lxxviii selalu dipersepsikan sebagai alat pembangkangan terhadap pemerintahan.
Padahal puisi adalah seni dan salah satu fungsinya adalah mengungkapkan kebenaran atau kenyataan dari sesuatu yang dirasakan pengarang.
b. Kritik terhadap penderitaan kaum miskin
Kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul, banyak menggambarkan tentang penderitaan kaum miskin. Hal tersebut, dikarenakan Wiji
Thukul sendiri memang berada dalam status sosial yang miskin, rakyat jelata sehingga, dengan mudah ia mampu menuliskan puisi bertemakan penderitaan
kaum miskin. Seperti halnya puisi di bawah ini: 1
Nyanyian Akar Rumput Puisi ini menggambarkan penderitaan kaum miskin akibat
penggusuran. Gambaran penderitaan akibat penggusuran tersebut tercermin dalam bait I:
jalan raya dilebarkan kami terusir
mendirikan kampung digusur
kami pindah-pindah menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang Puisi tersebut menggambarkan ketika pemerintah sudah berkuasa.
Maka siapapun harus menurutinya, bahkan kehadiran mereka tidak dianggap. Ketika pembangunan terjadi di mana-mana. Maka rakyat
miskin, hanya bisa pasrah ketika rumah mereka digusur dan harus tersingkirkan di tanah air mereka sendiri. Puisi tersebut menggambarkan,
bahwa rakyat miskin sangat menderita. Ketika pembangunan muncul di segala bidang. Dimanapun mereka tinggal, selalu terusik, direcoki dan
ditindas. kami rumput
butuh tanah dengar
Ayo gabung ke kami
lxxix Biar jadi mimpi buruk Presiden
juli 1988 Dilihat dari tahun pembuatan puisi, yakni pada bulan Juli tahun
1988. Pada tahun 1988, masa Orde Baru kekuasaan masih berada di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Kata ”Presiden” dalam puisi Nyanyian Akar
Rumput mengacu pada Presiden Soeharto yang waktu itu berkuasa. Puisi ini juga mengisahkan penderitaan yang dialami masyarakat bawah yang
terkena dampak kebijakan pembangunan pemerintah yang pada waktu itu terkenal dengan program REPELITA Rencana Pembangunan Lima
Tahun dengan menitikberatkan pada perubahan masyarakat agraris menuju industrialis. Dampak dari kebijakan ini mengakibatkan
penggusuran dan pembebasan lahan atas nama pembangunan menuju tinggal landas. Dampak penderitaan yang dialami masyarakat inilah yang
diangkat oleh penyair dalam puisi Nyanyian Akar Rumput. 2
Nyanyian Abang Becak
Puisi ini mengkritik tentang penderitaan kaum miskin keluarga tukang becak yang menderita akibat kenaikan harga BBM.
jika harga minyak mundhak simbok semakin ajeg
berkelahi sama bapak harga minyak mundhak lombok-lombok
akan mundhak sandang pangan akan mundhak
maka terpaksa tukang lebon lintah
darat bank
plecit tukang kredit harus
dilayani Puisi ini menceritakan keluh kesah orang kecil terhadap
perubahan-perubahan harga barang konsumsi. Pengarang mencoba untuk memberikan penekanan pada hal-hal yang penting untuk diperhatikan
pembacanya. Ungkapan semakin ajeg tetap dan tidak mengalami perubahan, akan mundhak harga yang akan naik. Hal tersebut
lxxx merupakan titik konsentrasi dari sebuah puisi yang harus dijadikan
perenungan bersama antara pengarang dan pembaca. Meskipun menggunakan kosakata Jawa yang berkonotasi kasar, terang-terangan, dan
kurang sopan. 3
Bunga dan Tembok Pokok persoalan yang diangkat dalam puisi Bunga dan Tembok
adalah penderitaan akibat penggusuran rumah dan perampasan tanah yang tercermin dalam bait I baris 4 dan 5.
engkau lebih suka membangun rumah dan merampas tanah
4 Darman
Pokok persoalan yang diangkat dalam puisi Darman adalah tentang penderitaan rakyat jelata yang bernama Darman di kota. Penderitaan yang
di alami Darman tercermin dalam bait I baris 1 – 6 desa yang tandus ditinggalkannya
kota yang ganas mendupak nasibnya tetapi dia lelaki perkasa
kota keras hatinya pun karang
bergulat siang malam Puisi ini menggambarkan keadaan antara masyarakat bawah yang
seolah tidak diinginkan kehadirannya penggusuran, dan penguasa yang cenderung acuh terhadap hal itu karena adanya kenikmatan lain yang lebih
menguntungkan, misalnya korupsi. Sedangkan Budi Waluyo dalam wawancara yang dilakukan peneliti mengungkapkan bahwa, dalam puisi
ini Wiji Thukul mencoba menggambarkan nasib tragis sebuah keluarga yang barangkali ini berdasarkan kisah nyata dengan sangat jelas.
Perasaan informan begitu tersayat membaca nasib yang dialami Darman dan keluarga. Di sini seperti dibukakan mata kita, bahwa kesengsaraan
begitu akrab terjadi di sekitar kita.
lxxxi 5
Di Tanah Negeri Ini Milikmu Cuma Tanah Air
Pokok persoalan yang diangkat dalam puisi ini adalah penderitaan akibat dari penggusuran.
O tanah-tanah yang segera rata berubahlah menjadi pabrik-pabriknya
kita pun lalu kembali bergerak seperti jamur liar di pinggir-pinggir kali
menjarah tanah-tanah kosong mencari tanah pemukiman di
sini beranak
cucu melahirkan anak suku-suku terasing
yang akrab dengan peluh dan matahari
Budi Waluyo dalam wawancara dengan peneliti mengungkapkan bahwa Puisi-puisi Wiji Thukul itu selalu berbicara tentang nasib rakyat
pinggiran yang tersisih dari riuhnya atau kejamnya kehidupan. Wiji Thukul selalu menyatakan bahwa puisi-puisinya adalah menyuarakan apa
yang dia alami. Pada puisi ini, Wiji Thukul juga mengalami hal yang demikian. Mencoba menjalani hidupnya ketika tersisih. Dan ia sadar,
kenyataan hidup pahit ini nantinya juga akan dialami anak cucunya. 6
Catatan
Pokok persoalan yang diangkat dalam puisi Catatan adalah penderitaan penyair yang menjadi buronan pemerintah karena penyair
memperjuangkan hak-hak rakyat yang direbut oleh pemerintah. Penderitaan penyair yang harus berpisah dengan keluarganya.
aku pasti pulang dan pasti pergi lagi karena hak
telah dikoyak-koyak tidak di kampus
tidak di pabrik tidak di pengadilan
bahkan rumah pun mereka
masuki muka kita sudah diinjak
lxxxii Puisi ini mengisahkan bahwa penyair sangat diburu oleh para penguasa,
karena puisi-puisinya. Haknya bersuara telah dirampas, bahkan haknya utnuk hidup pun telah dikoyak-koyak. Betapa penyair sangat marah pada waktu puisi ini
dibuat, namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk melawan pemerintah.
c. Kritik terhadap perlawanan kaum miskin