Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

38

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

1. Keterkaitan Variabel Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan

Agresivitas pajak merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan dalam upaya untuk mengoptimalkan biaya agar dapat mengecilkan nilai laba kena pajak perusahaan. Perusahaan dalam melakukan tindakan pajak agresif akan memperoleh keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang diperoleh berupa penghematan pajak sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilikpemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar Chen dkk., 2010 dalam Hidayanti, 2013. Kerugian yang ditanggung yaitu kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham perusahaan Sari dan Martani, 2010 dalam Hidayanti, 2013. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Sehingga dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H 1 : Agresivitas pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2. Keterkaitan Variabel Tingkat Persistensi Laba terhadap Nilai

Perusahaan Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja 39 manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Earnings dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila earnings yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna users untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas Gamayuni, 2012. Persistensi laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya bagi mereka yang mengharap persistensi laba yang tinggi karena persistensi laba menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Perusahaan memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak. Agar dapat memberikan informasi yang handal maka laba harus persisten Darraough, 1993 dalam Fanani, 2010. Penman 2001 dalam Suwandika dan Astika 2013 menyatakan bahwa persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang expected future earnings yang tercermin pada laba tahun berjalan current earnings. Informasi yang terkandung dalam book tax gap mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, sehingga dapat 40 mempengaruhi persistensi laba serta dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien. Semakin tinggi kemungkinan laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan, maka laba memiliki persistensi yang tinggi Persada dan Martani, 2010. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar dan nilai perusahaan juga semakin naik, sehingga hipotesis kedua sebagai berikut: H 2 : Terdapat pengaruh tingkat persistensi laba terhadap nilai perusahaan

3. Keterkaitan Variabel Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai cara perusahaan mengatur proses produksi yang berdampak positif pada komunitas. Dapat pula dikatakan, sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan untuk meraih keuntungan, baik internal pekerja, shareholder, maupun eksternal kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain. Pada dasarnya, bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam, dari yang bersifat 41 charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas Community Development. Dengan adanya tanggung jawab sosial sebenarnya perusahaan diuntungkan karena dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik serta dapat menumbuhkan citra positif perusahaan, tentu hal ini dapat meningkatkan iklim bisnis bagi perusahaan. Menurut Kiroyan dikutip dari Sayekti dan Wondabio, 2007, perusahaan berharap jika dengan menerapkan Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian mengenai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan CSR terhadap nilai perusahaan pernah dilakukan oleh Permanasari 2010. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel corporate social responsibility memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, makanya hipotesis ketiga yaitu: H 3 : Corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan

D. Kerangka Pemikiran