Masa Inkubasi Besar Infeksi

Mucharromah 2008 menunjukkan bahwa pada jaringan yang terkontaminasi resin gaharu yang awalnya berwarna coklat bening kemerahan berubah menjadi berwarna kehitaman dan menghilang sebelum selnya hancur. Oleh karena itu dalam proses produksi gaharu dengan inokulasi perlu diterapkan prinsip-prinsip aseptik yang akan membatasi peluang terjadinya kontaminasi. Sedangkan untuk gambar 2b dan 2c menunjukkan bahwa terjadi perubahan gejala yang jelas. Batang sekitar lubang injeksi sudah mulai berubah warnanya menjadi merah kecoklatan. Selain itu dapat dlihat juga ada cendawan yang tumbuh pada lubang injeksi. perubahan – perubahan gejala yang tampak, menunjukkan bahwa lubang injeksi tersebut sudah diinfeksi oleh fugi yang diinjeksikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pojanagaroon Kaewrak 2002 yang menyatakan Penggunaan cendawan dalam menginduksi pembentukan gubal gaharu menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada pohon gaharu. Perubahan fisiologis yang terjadi berupa klorosis daun, perubahan warna kayu di daerah terinfeksi, terbentuknya aroma wangi.

b. Masa Inkubasi

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 15 minggu dilapangan, Fusarium sp. yang disuntikkan dengan frekuensi yang berbeda ternyata sudah menunjukkan gejala infeksinya setelah tiga minggu dari perlakuan awal. Gejala yang ditimbulkan ialah batang di sekitar lubang injeksi berubah menjadi agak kering dan munculnya perubahan warna di sekitar lubang injeksi menjadi ke-kuningan. Situmorang 2000 menyatakan bahwa produksi gubal gaharu akan dapat di amati mulai terbentuk setelah satu bulan perlakuan. Dan berdasaran penelitian yang dilakukan sebelumnya Simanjuntak, 2009 gaharu Universitas Sumatera Utara memang mulai terbentuk pada satu bulan setelah diberi perlakuan pada tanamannya. Hal ini jelas berdampak sangat baik. Karena berdasarkan hasil yang didapat, bahwa waktu terjadi infeksi gaharu lebih cepat dari rata – rata penelitian sebelumnya.

c. Besar Infeksi

Besar infeksi didapat perkembangan gejala pada batang, yaitu dari arah vertikal panjang dan arah horizontal lebar. Pengukurannya dilakukan dengan menarik garis dari lubang injeksi ke titik gejala yang terjauh. 1. Panjang Infeksi Hasil panjang infeksi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan setiap dua minggu sekali. Data yang diambil adalah data pengamatan ke-tujuh Data pengamatan ke-empat belas. Tabel 3. Panjang infeksi Fusarium sp Pembagian Batang Panjang Injeksi cm 1x injeksi 2x injeksi 3x injeksi Bawah 1.71 1.78 2.47 Tengah 3.47 3.57 3.71 Atas 2.52 2.87 3.03 Panjang infeksi yang di dapat menunjukkan bahwa interaksi kedua faktor perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata pada infeksi Fusarium sp. Tidak signifikannya pengaruh frekuensi maupun interaksi perlakuan dapat di akibatkan karena waktu pengamatan yang kurang lama, sehingga didapat data yang tidak signifikan. Selain itu efektifitas patogenesis Fusarium sp juga sangat mempengaruhi terjadinya gaharu. Fusarium sp memang sudah di ketahui dapat menghasilkan gaharu apabila di reaksikan ketanaman inangnya. Namun kualitasnya juga akan berbeda – beda karena kita belum mengetahui bagaimana Universitas Sumatera Utara secara rinci proses Fusarium sp menginfeksi tanaman inangnya tersebut. Budi dkk 2010 menyatakan jamur yang secara umum telah diketahui dapat menginduksi pembentukan gubal gaharu adalah dari genus Fusarium. Jamur tersebut diperoleh dari hasil Isolasi pada gubal yang sudah terbentuk di alam, namum demikian efektivitasnya tersebut dalam menginduksi pembentukan gubal belum diketahui secara jelas. Panjang infeksi pada gambar 2. sebenarnya sudah menunjukkan perbedaan panjang infeksi yang semakin baik dengan semakin banyaknya frekuensi injeksi. namun perbedaannya belum signifikan. 2. Lebar Infeksi Tabel 4. Lebar infeksi Fusarium sp Pembagian Batang Lebar Infeksi 1x injeksi 2x injeksi 3x injeksi Bawah 0.26 0.32 0.46 Tengah 0.44 0.55 0.63 Atas 0.38 0.38 0.54 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi injeksi dan pembagian batang maupun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap lebar infeksi. Data ini sama dengan penelitian sebelumnya Simanjuntak, 2009 yang mendapatkan hasil infeksi pada bagian lebar arah horizontal yang tidak sebagus panjang infeksinya arah vertikal. Terdapat beda yang signifikan antara panjang dan lebar infeksi yang didapatkan dari penelitian ini. Kemungkinan besar disebabkan karena jaringan pengangkut air dan mineral ialah searah dengan panjang batang. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang juga mendapatkan hasil yang juga lebih besar dibagian panjang arah vertikal dibandingkan dibagian lebar arah horizontal, Pernyataan Novriyanti 2008 juga memperkuat hasil ini yang menyatakan perkembangan arah vertikal lebih besar dari pada horizontal karena infeksi Universitas Sumatera Utara vertikal mengikuti arah jaringan pembuluh batang tanaman yang tersusun atas sel- sel vessel secara vertical dan berfungsi sebagai jalur transportasi air dan cairan nutrisi, di mana hifa jamur dapat menggunakan sel-sel tersebut untuk memperluas invasi, sedangkan perkembangan horizontal cenderung melambat seiring waktu.

d. Kualitas Gubal