DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 : Skema Rancangan Penelitian
22 Gambar.4.1 : Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
36 Gambar.4.2 : Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
37 Gambar.4.3 : Hasil belajar terhadap KPS Kelas Eksperimen dan
Kontrol 41
Gambar.4.4 : Penilaian Sikap Kelas Eksprimen 43
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry Training
10 Tabel 2.2 : Komponen dan Indikator KPS
14 Tabel 3.1 : Two Group Pretest-Postest Desain
20 Tabel 3.2 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar
23 Tabel 4.1 : Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
35 Tabel 4.2 : Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
36 Tabel 4.3 : Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata,
Standar Deviasi dan Varians 37
Tabel 4.4 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
38 Tabel 4.5 : Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas
39 Tabel 4.6 : Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan
Awal Pretes Siswa 39
Tabel 4.7 : Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa 40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
53 Lampiran 2 : Bahan Ajar
75 Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa LKS
85 Lampiran 4 : Instrumen Keterampilan Proses Sains Siswa
93 Lampiran 5 : Soal Pretes dan Postes Siswa
98 Lampiran 6 : Tabel Validitas Tes
100 Lampiran 7 : Perhitungan Validitas Tes
103 Lampiran 8 : Tabel Reliabilitas Tes
105 Lampiran 9 : Perhitungan Reabilitas Tes
108 Lampiran 10 : Tabel Tingkat Kesukaran Tes
110 Lampiran 11 : Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
113 Lampiran 12 : Tabel Daya Beda Tes
114 Lampiran 13 : Perhitungan Daya Beda Tes
116 Lampiran 14 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, Varians
118 Lampiran 15 : Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen
121 Lampiran 16 : Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen
123 Lampiran 17 : Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol
125 Lampiran 18 : Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol
127 Lampiran 19 : Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol 129
Lampiran 20 : Uji Normalitas 131
Lampiran 21 : Uji Homogenitas 133
Lampiran 22 : Uji Hipotesis 136
Lampiran 23 : Lembar Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen 140
Lampiran 24 : Lembar Penilaian Keterampilan Kelas Eksperimen 142
Lampiran 25 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 144
Lampiran 26 : Lampiran Hasil Belajar KPS Aspek Pengetahuan 153
Lampiran 27 : Rekapitulasi Observasi Aktifitas Belajar Siswa 155
Lampiran 27 : Dokumentasi 157
Lampiran 28 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilifors 161
Lampiran 29 : Tabel Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal 0-z 162
Lampiran 30 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 163
Lampiran 31 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 165
Lampiran 32 : Surat Keterangan Pembimbing Skripsi 166
Lampiran 33 : Surat Izin Penelitian FMIPA 167
Lampiran 34 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian 168
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Upaya tersebut dilandasi akan kesadaran betapa pentingnya pendidikan dalam
pengembangan SDM. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan dunia
pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan
persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya. Faktor penting dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan adalah faktor guru. Sebagai fasilitator, guru berperan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses belajar Sanjaya,
2008. Proses pembelajaran pada anak kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari Sanjaya,
2011. Peristiwa belajar akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar.
Pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan keterampilan-keterampilan tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika. Salah
satu keterampilan dalam pembelajaran fisika adalah Keterampilan Proses Sains KPS.
Fisika tidak mudah diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang
guru ke kepala orang lain siswa. Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman
mereka. Seperti suhu dan kalor yang merupakan salah satu konsep fisika yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep suhu dan kalor siswa dituntut untuk dapat mengamati perubahan suhu pada termometer, membuat
hipotesis mengenai perpindahan kalor, menginterpretasi data antara suhu dan waktu yang menyebabkan perubahan wujud dan mengkomunikasikan grafik
perubahan wujud tersebut. Pada materi suhu dan kalor ini guru jarang memberikan praktikum kepada siswa. Seharusnya pengetahuan atau pengertian
dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.
Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL beberapa guru fisika SMA Negeri 4 Kisaran mengatakan bahwa
keaktifan siswa cenderung pasif, siswa kurang tertarik mempelajari fisika, nilai- nilai ulangan siswa pada pelajaran fisika lebih rendah dibanding nilai mata
pelajaran lain, jarangnya guru menggunakan laboratorium, KPS siswa tidak diperhatikan guru dalam praktikum, penilaian yang dilakukan guru adalah
penilaian hasil belajar siswa. Hal ini juga diperkuat dari hasil observasi yang dilakukan penulis pada 18
Desember 2015 dengan memberikan angket kepada 43 siswa kelas X SMA Negeri 4 Kisaran dimana hanya 14 siswa yang menyukai pelajaran fisika, 5 siswa
yang menganggap fisika mudah, dan 23 siswa menganggap guru yang mengajar fisika lebih banyak mencatat dan memberi contoh soal tetapi kurang praktikum.
Dengan kata lain proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa,
guru tidak menilai KPS siswa karena instrumen yang digunakan guru belum menuju pada KPS siswa. KPS siswa tidak dapat diajarkan hanya dengan
menggunakan metode ceramah. Guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan
peralatan. Menurut
Haryono KPS
merupakan keterampilan
yang harus
dikembangkan pada siswa. Penerapan pembelajaran berbasis KPS secara nyata mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa, terutama dalam hal
penguasaan KPS. Melalui proses pembelajaran yang mengintegrasikan KPS