Tinjauan Tentang Hukum Perlindungan Konsumen

lix Pihak perantara pembayaran ini berkedudukan dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama saja seperti pemberian jasa pengiriman uang lainnya yang biasa dilakukannya. Dalam hal ini bank perantara ini akan mendapatkan bayaran berupa fee tertentu. Johannes Ibrahim,2004:59-72

5. Tinjauan Tentang Hukum Perlindungan Konsumen

a Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen Konsumen sebagai bentuk Indonesia dari istilah asing customer, secara harfiah dalam kamus diartikan sebagai “seseorang atau perusahaan yang membeli barang tertentu”, atau “sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”. Ada juga yang mengartikan “setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tentang Perlindungan Konsumen yang mulai berlaku satu bulan sejak perundangannya, yaitu 20 April 1999, Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan konsumen sebagai “setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”Shidarta,2004:2 Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan hukum, yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang didirikan, berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain-lain. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tentang Perlindungan Konsumen disebutkan : lx “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Oleh karena itu, berbicara tentang perlindungan konsumen berarti mempersoalkan jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen. Perlunya perlindungan konsumen di Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 Perlindungan kepada konsumen berarti juga perlindungan terhadap seluruh warga negara Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 2 Pelaksanaan pembangunan nasional membutuhkan manusia- manusia yang sehat dan berkualitas, yang diperoleh melalui penyediaan kebutuhan secara baik dan cukup. Oleh karena itu, konsumen perlu dilindungi untuk mendapatkan kebutuhan yang baik dan cukup untuk. 3 Modal dalam pelaksanaan pembangunan nasional berasal dari masyarakat. Karena itu, masyarakat konsumen perlu didorong untuk berkonsumsi secara rasional serta dilindungi dari kemungkinan timbulnya kerugian harta benda sebagai akibat dari perilaku curang pelaku usaha. 4 Perkembangan teknologi, khususnya teknologi manufaktur, mempunyai dampak negatif berupa kemungkinan hadirnya produk- produk yang tidak aman bagi konsumen. Dampak negatif ini kemungkinan dapat meluas manakala perilaku pelaku usaha atau produsen dalam penggunaan teknologi itu tidak bertanggung jawab. Karena itu, masyarakat konsumen perlu dilindungi dari kemungkinan dampak negatif itu. 5 Kecenderungan untuk mencapai untung yang tinggi secara ekomonis ditambah dengan persaingan yang ketat didalam lxi berusaha dapat mendorong sebagian pelaku usaha untuk bertindak curang atau berperilaku tidak jujur, yang akhirnya merugikan kepentingan konsumen. Karena itu konsumen perlu dilindungi dari kemungkinan timbulnya kerugian sebagai akibat dari perilaku curang tersebut. 6 Masyarakat konsumen perlu diberdayakan melalui pendidikan konsumen, khususnya penanaman kesadaran akan hak-hak dan kewajiban sebagai konsumen. Hal yang sama juga berlaku kepada pelaku usaha, supaya pelaku usaha senantiasa memperhatikan kepentingan konsumen dengan sungguh-sungguh dengan melaksanakan kewajiban dengan baik. b Asas dan Tujuan Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima asas yang relafan dalam pembangunan nasional, yang menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Tentang Perlindungan Konsumen ini, yaitu sebagai berikut: 1 Asas Manfaat. Segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan . 2 Asas Keadilan. Memberi kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. 3 Asas Keseimbangan. Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintahan dalam arti materil maupun spiritual. 4 Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen. lxii Untuk memberukan jaminan keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5 Asas Kepastian Hukum. Baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Artinya, undang-undang ini mengharapkan bahwa aturan-aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung di dalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masing-masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karena itu, negara bertugas dan menjamin terlaksana undang-undang ini sesuai dengan bunyinya. c Hak dan Kewajiban Konsumen Berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, meliputi : 1 Hak Konsumen adalah : a Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa. b Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. c Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi serta jaminan barang danatau jasa. d Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan. e Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan konsumen, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. g Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Hak untuk diperlakukan atau untuk dilayani lxiii secara benar, jujur, dan tidak diskriminatif berdasarkan, suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin, dan status sosial lainnya. h Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. i Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya. 2 Kewajiban konsumen terdiri dari: a Membaca, mengikuti petunjuk informasi, dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keselamatan dan keamanan. b Beritikat baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danjasa. c Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. d Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. d Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Berdasarkan Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Tentang Perlindungan Konsumen adalah : 1 Hak pelaku usaha meliputi : a Hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan. b Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik. c Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. lxiv d Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan, dan e Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya. 2 Kewajiban pelaku usaha adalah : a Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. b Menyampaikan informasi yang benar, jelas, jujur, mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. c Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Pelaku usaha dilarang membeda- bedakan konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usaha juga dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan kepada konsumen. d Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku. e Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan atau garansi atas barang yang dibuat danatau diperdagangkan. f Memberi kompensasi ganti-rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan. g Memberi kompensasi ganti-rugi atau penggantiaan apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. 3 Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha lxv Dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dimuat perbuatan yang dilarang bagi pengusaha meliputi sebagai berikut: a Larangan dalam memproduksi atau memperdagangkan. Pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang ; 1 Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang disyaratkan dan ketentuan peraturan perundang- undangan. 2 Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, neto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut. 3 Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya. 4 Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang danatau jasa tersebut. 5 Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut. 6 Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut. 7 Tidak mencantumkan tanggal kadarluarsa atau jangka waktu penggunaanpemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu. 8 Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label. lxvi 9 Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat barang, ukuran, beratisi bersih atau neto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat, dan 10 Tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran atas larangan yang tersebut diatas, dilarang memperdagangkan barang danatau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan persediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar. b Larangan dalam menawarkan, mempromosikan, dan mengiklankan. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, dan mengiklankan, suatu barang danatau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah : 1 Barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu. 2 Barang tersebut dalam keadaan baik danatau baru. lxvii 3 Barang danatau jasa tersebut telah mendapat danatau memiliki sponsor, perjanjian, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja, dan aksesori tertentu. 4 Barang danatau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, perjanjian atau afiliasi. 5 Barang danjasa tersebut tersedia. 6 Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi. 7 Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu 8 Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatas jasa lain. 9 Menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko, dan efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap, dan 10 Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti. Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai harga atau tarif suatu barang danjasa., yaitu: 1 Kegunaan suatu barang danjasa. 2 Kondisi, tanggungan, jaminan, hak, dan ganti rugi atas suatu barang danatau jasa. 3 Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan. 4 Bahaya penggunaan barang danatau jasa. Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa dilarang melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen. lxviii Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa melalui pesanan dilarang untuk : 1 Tidak menepati pesanan dan kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan, dan 2 Tidak menepati janji atau suatu pelayanan dan prestasi. 4 Tanggung Jawab Pelaku Usaha Setiap pelaku usaha harus bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan atau diperdagangkan. Tanggung jawab terhadap produk timbul karena kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat dari “produk yang cacat”, bisa karena kekurangcermatan dalam memproduksi sehingga tidak sesuai dengan diperjanjikanjaminan, juga kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha, dengan perkataan lain pelaku usaha ingkar janji atau melakukan perbuatan melawan hukum. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen diatur Pasal 19 sampai dengan Pasal 28, yaitu sebagai berikut : Pasal 19, mengatur tanggung jawab kesalahan pelaku usaha terhadap produk yang dihasilkan atau diperdagangkan, dengan memberi ganti kerugian atas: kerusakan, pencemaran, kerugian konsumen. Bentuk ganti rugi berupa : pengembalian uang, penggantian barang, atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 20 dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian, sedangkan Pasal 22 menentukan bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 19. Jika pelaku usaha menolak atau tidak memberi tanggapan danatau tidak memenuhi gantirugi atas tuntutan konsumen, maka lxix menurut Pasal 23 dapat digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan ke badan peradilan tempat kedudukan. Dalam Pasal 27 menyebutkan hal-hal yang membebaskan pelaku usaha dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen apabila : a Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksut untuk diedarkan. b Cacat barang timbul pada kemudian hari. c Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang. Yang dimaksud dengan kualifikasi barang adalah ketentuan standardisasi yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan kesepakatan semua pihak. d Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen. e Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 empat tahun sejak barang dibeli atau jangka waktu yang diperjanjikan. Jangka waktu yang diperjanjikan itu adalah masa geransi.

B. Kerangka Pemikiran