KESIMPULAN DAN SARAN 50 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA.

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 : Skema Rancangan Penelitian 22 Gambar.4.1 : Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 36 Gambar.4.2 : Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 37 Gambar.4.3 : Hasil belajar terhadap KPS Kelas Eksperimen dan Kontrol 41 Gambar.4.4 : Penilaian Sikap Kelas Eksprimen 43 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry Training 10 Tabel 2.2 : Komponen dan Indikator KPS 14 Tabel 3.1 : Two Group Pretest-Postest Desain 20 Tabel 3.2 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar 23 Tabel 4.1 : Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 35 Tabel 4.2 : Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 36 Tabel 4.3 : Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 37 Tabel 4.4 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 38 Tabel 4.5 : Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 39 Tabel 4.6 : Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Awal Pretes Siswa 39 Tabel 4.7 : Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa 40 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP 53 Lampiran 2 : Bahan Ajar 75 Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa LKS 85 Lampiran 4 : Instrumen Keterampilan Proses Sains Siswa 93 Lampiran 5 : Soal Pretes dan Postes Siswa 98 Lampiran 6 : Tabel Validitas Tes 100 Lampiran 7 : Perhitungan Validitas Tes 103 Lampiran 8 : Tabel Reliabilitas Tes 105 Lampiran 9 : Perhitungan Reabilitas Tes 108 Lampiran 10 : Tabel Tingkat Kesukaran Tes 110 Lampiran 11 : Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 113 Lampiran 12 : Tabel Daya Beda Tes 114 Lampiran 13 : Perhitungan Daya Beda Tes 116 Lampiran 14 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, Varians 118 Lampiran 15 : Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen 121 Lampiran 16 : Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen 123 Lampiran 17 : Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol 125 Lampiran 18 : Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol 127 Lampiran 19 : Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 129 Lampiran 20 : Uji Normalitas 131 Lampiran 21 : Uji Homogenitas 133 Lampiran 22 : Uji Hipotesis 136 Lampiran 23 : Lembar Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen 140 Lampiran 24 : Lembar Penilaian Keterampilan Kelas Eksperimen 142 Lampiran 25 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 144 Lampiran 26 : Lampiran Hasil Belajar KPS Aspek Pengetahuan 153 Lampiran 27 : Rekapitulasi Observasi Aktifitas Belajar Siswa 155 Lampiran 27 : Dokumentasi 157 Lampiran 28 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilifors 161 Lampiran 29 : Tabel Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal 0-z 162 Lampiran 30 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 163 Lampiran 31 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 165 Lampiran 32 : Surat Keterangan Pembimbing Skripsi 166 Lampiran 33 : Surat Izin Penelitian FMIPA 167 Lampiran 34 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian 168

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Upaya tersebut dilandasi akan kesadaran betapa pentingnya pendidikan dalam pengembangan SDM. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya. Faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan adalah faktor guru. Sebagai fasilitator, guru berperan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses belajar Sanjaya, 2008. Proses pembelajaran pada anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari Sanjaya, 2011. Peristiwa belajar akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan keterampilan-keterampilan tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran fisika adalah Keterampilan Proses Sains KPS. Fisika tidak mudah diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang guru ke kepala orang lain siswa. Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Seperti suhu dan kalor yang merupakan salah satu konsep fisika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep suhu dan kalor siswa dituntut untuk dapat mengamati perubahan suhu pada termometer, membuat hipotesis mengenai perpindahan kalor, menginterpretasi data antara suhu dan waktu yang menyebabkan perubahan wujud dan mengkomunikasikan grafik perubahan wujud tersebut. Pada materi suhu dan kalor ini guru jarang memberikan praktikum kepada siswa. Seharusnya pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka. Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL beberapa guru fisika SMA Negeri 4 Kisaran mengatakan bahwa keaktifan siswa cenderung pasif, siswa kurang tertarik mempelajari fisika, nilai- nilai ulangan siswa pada pelajaran fisika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran lain, jarangnya guru menggunakan laboratorium, KPS siswa tidak diperhatikan guru dalam praktikum, penilaian yang dilakukan guru adalah penilaian hasil belajar siswa. Hal ini juga diperkuat dari hasil observasi yang dilakukan penulis pada 18 Desember 2015 dengan memberikan angket kepada 43 siswa kelas X SMA Negeri 4 Kisaran dimana hanya 14 siswa yang menyukai pelajaran fisika, 5 siswa yang menganggap fisika mudah, dan 23 siswa menganggap guru yang mengajar fisika lebih banyak mencatat dan memberi contoh soal tetapi kurang praktikum. Dengan kata lain proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa, guru tidak menilai KPS siswa karena instrumen yang digunakan guru belum menuju pada KPS siswa. KPS siswa tidak dapat diajarkan hanya dengan menggunakan metode ceramah. Guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan peralatan. Menurut Haryono KPS merupakan keterampilan yang harus dikembangkan pada siswa. Penerapan pembelajaran berbasis KPS secara nyata mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa, terutama dalam hal penguasaan KPS. Melalui proses pembelajaran yang mengintegrasikan KPS