2.4.2. Lycopodiinae
Kelompok  Lycopodiinae  kecil  dan  sporofit  herbaceous.  Daun-daun  kecil dan  sederhana.  Masing-masing  daun  mempunyai  midrib  yang  tidak  bercabang.
Daun-daunnya  tidak  memiliki  ligula.  Sporofil  terbatas  pada  bagian  ujung  dari cabang  dan  teratur  menjadi  strobili  yang  jelas.  Sporofil  dan  daun  vegetatif  yang
sederhana mungkin mirip atau tidak mirip Pandey, 2007.
2.4.3. Equisetiinae
Batangnya  kebanyakan  bercabang-cabang,  berkarang  dan  jelas  kelihatan berbuku-buku  dan  beruas-ruas.  Daun-daun  kecil,  seperti  selaput  dan  tersusun
berkarang.  Sporofil  selalu  berbeda  dari  daun  biasa.  Sporofil  biasanya  berbentuk perisai  dengan  sejumlah  sporangium  pada  sisi  bawahnya,  dan  semua  sporofil
tersusun menjadi suatu badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang.  Protalium  berwarna  hijau  dan  berkembang  di  luar  sporanya
Tjitrosoepomo, 2005.
2.4.4. Filicinae
Dari  segi  ekologi,  tumbuhan  ini  termasuk  higrofit,  banyak  tumbuh  di tempat-  tempat  yang teduh dan lembab, sehingga di  tempat-tempat  yang terbuka
dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intensif. Semua warga Filicinae  mempunyai daun-daun besar makrofil, bertangkai, mempunyai banyak
tulang  daun.    Daun  yang  masih  muda  menggulung  pada  bagian  ujungnya,  dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium Tjitrosoepomo, 2005.
2.5. Manfaat Tumbuhan Paku
Tumbuhan  paku  banyak  memiliki  jenis-jenis  yang  penampilannya  menarik sehingga  dapat  dimanfaatkan  sebagai  tanaman  hias.  Tumbuhan  paku  yang
termasuk  ke  dalam  kelompok  ini  misalnya  marga  Adiantum,  Platycerium,  dan jenis  Asplenium  nidus.  Beberapa  jenis  tumbuhan  paku  dapat  juga  dimanfaatkan
sebagai sayuran seperti Diplazium esculentum, Aspidium repandum, Ceratopteris thalictroides,  Nephrolepis  bisserata,  dan  Helmintostachys  zeylanica.  Untuk
Universitas Sumatera Utara
keperluan  pengobatan  jenis  tumbuhan  paku  yang  banyak  dimanfaatkan  adalah Selaginella  plana  digunakan  sebagai  pembersih  darah  dan  Equisetum  debile
digunakan  sebagai  obat  analgesik.  Sedangkan  Lygodium  scandens  digunakan sebagai obat sariawan dan disentri Hariyadi, 2000.
Tumbuhan paku banyak ragamnya, dapat digunakan sebagai tanaman hias, sayuran,  obat,  kerajinan  dan  sarana  upacara  adat.  Secara  umum  tumbuhan  paku
baru  sedikit  dikenal  oleh  masyarakat.  Bagi  masyarakat  yang  tinggal  di  kota, tumbuhan  paku  dikenal  sebagai  tanaman  hias  dan  di  pedesaan  tumbuhan  paku
dikenal  sebagai  tanaman  sayuran,  obat  dan  bahan  baku  kerajinan  Darma  et  al., 2004.
Menurut  Chikmawati  2007  dalam  Kurniawan  2010,  tumbuhan  paku atau  pakis-pakisan  banyak  dimanfaatkan  sebagai  tanaman  hias  dan  media  tanam
tanaman hias.  Di daerah Jawa Barat,  Selaginella  diketahui  dimanfaatkan  sebagai obat sakit demam, patah tulang, pendarahan pada wanita melahirkan. Selanjutnya
Sumantera  2004  dalam  Kurniawan  2010  menambahkan  di  kawasan  Begudul, Bali,  batang  dewasa  Cyathea  latebrosa  dimanfaatkan  masyarakat  sebagai  media
tanam anggrek sekaligus digunakan sebagai tiang bangunan seperti kandang sapi, dapur, dan pelinggih pura.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kondisi hutan di alam saat ini mengalami semakin banyak tekanan. Pengambilan
hasil  hutan  secara  berlebihan  oleh  masyarakat  diperparah  oleh  kerusakan  habitat baik  akibat  kegiatan  manusia  maupun  aktifitas  alam  sendiri  dan  menyebabkan
banyak jenis tumbuhan yang terancam punah sebelum dapat dipelajari lebih lanjut manfaatnya.  Jenis-jenis  tumbuhan  liar  banyak  yang  dapat  digunakan  oleh
masyarakat karena potensi  yang dimilikinya, antara lain sebagai bahan makanan, obat-obatan, bahan kerajinan tangan dan tanaman hias. Pelestarian tumbuhan saat
ini  perlu  mendapatkan  penanganan  yang  serius  baik  dari  pemerintah  dengan kebijakannya maupun dari masyarakat  yang secara nyata sangat  tergantung pada
keanekaragaman hayati Ardaka et al., 2005. Indonesia  merupakan  salah  satu  negara  yang  memiliki  keanekaragaman
hayati  tumbuhan  paling  tinggi  di  dunia,  satu  diantaranya  adalah  kelompok tumbuhan paku. Sampai saat ini kelompok tumbuhan ini masih kurang mendapat
perhatian  dibandingkan  dengan  kelompok  tumbuhan  lainnya,  meskipun  banyak jenis dari kelompok tumbuhan paku ini sebenarnya memiliki fungsi ekologis yang
sangat  penting  serta  dapat  dimanfaatkan  untuk  berbagai  kepentingan  lainnya Hariyadi, 2000.
Di muka bumi ini tumbuh sekitar 10.000 jenis paku. Dari jumlah tersebut, kawasan  Malesia  yang  terdiri  dari  sebagian  besar  atas  kepulauan  Indonesia,
diperkirakan  memiliki  tidak  kurang  dari  1.300  jenis  Sastrapradja,  1980.  Warga tumbuhan  paku  amat  heterogen,  baik  ditinjau  dari  segi  habitus  maupun  cara
hidupnya,  lebih-lebih  bila  diperhitungkan  pula  jenis  tumbuhan  paku  yang  telah punah Tjitrosoepomo, 2005.
Tumbuhan  paku  merupakan  salah  satu  kelompok  tumbuhan  tertua  yang dapat hidup di daratan. Fosil-fosil purba dari tumbuhan paku dapat dijumpai pada
bebatuan dari jaman Devonian Atas sekitar 365 juta tahun yang lalu dan Karbon sekitar 345 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa tumbuhan yang menyerupai tumbuhan
Universitas Sumatera Utara