laba terhadap nilai perusahaan

3. Keterkaitan Variabel Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan

Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai cara perusahaan mengatur proses produksi yang berdampak positif pada komunitas. Dapat pula dikatakan, sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan untuk meraih keuntungan, baik internal (pekerja, shareholder), maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain). Pada dasarnya, bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam, dari yang bersifat


(57)

41 charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas (Community Development).

Dengan adanya tanggung jawab sosial sebenarnya perusahaan diuntungkan karena dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik serta dapat menumbuhkan citra positif perusahaan, tentu hal ini dapat meningkatkan iklim bisnis bagi perusahaan. Menurut Kiroyan (dikutip dari Sayekti dan Wondabio, 2007), perusahaan berharap jika dengan menerapkan Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap nilai perusahaan pernah dilakukan oleh Permanasari (2010). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel corporate social responsibility memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, makanya hipotesis ketiga yaitu:

H3 : Corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan

D.Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang


(58)

42 telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian ini seperti dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinieritas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Heteroskedastisitas

Perusahaan Kategori LQ 45

Uji Hipotesis 1. Uji F (Secara Simultan) 2. Uji t (Secara Parsial)

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Independen (X)

1. Agresivitas Pajak (X1) 2. Persistensi Laba (X2)

3. Corporate Social Responsibility (X3)

Variabel Dependen (Y): Nilai Perusahaan (Y)


(59)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu agresivitas pajak, persistensi laba, corporate social responsibility terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan. Yang menjadi unit analisis pada penelitian ini yaitu perusahaan yang termasuk dalam kategori LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengumpulkan data per tahun selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2012-2014 di BEI.

B. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2012 sampai tahun 2014. Pertimbangan pemilihan perusahaan LQ45 sebagai sampel adalah perusahaan tersebut merupakan perusahaan pilihan dimana perkembangan kinerja perusahaan selalu dipantau oleh BEI berdasarkan pendapat para ahli dari Bapepam-LK, universitas dan profesional.

Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti, dimana ada syarat-syarat yang dibuat sebagai kriteria yang harus dipenuhi oleh


(60)

44 sampel. Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI dan tetap termasuk dalam golongan perusahaan LQ45 dalam kurun waktu tahun 2012-2014.

2)Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan menerbitkan laporan tahunan (annual report) berurut-turut selama tahun 2012-2014.

3)Perusahaan mengungkapkan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan atau dalam laporan keberlanjutan tersendiri selama periode 2012-2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo (2009), data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder berupa:

a. Data laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit untuk periode tahun 2012 sampai dengan 2014 yang diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id), website masing-masing perusahaan dan website informasi pembelajaran yang disediakan oleh blogger di www.sahamok.co.id.


(1)

102 bagi karyawan yang mendukung keberlanjutan kerja karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti.

54. LA11

Persentase karyawan total berdasarkan gender dan berdasarkan kategori karyawan yang mendapat reviu kinerja rutin dan pengembangan karir selama periode pelaporan.

d. Keberagaman dan Kesetaraan Peluang

55. LA12

Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per kategori karyawan menurut gender, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator keberagaman lainnya.

e. Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan Laki-Laki

56. LA13

Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki menurut kategori karyawan, berdasarkan lokasi operasional yang signifikan.

f. Asesmen Pemasok Atas Praktik Ketenagakerjaan

57. LA14

Laporkan persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik ketenagakerjaan.

58. LA15

Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.

g. Mekanisme Pengaduan Masalah Ketenagakerjaan

59. LA16

Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi.

D.Kategori Hak Asasi Manusia (HR)


(2)

103 60. HR1

Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia.

61. HR2

Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase karyawan yang dilatih.

b. Non-Diskriminasi

62. HR3

Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang diambil merujuk pada hal-hal berikut:

 Insiden yang ditinjau oleh organisasi.  Rencana remediasi yang sedang diterapkan.

 Rencana remediasi telah diterapkan dan hasilnya telah ditinjau melalui proses reviu manajemen rutin.

 Insiden yang bukan merupakan hal untuk ditindak.

c. Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja Sama

63. HR4

Operasi dan pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau berisiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakan kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut.

d. Pekerja Anak

64. HR5

Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yang efektif.

e. Pekerja Paksa atau Wajib Kerja


(3)

104 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja.

f. Pengamanan

66. HR7

Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi.

g. Hak Adat

67. HR8

Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat adat dan tindakan yang diambil dengan merujuk pada:

 insiden yang ditinjau oleh organisasi  rencana remediasi yang sedang diterapkan

 rencana remediasi telah diterapkan dan hasilnya telah ditinjau melalui proses reviu manajemen rutin

 insiden yang bukan merupakan hal untuk ditindak

h. Asesmen

68. HR9

Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau asesmen dampak hak asasi manusia.

i. Asesmen Pemasok Atas Hak Asasi Manusia

69. HR10

Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi manusia.

70. HR11

Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.

j. Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia

71. HR12


(4)

105 diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan formal.

E.Masyarakat (SO)

a. Masyarakat Lokal

72. SO1

Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen dampak, dan program pengembangan yang diterapkan.

73. SO2

Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat lokal, termasuk: lokasi operasi serta dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan dari operasi.

b. Anti Korupsi

74. SO3

Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi.

75. SO4

Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi. 76. SO5

Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil.

c. Kebijakan Publik

77. SO6

Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan penerima/penerima manfaat.

d. Anti Persaingan

78. SO7

Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli dan hasilnya.

e. Kepatuhan

79. SO8

Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan.


(5)

106

f. Asesmen Pemasok Atas Dampak pada Masyarakat

80. SO9

Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria dampak terhadap masyarakat.

81. SO10

Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.

g. Mekanisme Pengaduan Dampak Terhadap Masyarakat

82. SO11

Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi.

F. Tanggung Jawab Atas Produk (PR)

a. Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan

83. PR1

Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan.

84. PR2

Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil.

b. Pelabelan Produk dan Jasa

85. PR3

Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur organisasi terkaitdengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti persyaratan informasi sejenis.

86. PR4

Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, menurut jenis hasil. 87. PR5


(6)

107 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan.

c. Komunikasi Pemasaran

88. PR6

Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan. 89. PR7

Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi, dan sponsor, menurut jenis hasil.

d. Privasi Pelanggan

90. PR8

Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan.

e. Kepatuhan

91. PR9

Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan penggunaan produk dan jasa. Sumber: Global Reporting Initiative (GRI) (2013)