27
BAB II PENGATURAN PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN PAJAK
PENGHASILAN DI INDONESIA
A. Pengertian Pajak Penghasilan dan Dasar Hukumnya
1. Pengertian Pajak
Pada hakekatnya pengertian pajak berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana kita memandang masalah pajak ini, namun substansi dan tujuannya
sama. Sampai saat ini tidak ada pengertian pajak yang sifatnya universal, maka masing-masing sarjana yang melakukan kajian terhadap pajak memberikan
pengertian sendiri.
Pajak memiliki berbagai definisi, yang pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbal jasa yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
40
Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
41
40
Mardiasmo, Perpajakan edisi revisi, Andi, Yogyakarta, 2006, hal 1
41
R. Santoso Brotodihardjo, SH. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama,Cet
Pertama Edisi Keempat, Bandung, 2003, hal 2
Universitas Sumatera Utara
Sommerfeld, memberikan pengertian bahwa pajak adalah suatu pengalihan sumber-sumber yang wajib dilakukan dari sektor swasta kepada sektor pemerintah
berdasarkan peraturan tanpa suatu imbalan kembali yang langsung dan seimbang, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya dalam menjalankan
pemerintahan.
42
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur- unsur:
43
a. Iuran dari rakyat kepada Negara yang berhak memungut pajak hanyalah
Negara, b.
Berdasarkan undang-undang pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya;
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah digunakan untuk membiayai
rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dengan demikian, bagi Negara pajak merupakan penerimaan yang strategis untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara dan sekaligus sebagai
kebersamaan sosial asas gotong royong untuk ikut bersama-sama memikul pembiayaan Negara.
44
Dari definisi diatas dapat dirumuskan bahwa pajak ialah iuran wajib dari rakyat kepada Negara sebagai wujud peran serta dalam
42
Muqodim, Perpajakan Buku Satu, UII Press, Yogyakarta, 1999, hal 1.
43
Ibid., hal 3
44
Wirawan B.Ilyas, Rudy Suhartono, Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2007, hal 2
Universitas Sumatera Utara
pembangunan yang pengenaannya berdasarkan undang-undang dan tidak mendapat imbalan secara langsung serta dapat dipaksakan kepada mereka
melanggarnya. 2. Pengertian Penghasilan
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 tentang Pajak Penghasilan PPh adalah: setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan. Penghasilan untuk keperluan pajak harus menekankan kepada kemampuan
ekonomis yang dapat dipakai sebagai konsumsi. Terdapat tiga hal penting dalam batasan penghasilan, yaitu:
45
a. menentukan bahwa suatu penghasilan adalah objek pajak bertujuan agar wajib pajak mendapatkan kepastian apakah suatu jenis penghasilan
merupakan objek pajak sehingga tidak terdapat keragu-raguan dalam menentukan suatu objek pajak.
b. mendefinisikan penghasilan adalah mencari benang merah dari suatu pengertian sehingga didapatkan suatu pemahaman yang sama oleh setiap
orang tentang definisi dari penghasilan.
45
Mansyuri. Panduan Konsep Utama Pajak Indonesia, PT Bina Karya, Jakarta, 2002, hal 7
Universitas Sumatera Utara
3. Pengertian Pajak Penghasilan Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1983 tentang
pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2008 pasal 1 pajak penghasilan adalah pajak
yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenakan pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang-undang ini disebut wajib pajak. Wajib
pajak dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak ataudapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian
tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahu pajak dalam undang-undang ini adalah
tahun takwim, namun wajib pajak dapat menggunakan tahu buku yang tidak sama dengan tahun takwim, sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu dua
belas bulan.
46
Subjek pajak penghasilan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pada pasal 2 ayat 1 adalah
a. Orang Pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
46
Penjelasan pasal 1 undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Tahun Pajak Sama Dengan Tahun Takwim; Pembukaan dimulai 1 januari dan berakhir 31
desember disebut tahun pajak Tahun Pajak Tidak Sama Dengan Tahun Takwim Pembukuan dimulai 1 juli dan berakhir
30 juni.
Universitas Sumatera Utara
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi
sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
b. Badan Badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek
pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan
Pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak. Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan,
Universitas Sumatera Utara
perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
c. Badan usaha tetap
47
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Adapun fungsi dari pajak itu sendiri adalah sebagai berikut; a.
Fungsi budgetair, yang disebut pula sebagai fungsi penerimaan dan sumber utama kas negara. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh : Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam
negeri. b.
Fungsi reguler, yang disebut pula sebagai fungsi mengatur alat pengatur kegiatan ekonomi. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga
konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.
c. Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan
pembangunan. Kas negara yang telah terisi dan bersumber dari pajak yang
47
Penjelasan Bab II pasal 2 ayat 1 Subjek Pajak pada Undang-undang nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
telah terhimpun, harus dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan dalam segala bidang.
d. Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan.
Wajib pajak harus membayar pajak, pajak tersebut digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang. Pemakaian pajak untuk biaya
pembangunan tersebut, harus merata ke seluruh pelosok tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya bersama.
48
2. Dasar Hukum Pajak
Hukum pajak harus memberikan jaminan hukum dan keadilan yang tegas, baik untuk Negara selaku pemungut pajak fiskus maupun kepada rakyat selaku
wajib pajak. Indonesia menganut paham hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam undang-undang, hal ini tercantum dalam Pasal 23A
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-
Undang”. Lebih lanjut dalam penjelasannya dikatakan oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala
tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan UU, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
DPR. Pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor publik. Akibatnya
dari pemindahan sumber daya tersebut, akan mempengaruhi arus dana, daya beli
48
http:fungsi-manfaat.comjenis-dan-fungsi-pajak.html diakses pada tanggal 6 maret 2015
Universitas Sumatera Utara
dan kemampuan belanja sektor privat. Oleh karena pajak dipungut dari rakyat dan membebankan rakyat, maka harus mendapatkan persetujuan dari rakyat melalui
Dewan Perwakilan Rakyat DPR seperti yang dinyatakan Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa segala pemungutan pajak
harus berdasarkan undang-undang.
49
Adapun dasar hukum dari undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan adalah sebagaimana tertera dalam bagian mengingat dari
undang-undang ini sendiri yaitu; 1. Pasal 5 ayat 1, Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesiza Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740; 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
49
Wirawan B.Ilyas, Rudy Suhartono, Op.cit., hal 2
Universitas Sumatera Utara
2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985;
50
B. Asas-asas Dasar Pajak Penghasilan