b. Masa Inkubasi
Masa inkubasi merupakan waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala yang pertama. Parameter ini menunjukkan kapan tepatnya
lubang – lubang injeksi mulai terinfeksi dan bagaimana gejala yang dihasilkan. Pengamatannya dilakukan tiap dua minggu sekali. Sehingga data yang didapat
lebih akurat.
c. Perkembangan Infeksi
Perkembangan infeksi dihitung dengan cara mengukur perkembangan gejala pada titik – titik yang terinfeksi dengan menggunakan penggaris.
Penyebaran infeksi dapat dilihat dari tanda – tanda sekitar lubang injeksi, akan terlihat perubahan warna mulai dari kecoklatan sampai kehitaman.
d. Kualitas infeksi
Kualitas diukur dengan melihat perubahan warna disekitar lubang injeksi dan keharumannya. Pengukuran warnanya di lihat dengan perubahan warna yang
dihasilkan dari penginjeksian batang tanaman A. malaccensis Lamk. Sedangkan untuk penilaian tingkat keharumannya dilakukan dengan metode scoring. 1. Tidak
harum, 2. Agak harum, 3. Sedang, 4. Kuat, 5. Sangat kuat. Penilaian di lakukan oleh 10 orang responden. Tingkat keharumannya dibandingkan dengan gaharu
kualitas kemedangan dengan skor 3. e. Reisolasi Fusarium sp
Reisolasi merupakan kegiatan yang mengamati kembali gubal gaharu yang dihasilkan, yang bertujuan untuk melihat fungi pembentuk gubal gaharu tersebut
memang fungi yang digunakan pada isolat cair yang sudah di injeksikan ke pohon A. malaccensis Lamk
. Kegiatan di awali dengan memurnikan gubal gaharu yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan pada media PDA selama tujuh hari. Lalu di lakukan proses identifikasi dengan mikroskop. Hasilnya kemudian di dokumentasikan, lalu di bandingkan
dengan gambar fungi pada inokulum cair yang telah digunakan sebelumnya.
Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial. Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + єijk
Keterangan
µ : Rataan Umum
Faktor A : Jumlah frekuensi Injeksi
Faktor B : bagian batang
i : 1, 2, 3.
j : 1, 2, 3
Ai : Pengaruh frekuensi injeksi pada taraf ke-i
Bj : Pengaruh bagian batang pada taraf ke-j
Abij : Interaksi antara frekuensi injeksi dengan bagian batang
Єijk : Pengaruh galat frekuensi injeksi taraf ke-i, bagian batang taraf
ke-j dan ulangan ke-k Ulangan
: 1, 2, 3, 4, 5.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Infeksi
Parameter ini merupakan cara yang digunakan untuk melihat berapa banyak lubang injeksi yang mampu diinfeksi oleh Fusarium sp. Setiap perlakuan
terdapat 75 lubang injeksi 15 lubang injeksi tiap pohon, dengan lima ulangan. Lubang yang terinfeksi dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi di sekitar
lubang injeksi. Lubang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala seperti perubahan warna, batang menjadi kering dan mengeluarkan aroma.
Tabel 2. Persentase infeksi
Minggu setelah injeksi awal
Pembagian Batang
Persentase Infeksi 1x Injeksi
2x Injeksi 3x Injeksi
3 Bawah
52 52
48 Tengah
88 80
92 Atas
56 64
64 5
Bawah 60
72 64
Tengah 96
100 100
Atas 96
96 92
7 Bawah
72 84
96 Tengah
100 100
100 Atas
96 96
100 9
Bawah 72
84 100
Tengah 100
100 100
Atas 96
96 100
11 Bawah
76 84
100 Tengah
100 100
100 Atas
96 96
100 13
Bawah 76
84 100
Tengah 100
100 100
Atas 96
96 100
15 Bawah
76 84
100 Tengah
100 100
100 Atas
96 96
100
Setelah di lakukan 15 minggu pengamatan, tampak perbedaan besarnya jumlah persentase infeksi dari tiap faktor perlakuan yang dilakukan. Untuk
perlakuan dengan satu kali injeksi: batang bagian bawah 76, batang bagian tengah 100 dan batang bagian atas 96. Untuk perlakuan dengan dua kali
Universitas Sumatera Utara
injeksi : batang bagian bawah 84, bagian bagian tengah 100 dan batang bagian atas 96. Sedangkan untuk perlakuan dengan tiga kali injeksi : batang
bagian bawah 100, batang bagian tengah 100 dan batang bagian atas 100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batang bagian tengah merupakan
bagian batang yang paling baik. Ini di tunjukkan dari tiga perlakuan yang telah dilakukan, perlakuan dengan tiga kali injeksi menghasilkan persentase 100
untuk batang bagian bawah, tengah dan atas. Hal tersebut kemungkinan besar diduga karena batang bagian tengah merupakan batang yang cukup matang,
sehingga Fusarium sp lebih dapat menginfeksi pada bagian tersebut. Sedangkan batang bawah merupakan batang yang tua dan batang atas merupakan batang
muda tempat jaringan meristematik yang berfungsi untuk pertumbuhan pohon. Sehingga perlawanan terhadap patogen Fusarium sp lebih kuat dibagian
tersebut.
a b
Gambar 2. Batang pohon A.malaccensis Lamk. a
Tidak terinfeksi b Terinfeksi
Terdapat sebagian lubang injeksi yang tidak terinfeksi oleh Fusarium sp. hal ini mungkin di sebabkan pada bagian tersebut, pohon A. malaccensis Lamk.
melakukan perlawanan lebih kuat. Pohon akan memberikan perlawanan terhadap
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme asing yang masuk ke dalam tubuhnya, terutama mikroorganisme yang bersifat patogen seperti Fusarium sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Yunasfi 2002 yang menyatakan ketahanan pohon terhadap patogen dapat terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak
menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal,
pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik di dalam
jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal
menyebabkan penyakit pada pohon. Semakin banyak frekuensi injeksi yang dilakukan terhadap pohon
A. malaccensis Lamk. maka persentase terjadinya infeksi semakin baik. Hal ini
di sebabkan kemampuan Fusarium sp untuk menginfeksi batang yang semakin baik apabila dilakukan injeksi yang berulang. Karena dengan di lakukannya
injeksi lebih dari sekali, maka akan terjadi perbaikan infeksi. Yang kemungkinan awal hanya terinfeksi sedikit bila di injeksi satu kali, namun dengan adanya
perlakuan injeksi yang berulang maka ada penigkatan aktifitas Fusarium sp yang semakin baik yang juga mengakibatkan infeksinya semakin besar.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa keberadaan inokulum yang bersifat patogen ini Fusarium sp berpengaruh sangat penting dalam
perkembangan penyakit gaharu. Karena inokulum merupakan pembentuk penyakit pada tumbuhan atau tanaman. Rukmana dan Saputra 1997 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman. Hanya inokulum patogen yang berfungsi untuk menginfeksi tumbuhan atau tanaman.
Dari total keseluruhan jumlah injeksi, terdapat juga lubang injeksi yang tidak menampilkan tanda - tanda terbentuknya gaharu. Terdapat 28 pada
perlakuan satu kali injeksi, dan 20 pada perlakuan dua kali injeksi yang belum ataupun tidak menunjukkan gejala terbentuknya gaharu. Hal ini dapat dilihat dari
tidak adanya perubahan warna pada batang disekitar lubang – lubang injeksi pada batang pohon tersebut.
a b c
Gambar 3. Perkembangan gejala a Tidak terjadi gejala b gejala setelah 8 minggu pengamatan
c gejala akhir pengamatan
Dari gambar 2a dapat dilihat bahwa perubahan warna hanya terjadi pada bekas lubang injeksi. tidak ada terdapat penyebaran perubahan warna
disekitar lubang tersebut. Belum atau tidak terinfeksinya lubang injeksi ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, kurang responnya batang terhadap inokulum,
maupun kesalahan dalam melakukan injeksi yang menyebabkan kondisi lubang injeksi menjadi terkontaminasi. Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan
Universitas Sumatera Utara
Mucharromah 2008 menunjukkan bahwa pada jaringan yang terkontaminasi resin gaharu yang awalnya berwarna coklat bening kemerahan berubah menjadi
berwarna kehitaman dan menghilang sebelum selnya hancur. Oleh karena itu dalam proses produksi gaharu dengan inokulasi perlu diterapkan prinsip-prinsip
aseptik yang akan membatasi peluang terjadinya kontaminasi. Sedangkan untuk gambar 2b dan 2c menunjukkan bahwa terjadi
perubahan gejala yang jelas. Batang sekitar lubang injeksi sudah mulai berubah warnanya menjadi merah kecoklatan. Selain itu dapat dlihat juga ada cendawan
yang tumbuh pada lubang injeksi. perubahan – perubahan gejala yang tampak, menunjukkan bahwa lubang injeksi tersebut sudah diinfeksi oleh fugi yang
diinjeksikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pojanagaroon Kaewrak 2002 yang menyatakan Penggunaan cendawan dalam menginduksi pembentukan gubal
gaharu menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada pohon gaharu. Perubahan fisiologis yang terjadi berupa klorosis daun, perubahan warna kayu di
daerah terinfeksi, terbentuknya aroma wangi.
b. Masa Inkubasi