BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang ada beserta pembahasannya pada skripsi ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Formulasi aturan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
secara subtansial memuat ketentuan yang menekankan kewajiban terhadap Pemberi Kerja atau Korporasi untuk mendaftarkan dan mengikutsertakan
dirinya dan pekerjanya kepada BPJS sesuai program yang diikutinya. Apabila ada yang tidak memenuhi kewajiban mendaftar akan dikenakan
sanksi administratif yaitu dapat berupa teguran tertulis, denda; danatau tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Pengenaan sanksi administratif
kepada Korporasi atau pemberi kerja ini dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas permintaan BPJS. Kemudian Perbuatan yang
dikategorikan sebagai tindak pidana bagi pemberi kerja atau korporasi yang melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011,
antara lain: a.
Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.
b. Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi
tanggung jawabnya kepada BPJS.
Universitas Sumatera Utara
c. Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran
wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.
d. Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan
Iuran kepada BPJS. Pemberi Kerja atau korporasi yang melanggar ketentuan sebagaimana
disebutkan diatas maka berakibat dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 delapan tahun atau
pidana denda
paling banyak
Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Perihal Subjek Hukum dalam Undang-Undang BPJS berkaitan dengan Korporasi bahwa Korporasi itu
merupakan badan hukum, dan badan hukum merupakan bagian atau termasuk kedalam kategori “Pemberi Kerja” sebagaimana yang diatur
dalam Ketentuan Umum dalam Undang-Undang BPJS. Artinya bahwa Korporasi merupakan Subjek yang dapat mempertanggungjawabkan
perbuatan pidana yang dilakukannya ketika melanggar ketentuan dalam Undang-Undang BPJS dan dalam hal ini direksi dari korporasiperusahaan
yang melanggar ketentuan Undang-Undang BPJS yang akan mewakili korporasi dalam hal terjadinya tindak pidana dalam proses persidangan di
pengadilan. Dalam rangka penerapan sanksi baik administratif maupun sanksi pidana atas perbuatan yang melanggar ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, BPJS dapat bekerjasama dengan lembaga pemerintah seperti Pemerintah Daerah, pihak Kejaksaan
ataupun lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
2. Mekanisme atau proses penerapan sanksi dan pemidanaan terhadap
korporasi yang melakukan tindak pidana atau melanggar ketentuan dalam Undang-Undang BPJS, antara lain :
a. Masih belum diterapkan karena belum ada payung hukum atau
aturan yang lebih teknis yang mengatur perihal pelaksanaan sanksi pidana seperti Peraturan Pemerintah dan sebagainya. Yang telah
berjalan dan diterapkan masih sebatas sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun
2013 tentang tata cara pengenaan sanksi administratif kepada Pemberi Kerja.
b. Kendala yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan dalam menerapkan
sanksi yaitu yang paling dominan adalah belum adanya peraturan pelaksana atau peraturan yang lebih khusus yang mengatur
mekanismeproses penerapan sanksi administratif dan pidana. Jika sudah ada peraturan yang lebih khusus berkaitan hal ini maka BPJS
Ketenagakerjaan lebih punya power dan wewenang yang jelas untuk dapat menerapkan sanksi tersebut sehingga tidak adanya
kesewenang-wenangan dan pelanggaran yang BPJS Ketenagakerjaan sendiri lakukan terhadap masyarakat dan
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai koridor dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian, BPJS
Ketenagakerjaan termasuk instansi atau badan hukum publik yang baru dan masih dalam masa transisi dari JAMSOSTEK oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu juga pengaturan terkait BPJS Ketenagakerjaan juga harus disusun secara sistematis dan juga masyarakat umum banyak yang
belum mengetahui peraturan mengenai BPJS Ketenagakerjaan. c.
Upaya yang dapat dilakukan adalah terus mengupayakan kerjasama yang sistematis dan baik antara BPJS Ketenagakerjaan
dengan Instansi terkait seperti pemerintah daerah baik pemerintah di tingkat provinsi maupun kabupatenkota, pihak kejaksaan,
Kementerian dalam negeri dan instansi terkait lainnya yang punya hubungan yang erat dengan BPJS Ketenagakerjaan yang dapat
membantu kinerja BPJS Ketenagakerjaan sehingga pada akhirnya mampu untuk menerapkan sanksi secara optimal.
B. Saran