commit to user 19
keluarga, maupun penanganan untuk hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan hidup yang dapat berdampak akibat perumahan dan permikiman.
2.2.5. Perbandingan Antar Wilayah Terbangun Build Up Area Dengan
Wilayah Terbuka Open Space Sebesar 70 : 30
Menurut Program Pembangunan Perumahan PROPERNAS dan sesuai dengan RTRW dan RUTRK Kabupaten Klaten, peraturan yang harus dipenuhi oleh
pengembang dalam membangun suatu perumahan adalah pengembang harus membagi daerah peruntukan dan wilayah terbuka 70 : 30. Realisasasi dari
aturan ini adalah pembagian antara luasan hunian total sebesar 70 dan luas wilayah terbuka jalan dan ruang terbuka sebesar 30. Tujuan dari ketentuan
luasan total hunian sebesar 70 adalah untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Dampak yang dirasakan paling nyata dalam hal ini adalah
terkait dengan pasokan air bersih di lahan kita. Semakin kecil luasan hunian, berarti semakin luas lahan yang tidak terbangun, yang berarti semakin luas
permukaan lahan lokasi yang berpotensi untuk meresapkan air ke dalam tanah. Banyaknya air yang meresap pada tanah tersebut akan mempengaruhi pasokan air
bersih di sumur yang berada di kawasan tersebut.
2.2.6. Prasarana, Sarana dan Utilitas lingkungan Perumahan
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana adalah fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan
kawasan yang membutuhkan pengelolaan berkelanjutan dan professional agar dapat memberikan pelayanan memadai pada masyarakat. Pengembang perumahan
harus menyiapkan prasarana, sarana dan utilitas pendukung yang sesuai dengan klasifikasi perumahan yang dibangun agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga,
misalnya membuat saluran air bersih dan air kotor, memasang jaringan telepon, jaringan listrik, melakukan pengerasan jalan yang menuju lokasi perumahan dan
commit to user 20
sebagainya sehingga memperlancar sirkulasi lalu lintas dari perumahan dan menuju perumahan.
2.2.7. Sarana Terbuka Hijau
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, ruang terbuka merupakan komponen berwawasan
lingkungan. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau RTH ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 14 tahun 1988, yang menyatakan “Ruang terbuka hijau
yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman dalam pemanfaatan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya
fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05PRTM2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain : 1.
Penyediaan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu Fungsi RTH pada kategori ini yaitu untuk perlindungan atau pengamanan,
sarana dan prasarana misalnya untuk melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan pengguna lahan
agar fungsi utamanya tidak terganggu. 2.
Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Fungsi RTH pada kategori ini untuk menentukan luas RTH berdasarkan
umlah penduduk dilakukan dengan mengalihkan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH perkapita sesuai peraturan yang
berlaku. 3.
Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah perkotaan adalah sebagai berikut :
a. Ruang Terbuka Hijau RTH di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH Privat;
commit to user 21
b. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 yang
terdiri dari 20 RTH Publik dan 10 RTH Privat; c.
Apabila luas RTH baik public maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, memiliki proporsi tersebut harus dipertahankan keberadaannya.
Standar ruang terbuka lingkungan tempat perumahan dan rekreasi sangat bervariasi. Persyaratan ruang terbuka hijau didasarkan pada luas wilayah dan
berdasarkan jumlah penduduk. Untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan bahwa ruang terbuka hijau publik milik pemerintah dan terbuka untuk umum dan privat
perorangan paling sedikit 10 dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan atau mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika di dalam
suatu perumahan memiliki RTH lebih besar dari 20, maka : 1.
Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air; 2.
Penyegaran udara; 3.
Mengendalikan banjir dan pengatur tata air.
Berikut ini adalah rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah terbangun dengan wilayah terbangun :
Wilayah terbangun = .................................. 2.5
Berikut ini adalah rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah terbangun dengan wilayah terbangun :
Wilayah terbuka = .................................... 2.6
commit to user
22
BAB 3 METODE PERENCANAAN
3.1. Lokasi dan Waktu Perencanaan
Lokasi perencanaan ini dilakukan di Perumahan Galmas Residence Tahap II Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten. Waktu survey dilaksanakan pada bulan
Juni tahun 2010.
3.2. Obyek Perencanaan
Obyek perencanaan ini adalah : Areal persawahan yang berada di sebelah barat Perumahan Galmas Residence
Tahap II Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten.
3.3. Langkah-Langkah Perencanaan
Perencanaan ini dilakukan secara bertahap, langkah-langkah perencanaan ini adalah :
1. Permohonan ijin
2. Mencari data atau informasi
3. Survey lapangan
4. Mengolah data
5. Penyusunan laporan