Latar belakang keterlibatan militer dalam bisnis pada Era Orde Baru Keberadaan bisnis militer pada Era Orde Baru

72 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Latar belakang keterlibatan militer dalam bisnis pada Era Orde Baru

Posisi militer pada Era Orde Baru sangat strategis dibanding golongan sipil. Dimana militer sebagai didikan tentara PETA pada masa lampau yang mahir dalam penguasaan persenjataan, memiliki dukungan politik yang cukup untuk melaksanakan kekuasaan, selain itu karena faktor ekonomi yang menjadikan kaum militer berkecimpung dalam dunia bisnis yaitu APBN kurang mencukupi kebutuhan dalam kemiliteran dan untuk mencukupi kebutuhan hidup, karena budget yang disediakan oleh APBN sebagai sumber pembiayaan tetap sekitar 25-30 dari keseluruhan kebutuhan dan yang menjadi landasan bagi militer untuk berbisnis yaitu adanya PP No.6 tahun 1974 tentang pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta.

2. Keberadaan bisnis militer pada Era Orde Baru

Masa orde baru dipimpin oleh seorang pemimpin yang sangat otoriter. Kebijakan yang diterapkan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu sektor pembangunan ekonomi, bukan pada kebijakan pembangunan militer sehingga keberadaan militer menjalankan bisnis pada Era Orde Baru menjadikannya konglomerat Indonesia, walaupun ada sanksi dipecat , tetapi kenyataannya bisnis tetap langgeng. Hal itu tidak lepas dari adanya PP No 6 tahun 1974 tentang pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta termasuk militer. Bisnis dari masing-masing satuan pada Era Orde Baru misalnya, angkatan darat mengelola yayasan kartika eka paksi, angkatan udara mengelola yayasan adi upaya, angkatan laut mengelola yayasan bhumyamcha serta polri mengelola brata bhakti. Sedangkan bisnis BUMN yang dikelola militer antara lain penguasaan sepenuhnya komoditi ekspor terpenting Indonesia yaitu minyak yang diserahkan kepada Mayor Jenderal Ibnu Sutowo, sebuah badan baru Badan Logistik NasionalBulog didirikan dan dikepalai oleh Brigadir Jenderal Achmad Tirtosudiro yang memegang kuasa penuh atas perdagangan bahan mentah, sedang Brigadir Jenderal Suhardiman menguasai perusahaan dagang raksasa, PT Berdikari.

3. Keterlibatan militer dalam bisnis sangat mempengaruhi tingkat