Haemophilus influenzae. Beberapa studi mengungkapkan keterlibatan kapsul dalam mengganggu aktivitas komplemen. Beberapa tipe pili juga terdapat pada
permukaan bakteri dan kemungkinan bertujuan untuk melekatnya bakteri pada epitel saluran napas dan saluran kemih. Diantara kesemua spesies pada kelompok
Enterobacteriaceae, Klebsiella yang kini dianggap paling resisten terhadap antibiotik Ryan et al., 2010.
2.2 Tanaman Jahe
Jahe Zingiber officinale berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Jahe merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku
temu-temuan Zingiberaceae Paimin, 2008. Jahe merupakan bahan pokok yang biasa digunakan di banyak obat-obatan tradisional Cina sejak abad ke-4 SM,
begitu pula orang-orang Yunani dan Romania gunakan dalam makanan Melvin et al., 2009.
Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya ada tiga jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe gajah atau jahe besar var. Roscoe, jahe putih kecil atau
jahe emprit var. Amarum, dan jahe merah var. Rubrum Gambar 5. Jahe merah merupakan salah satu spesies jahe yang tersebar di wilayah Indonesia. Jahe
merah secara morfologis mirip dengan jahe biasa, tetapi rimpang dari jenis ini lebih kecil dan rasanya lebih pedas, berwarna merah di luarnya dengan kuning
hingga merah muda di bagian dalamnya. Banyak jahe jenis tersebut yang digunakan sebagai makanan dan pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit
Koswara et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Jenis-Jenis Jahe Koswara, 1995. 2.2.1 Morfologi
Jahe merupakan herbal, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Batang semu, beralur, berwarna hijau. Daun tunggal, berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk
lanset, tepi rata, ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun lebih kurang 20-40 cm dan lebarnya sekitar 2-4 cm. Rimpangnya bercabang-cabang,
tebal dan agak melebar, berwarna merah sampai jingga. Bagian dalam rimpang berserat agak kasar, berwarna kuning muda dengan ujung merah muda. Rimpang
berbau khas, dan rasanya pedas menyegarkan Matondang, I, 2006.
2.2.2 Taksonomi Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Musales Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Spesies : officinale
Paimin, 2008
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Komposisi Jahe Tabel 2.1 Komponen dalam Jahe Tim Lentera, 2002.
Komponen Jumlah
Jahe Segar Jahe Kering
Energi KJ 184,0
1424,0 Protein g
1,5 9,1
Lemak g 1,0
6,0 Karbohidrat g
10,1 70,8
Kalsium mg 21
116 Phospat mg
39 148
Besi mg 4,3
52 Vitamin A SI
30 147
Thiamin mg 0,02
- Niasin mg
0,8 5
Vitamin C mg 4
- Serat Kasar g
7,53 5,9
Total abu g 3,70
4,8 Magnesium mg
- 184
Natrium mg 6,0
32 Kalium mg
57,0 1342
Seng mg -
5
Secara umum, komponen senyawa kimia yang terkandung dalam jahe terdiri dari minyak menguap volatile oil, minyak tidak menguap nonvolatile oil,
dan pati. Minyak atsiri termasuk jenis minyak menguap dan merupakan suatu komponen yang memberi bau yang khas. Kandungan minyak tidak menguap
disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas. Rimpang jahe merah selain mengandung senyawa-senyawa kimia tersebut, juga
mengandung gingerol, 1,8-cincole, 10-dehydro-gingerdione, 6-gingerdione, arginine, a-
linolenic acid, aspartic, β-sitosterol, caprylic acid, capsaicin,
Universitas Sumatera Utara
chlorogenis acid, farnseal, farnesene, farnesol, dan unsur pati seperti tepung kanji, serta serat-serat resin dalam jumlah sedikit Tim Lentera, 2002.
Berdasarkan beberapa penelitian, dalam minyak atsiri jahe terdapat unsur- unsur n-nonylaldehyde, d-camphene, d-
β-phellandrene, methyl heptenone, cineol, d-borneol, geraniol, linalool, actates, dan caprylate, citral, chavicol, dan
zingiberene. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber bahan baku terpenting dalam industri farmasi atau obat-obatan Tim Lentera, 2002.
Diantara ketiga jenis jahe, jahe merah lebih banyak digunakan sebagai obat karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi, sehingga
lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Kandungan minyak atsiri jahe merah berkisar antara 2,58-3,72 bobot kering, sedangkan jahe gajah
0,82-1,68 dan jahe emprit 1,5-3,3. Selain itu, kandungan oleoresin jahe merah juga lebih tinggi dibandingkan jahe lainnya, yaitu 3 dari bobot kering Koswara,
2012. Sekitar 115 bahan aktif telah diidentifikasi melalui berbagai proses analitik
dari jahe yang segar maupun yang telah dikeringkan. Gingerol adalah bahan aktif terbanyak yang ditemukan pada jahe segar, sedangkan shogaol yang merupakan
hasil proses dehidrasi dari gingerol ditemukan lebih banyak pada jahe kering. Jahe telah dibagi menjadi 14 senyawa bioaktif, yakni [4]-gingerol, [6]-gingerol, [8]-
gingerol, [10]-gingerol, [6]-paradol, [14]-shogaol, [6]-shogaol, 1-dehydro-[10]- gingerdione, [10]-gingerdione, hexahydrocurcumin, tetrahydrocurcumin,
gingerenone A, 1,7-bis-4’hydroxyl-3’methoxyphenyl-5-methoxyheptan-3-one, dan methoxy-[10]-gingerol. Proporsi dari setiap komponen dari jahe bergantung
pada asalnya, proses komersialnya, dan apakah jahe tersebut kering, segar, maupun sudah diproses Bode dan Dong, 2011.
2.2.4 Kegunaan Jahe sebagai Obat Tradisional Berdasarkan sejarahnya, tanaman obat menjadi sumber dari senyawa obat-
obatan sintetik. Produk derivat tumbuhan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kesehatan manusia. Begitu banyak peneliti di seluruh dunia telah
Universitas Sumatera Utara
melaporkan kegunaan antimikroba dari beberapa tanaman obat dan telah mengidentifikasi bahan aktifnya Karrupiah dan Rajaram, 2012.
Penggunaan jahe yang paling sering adalah untuk mengurangi gejala mual dan muntah. Keuntungan dan kerugian dari tanaman herbal dalam mengobati
pencernaan telah dibahas dan beberapa penelitian melaporkan bahwa jahe secara umum efektif sebagai antiemetik. Efektivitas jahe sebagai antiemetik oleh karena
adanya efek carminative yang dimilikinya, sehingga mampu membuang gas yang terdapat pada pencernaan. [6]-gingesulfonic acid yang terdapat pada jahe pun
efektif melawan lesi lambung yang diinduksi HCl atau etanol Bode dan Dong, 2011.
Jahe adalah tanaman obat yang dipakai di seluruh dunia. Jahe segar biasa digunakan untuk mengatasi penakit seperti batuk, mual, asma, kolik, palpitasi
jantung, dispepsia, perut kembung, kurang nafsu makan, maupun rematik, sama halnya pada masa Cina Kuno. Di abad ke-19, jahe disajikan dalam bentuk jus
yang dicampur dengan sedikit jus bawang segar dan madu, sebagai obat yang dikenal dapat menyembuhkan batuk dan asma Karrupiah dan Rajaram, 2012.
Menurut Giyarto 2002, khasiat rimpang jahe adalah sebagai pelega perut, obat batuk, obat rematik, penawar racun, antitusif, laksatif dan antasida, juga
sebagai antioksidan, dan serbuk jahe merah berperan sebagai anti inflamasi, bahkan menurut Winarto 2007 efek jahe terhadap kulit, yaitu dapat merangsang
regenerasi sel kulit.
2.2.5 Efek Antibakteri Jahe memiliki efek antibakteri yang sudah diteliti dan terbukti pada
beberapa studi yang dilakukan di seluruh dunia. Ekstrak etanol dari rimpang jahe yang diujikan memiliki aktivitas antibakteri melawan lima jenis isolat yang
didapatkan dari klinis dengan rentang zona inhibisinya diantara 4-16 mm. Hasil maksimum didapatkan pada Bacillus sp. 16,55 mm diikuti dengan E. coli 15,50
mm dan P. aeruginosa 14,55 mm. Sedangkan bila diujikan dengan ekstrak kasar crude extracts, Konsentrasi Hambat Minimal atau Minimum Inhibitory
Concentration MIC cukup rendah pada P. aeruginosa yakni 67,00 μgml diikuti
Universitas Sumatera Utara
dengan S. aureus 68,45 μgml dan Proteus sp. 70,20 μgml. Kandungan
gingerol pada jahe tersebut yang diyakini mampu menunjukkan sifat antimikroba dan antijamur. Potensi antimikroba juga dipercaya oleh karena kandungan tanin,
saponin, senyawa fenol, essential oils, dan flavonoid Karrupiah dan Rajaram, 2012.
Zingiber officinale diyakini sinergis dengan beberapa jenis obat antimikroba, seperti tetrasiklin dan netilmisin dalam menghambat protein sintesis
dari Staphylococcus aureus, dengan MIC 90 yakni 3,56 mgml Betoni et al., 2006. Bahkan dalam penelitian, rimpang Z. officinale memiliki aktivitas
antibakteri yang baik dan bisa disamakan dengan beberapa jenis antimikroba sesuai ekstrak yang digunakan. Ekstrak metanol dari Z. officinale dapat digunakan
seperti asam traneksamat, gentamisin, sefuroksin, dan metronidazol dalam pengobatan infeksi S. aureus, serta asam traneksamat dan metronidazol dalam
pengobatan P. aeruginosa Khalid et al., 2011. Ekstrak metanol yang terdapat pada tumbuhan terbukti lebih efektif dalam melawan bakteri. Semakin besar
kapasitas ekstrak metanol suatu tumbuhan, maka semakin banyak jumlah bagan aktifnya yang memiliki aktivitas antibakteri. Melvin et al., 2009.
2.3. Ekstraksi