17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Karena tujuan
utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Hal ini memberi dampak
para pemegang saham tetap mempertahankan investasinya dan calon investor tertarik menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut Ilmiani dan
Sutrisno, 2014. Untuk mencapai nilai perusahaan yang maksimum umumnya para
pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Enterprise value
EV atau dikenal juga sebagai firm value nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai
perusahaan secara keseluruhan Nurlela dan Islahuddin, 2008 dalam Kusumadilaga, 2010.
Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen
mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan
18 prospeknya di masa depan. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah
dikembangkan dalam penilaian perusahaan Mardiyanto, 2008, di antaranya adalah:
1 Cash Flow Return On Asset CFROA
Cash Flow Return On Asset CFROA merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan tidak terikat pada harga saham.
2 Q-Tobin
Tobins Q adalah perbandingan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai buku total aktiva. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena
dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe
investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari
ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur. Rumus rasio ini diformulasikan sebagai berikut:
Dimana : Q
it
= Nilai perusahaan pada tahun t; MVE
it
= Nilai pasar ekuitas Equity Market Value perusahaan i pada tahun t, yang diperoleh dari hasil perkalian harga
19 saham penutupan closing price akhir tahun dengan
jumlah saham yang beredar pada akhir tahun; BV
it
= Nilai buku dari ekuitas Equity Book Value perusahaan i pada tahun t, diperoleh dari selisih total aset perusahaan
dengan total kewajiban; D
it
= Nilai buku dari total hutang pada perusahaan i tahun t. 3
Price to Book Value PBV PBV adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham harga pasarannya
yang diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Istilah teknisnya adalah apakah saham tersebut overvalued atau undervalued. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh Brigham,
1999, yang diproksikan dengan:
4 Market to Book Ratio MB Ratio
MB Ratio merupakan formula untuk menghitung rata-rata nilai perusahaan yang dihitung dengan membagi nilai pasar saham perusahaan dengan nilai
buku ekuitas. 5
PER Price Earning Ratio PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham.
20 Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
a. Tingkat pertumbuhan laba
b. Dividend Payout Ratio
c. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik
antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat,
sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa
merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan
dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham
tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham
dengan mengorbankan para pemegang obligasi. 2.
Agresivitas Pajak
Secara bahasa, agresivitas berasal dari kata agresif yang berarti bersifat menyerang atau cenderung ingin melawan sesuatu yang dipandang sebagai
situasi atau hal yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat Kamus Besar Bahasa Indonesia. Maka, secara bahasa, agresivitas pajak dapat
21 diartikan sebagai suatu reaksitindakan Wajib Pajak yang cenderung ingin
menyerang atau melawan terhadap pajak. Definisi tindakan pajak agresif menurut Frank dkk., 2004, yaitu suatu
tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong
tax evasion. Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan untuk menurunkan laba kena
pajak maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak Supramono, 2010.
Hlaing 2012 mendefinisikan agresivitas pajak sebagai cakupan semua kegiatan perencanaan pajak yang akan perusahaan tempuh dalam mengurangi
tarif pajak efektif, sesuai dengan pengertian tax avoidance yang diungkapkan oleh Dyreng, dkk 2008.
Terdapat beberapa pengukuran agresivitas pajak Hanlon dan Heitzman, 2010, diantaranya :
a. Effective Tax Rate ETR
Efektivitas pembayaran pajak yang dilakukan perusahaan, dihitung dengan cara membagi total beban pajak perusahaan dengan laba sebelum pajak
penghasilan.
22 b.Cash ETR
Efektivitas pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan dalam arus kas. Fungsi dari Current ETR adalah mengakomodasikan pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan sehingga dapat mengukur agresivitas pajak dalam jangka pendek.
c. GAAP ETR
GAAP ETR melihat beban pajak yang dibayarkan dalam tahun berjalan, yang didalamnya mengandung beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan, namun GAAP ETR memiliki kekurangan yaitu nilai yang diinput adalah nilai berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang
dipengaruhi oleh estimasi-estimasi akuntansi sehingga timbul perbedaan sementara antara komersial dan fiskal.
d.Book Tax Differences BTD Pengukuran Book Tax Differences yaitu dengan cara mengurangkan laba
sebelum pajak di laporan laba rugi dengan laba kena pajak secara fiskal. Untuk mengontrol perbedaan dalam skala perusahaan dan juga Book Tax
Differences yang dinaikkan oleh nilai buku aset, maka Book Tax Differences juga diskala dengan membaginya dengan nilai buku aset, yang
dirumuskan sebagai berikut:
23 Dimana:
- BTD adalah perhitungan untuk mengukur selisih antara laba akuntansi dan
laba secara fiskal. -
Book Income
it
adalah pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.
- Taxable Income
it
adalah pendapatan yang digunakan untuk menghitung beban pajak kini, atau pendapatan sebelum pajak perusahaan i pada tahun t
berdasarkan laporan keuangan perusahaan setelah dilakukan koreksi fiskal.
3. Persistensi Laba
Persistensi laba adalah kemungkinan laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang expected future earnings yang tercermin pada laba tahun
berjalan current earnings. Semakin tinggi kemungkinan laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan, maka laba memiliki
persistensi yang tinggi. Persistensi laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya bagi mereka yang mengharap
persistensi laba yang tinggi karena persistensi laba menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Perusahaan
memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam
pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak. Agar dapat memberikan informasi yang handal maka laba
harus persisten.
24 Karena persistensi merupakan salah satu karakteristik kualitatif
relevansi laba, maka semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, persistensi laba perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya
semakin kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal, maka semakin tinggi persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Wijayanti
2006 perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal secara negatif berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, hal ini mengindikasikan bahwa semakin
besar selisih laba akuntansi dengan laba fiskal maka persistensi laba perusahaan itu juga akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Hanlon 2005. Lipe, 1990 dalam Meithy, 2006 Persistensi laba akuntansi diukur
menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan laba akuntansi periode yang lalu. Semakin tinggi mendekati angka 1
koefisiennya menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba
transitorinya tinggi. Jika nilai koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai koefisien yang lebih tinggi menunjukkan kurang persisten,
dan nilai koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih persisten. Persitensi laba dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana : E
it
= laba akuntansi earnings setelah pajak perusahaan i pada tahun t
25 E
it-1
= laba akuntansi earnings setelah pajak perusahaan i sebelum tahun t
β
1
= persistensi laba akuntansi
4. Corporate Social Responsibility Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Definisi operasional CSR menurut Pedoman CSR Bidang Lingkungan adalah tindakan yang melampaui kepatuhan kepada segala hukum dan
peraturan yang berkaitan dengan bidang usaha perusahaan, untuk: 1
Berkomitmen pada perilaku bisnis yang etis untuk meningkatkan kualitas hidup dari para pemangku kepentingan.
2 Berkontribusi pada keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial
sebagai bagian dari proses pembangunan berkelanjutan. Menurut ISO 26000 Karakteristik dari Social Responbility adalah
kemauan sebuah organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak
dari keputusan sarta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Dalam ISO 26000 Social Responsibility mencakup 7 aspek utama, yaitu: tata
kelola organisasi, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, praktek bisnis yang adil, isu konsumen serta keterlibatan dan pengembangan
masyarakat. Program tanggung jawab social perusahaan atau Corporate Social
Responsibility CSR pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu, CSR mengalami pengembangan konsep secara terus
menerus, semula kegiatan CSR berorentasi pada “filantropi”, maka saat ini
26 telah dijadikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan
“citra perusahaan” yang akan turut mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan beserta pentingnya pengembangan masyarakat terhadap penerapan
CSR. Substansi CSR adalah dalam rangka kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait
dengannya baik lokal, nasional maupun global. Secara singkat, CSR mengandung makna bahwa perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku
jujur, mematuhi hukum, menjujung integritas Ardianto, 2011. Menurut The World Business Council for Sustainable Development
dalam Rika dan Ishlahuddin, 2008, Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan
ekonomi pada komonitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya. Hal tersebut
dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.
Menurut Boone dan Kurtz dikutip oleh Harmoni dan Ade, 2008, pengertian tanggung jawab sosial social responsibility secara umum adalah
dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam
27 mengevaluasi kinerja perusahaan. Achda 2007 mengartikan CSR sebagai
komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta terus-menerus menjaga
agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan Priyanto, 2008. Landasan teori yang mengatur tentang
pengungkapan CSR adalah Legitimacy Theori yang mengatur tentang kontrak perusahaan dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai-
nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan Permanasari, 2010.
Menurut Darwin 2006 cakupan CSR sangat luas, tidak hanya terkait dengan masalah sosial semata corporate philanthropy. Secara umum isu CSR
mencakup lima komponen pokok, yaitu: 1
Hak Asasi Manusia HAM Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strateginya serta
kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM dalam perusahaan.
2 Tenaga Kerja Buruh
Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain ataupun dipabrik, mulai dari sistem panggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja,
28 peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada
pola penggunaan tenaga kerja di bawah umur. 3
Lingkungan hidup Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah
lingkungan hidup. Usaha perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk dan jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah
pembuangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.
4 Sosial masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat community development, serta dampak operasi
perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. 5
Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan Apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa
produk dan jasanya terbebas dari dampak-dampak negatif seperti menggangu kesehatan pelanggan, mengancam keamanan dan produk yang
dilarang. Berdasarkan kelima komponen diatas maka komponen-komponen
tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai seberapa besar kesadaran perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya kepada stakeholdernya.
Jika perusahaan hanya menjalankan salah satu komponen saja dari kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan masih rendah.
29 Sebaliknya, jika perusahaan memenuhi kelima komponen tersebut dapat
dikatakan kesadaran perusahaan tinggi terhadap tanggung jawab sosialnya. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: Kep-431Bl2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik juga menyebutkan bahwa perusahaan wajib
mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosialnya baik di dalam laporan tahunan perusahaan atau di dalam laporan keberlanjutan tersendiri. Dalam
ketentuan mengenai Bentuk dan Isi Laporan Tahunan poin h1 bahasan
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan meliputi kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan, antara lain terkait aspek:
a lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah
lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain;
b praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, seperti
kesetaraan gender dan kesempatan kerja, sarana dan keselamatan kerja, tingkat perpindahan turnover karyawan, tingkat kecelakaan kerja,
pelatihan, dan lain-lain; c
pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti penggunaan tenaga kerja lokal, pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, perbaikan
sarana dan prasarana sosial, bentuk donasi lainnya, dan lain-lain; dan d
tanggung jawab produk, seperti kesehatan dan keselamatan konsumen, informasi produk, sarana, jumlah dan penanggulangan atas pengaduan
konsumen, dan lain-lain.
30 Aspek-aspek mengenai tanggung jawab sosial yang di atur oleh
BPPMLK tersebut di atas, merupakan penyesuaian atas indeks standar pengungkapan CSR yang telah dirumuskan oleh Global Reporting Initiative
GRI, yang merupakan organisasi internasional terkemuka di bidang keberlanjutan. GRI mempromosikan penggunaan pelaporan keberlanjutan
sebagai cara untuk organisasi untuk menjadi lebih berkelanjutan dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Ada 3 dimensi
pengungkapan yang dirumuskan dalam Pedoman Pelaporan Keberlanjutan G4 2013 , yaitu: ekonomi, lingkungan dan sosial, dengan total item adalah 91
indikator penilaian, yaitu: ekonomi 9 indikator, lingkungan 34 indikator, sosial 48 indikator yang terbagi dalam, 16 indikator praktik tenaga kerja; 12
indikator hak asasi manusia; 11 indikator masyarakat; dan 9 indikator tanggungjawab produk.
B. Penelitian Terdahulu