commit to user
Exchange
,
Socially Responsible Investment
SRI
Index
pada
London Stock Exchange
maupun
FTSE4Good Index Series
pada
Financial Times Stock Exchange.
4. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan PROPER
Di Indonesia, untuk mendorong perusahaan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, dalam beberapa tahun terakhir Kementerian Lingkungan
Hidup KLH telah melaksanakan program lingkungan yang diberi nama PROPER atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Effendi,
2008. Program ini pada awalnya dikenal dengan nama PROPER PROKASIH Program Kali Bersih. PROPER mulai dikembangkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup sebagai salah satu alternatif instrumen penaatan sejak tahun 1995. Alternatif instrumen penaatan ini dilakukan melalui
penyebaran informasi tingkat kinerja penaatan masing – masing perusahaan
kepada
stakeholder
pada skala nasional. Para
stakeholder
diharapkan dapat menyikapi secara aktif informasi tingkat penaatan ini, dan mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan
kinerja pengelolaan lingkungannya. Dengan demikian dampak lingkungan dari kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi. Dengan kata lain, PROPER
merupakan
Public Disclosure Program for Environmental Compliance
. PROPER bukan pengganti instrumen penaatan konvensional yang ada,
seperti penegakan hukum lingkungan perdata maupun pidana. Program ini merupakan komplementer dan bersinergi dengan instrumen penaatan lainnya.
commit to user Dengan demikian upaya peningkatan kualitas lingkungan dapat dilaksanakan
dengan lebih efisien dan efektif. Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER adalah mendorong penataan
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan disinsentif Benefita, 2010. PROPER merupakan salah satu bentuk kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan
– undangan. Selanjutnya, PROPER juga merupakan perwujudan transparansi
dan demokratisasi dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia Pasaribu, 2009. Penerapan instrumen ini merupakan upaya untuk menerapkan sebagian
dari prinsip – prinsip
corporate governance transparancy, fairness,
accountability
dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan KLH, 2008.
Untuk memudahkan komunikasi dengan para
stakeholder
dalam menyikapi hasil kinerja penaatan perusahaan, maka peringkat kinerja
perusahaan dikelompokkan dalam lima peringkat warna. Dalam aspek komunikasi, penggunaan peringkat warna akan lebih mudah dipahami dan
diingat oleh masyarakat. Penggunaan peringkat warna juga memberikan efek insentif dan disinsentif reputasi bagi masing
– masing perusahaan Rasudin, 2006. Lima peringkat warna yang digunakan mencakup peringkat Hitam,
Merah, Biru, Hijau, dan Emas.
commit to user Tabel 2.1 Peringkat Warna PROPER
Tingkat Penaatan
Alternatif Peringkat Efek
publikasi yang
diharapkan Lebih dari
taat A
Insentif Reputasi
Penghargaan
Stakeholder
B Taat
C Belum taat
D Disinsentif
Reputasi Tekanan
Stakeholder
E
Terdapat 8 aspek dan 42 karakteristik untuk menilai kinerja lingkungan dengan 5 peringkat: 1
Gold
dengan 42 karakteristik, 2
Green
dengan 37 karaketeristik penilaian, 3
Blue
dengan 19 karakteristik, 4
Red
dengan 5 karakteristik, serta 5
Black
dengan karakteristik kurang dari 5
Ja’far, 2006. Delapan aspek PROPER tersebut meliputi: 1 Pencemaran air, 2 Pencemaran laut, 3 Pencemaran udara, 4 Pengolahan limbah B3 Bahan
Beracun dan Berbahaya, 5 AMDALUKLUPL, 6 Penggunaan sumber daya, 7 Sistem manajemen lingkungan, dan 8 Partisipasi dan hubungan
masyarakat. Bagi pemerintah, PROPER dapat digunakan sebagai instrumen untuk
mengukur kinerja pengelolaan lingkungan makro yang telah dilakukan di tingkat pusat maupun daerah. PROPER juga dapat menjadi pendorong untuk
penerapan sistem basis data modern. Bagi perusahaan, informasi peringkat PROPER dapat digunakan
sebagai
benchmark
untuk mengukur kinerja perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang berperingkat Hijau atau Emas, PROPER dapat digunakan
sebagai alat untuk mempromosikan perusahaan. PROPER dapat juga
commit to user digunakan dalam mendorong perusahaan untuk melakukan upaya lebih dari
taat, seperti melaksanakan konservasi sumber daya alam atau
eco
–
efficiency.
Selain itu bagi investor, konsultan,
supplier
, dan masyarakat, dapat menjadikan PROPER sebagai balai kliring untuk mengetahui kinerja penaatan
perusahaan. PROPER dapat digunakan investor untuk mengukur tingkat risiko investasi mereka. Konsultan dan
supplier
dapat memanfaatkan informasi kinerja penaatan perusahaan untuk melihat prospek peluang bisnis yang ada.
Informasi PROPER dapat menunjukkan tingkat tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan bagi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan perusahaan.
Menurut Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup 2006, saat ini data PROPER sudah banyak digunakan
oleh berbagai pihak untuk mengetahui tingkat kinerja penaatan pengelolaan lingkungan pada perusahaan. Sektor perbankan merupakan pihak yang paling
banyak menggunakan data PROPER, selain itu data PROPER juga digunakan oleh beberapa investor yang akan melakukan
due
–
diligence
.
5.
Corporate Governance
Committee Cadbury mendefinisikan
Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2002:1 sebagai:
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan
intern
dan
ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan
kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
commit to user Menurut Ho dan Wong 2001,
corporate governance
dipandang sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggungjawab
masing – masing kelompok
stakeholder
dalam sebuah perusahaan dimana transparansi merupakan indikator utama standar
corporate governance
dalam sebuah ekonomi.
Corporate governance
diperkenalkan untuk mengontrol masalah agen dan memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan harapan para
pemegang saham. Selain itu, pengaruh dari
corporate governance
terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan termasuk
environmental disclosure
dapat bersifat sebagai tambahan atau pengganti Ho dan Wong, 2001. Secara umum,
corporate governance
diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan
perundang – undangan yang berlandaskan pada beberapa prinsip dasar.
Menurut
Forum for Corporate Governance in Indonesia
2002 sebuah organisasi
profesional non
pemerintah NGO
yang bertujuan
mensosialisasikan praktik
corporate governance,
prinsip – prinsip dasar
tersebut antara lain sebagai berikut: 1.
Pertanggungjawaban
responsibility
. Tanggungjawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham tetapi juga kepada
stakeholders
. 2.
Transparansi
transparency
. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan.
commit to user 3.
Akuntabilitas
accountability
. Perusahaan
harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. 4.
Kesetaraan dan kewajaran
Fairness
. Dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran
5. Independensi
Independency
. Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing – masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Salah satu aspek penting dalam
corporate governance
adalah Dewan Pengurus Perseroan
Board of Directors
. Menurut FCGI 2002, terdapat 2 sistem yang berkaitan dengan bentuk dewan dalam perusahaan, yaitu
one tier system
sistem satu tingkat dan
two tiers system
sistem dua tingkat. Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum
Anglo – Saxon. Dalam hal ini perusahaan hanya mempunyai satu dewan
direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior direktur eksekutif dan direktur independen yang bekerja
dengan prinsip paruh waktu non direktur eksekutif, dimana non direktur eksekutif diangkat karena kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara
– negara dengan
one tier system
misalnya Amerika Serikat dan Inggris.
commit to user
Gambar 2.1 Struktur
Board of Director
dalam
One Tier System
sumber: FCGI, 2002
Sementara itu, untuk
two tiers system
dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum kontinental Eropa. Dalam hal ini perusahaan
mempunyai 2 badan terpisah yaitu dewan pengawas dewan komisaris dan dewan manajemen dewan direksi. Tugas dewan direksi adalah mengelola
dan mewakili perusahaan dibawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem ini anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu
dapat diganti oleh dewan komisaris. Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal
– hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Tugas dewan komisaris utama adalah bertanggungjawab
untuk mengawasi tugas – tugas manajemen. Dalam hal ini dewan komisaris
tidak boleh melibatkan diri dalam tugas – tugas manajemen dan tidak boleh
mewakili perusahaan dalam transaksi – transaksi dengan pihak ketiga.
Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Negara
– negara dengan
two tiers system
adalah Denmark, Jerman, Belanda dan Jepang. Sebagai akibat penjajahan Belanda
sistem hukum di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda, maka hukum
General Meeting of the Shareholders GMoS
Boards of Directors
Executive Director
Non- Executive
Director
commit to user perusahaan Indonesia menganut
two tiers system
untuk sistem dewan dalam perusahaan.
Gambar 2.2 Struktur
Board of Commissioner
dan
Board of Director
dalam
Two Tiers System
yang diadopsi oleh Belanda sumber: FCGI, 2002
Menurut Herwidayatmo 2000, Indonesia menganut
two tiers system
yang berarti bahwa komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan komisaris.
Berdasarkan kerangka hukum yang ada, fungsi
independent directors
pada
single
–
boards syst
em dapat direpresentasikan dengan fungsi dewan komisaris pada
two
–
board system
. Oleh karena itu, sistem pengawasan yang ada pada perusahan di Indonesia terletak di dewan komisaris.
Gambar 2.3 Struktur
Board of Commissioner
dan
Board of Director
dalam
Two Tiers System
yang diadopsi oleh Indonesia sumber: FCGI, 2002
Menururt Egon Zehnder dalam FGCI, 2002, dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance
yang ditugaskan untuk menjamin
Dewan Komisaris Dewan Direksi
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS General Meeting of The Shareholders GMoS
Board of Commissioner BoC Board of Directors BoD
commit to user pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola
perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan keberadaan komisaris
independen dalam komposisi dewan komisarisnya John dan Senbet, 1998. Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan
Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia BEI Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1
Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEI wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proposional sebanding dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen 30 dari jumlah seluruh anggota
komisaris. Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris biasanya mengadakan pertemuan rutin baik itu intenal maupun eksternal dengan pihak
lain. Dewan komisaris harus mengadakan rapat minimal sebanyak 4 kali dalam setahun. Hal ini bertujuan agar kelangsungan perusahaan dapat terjaga
corporate govenance guidelines
, 2007. Peran pengawasan yang dilakukan dewan komisaris perusahaan di
Indonesia belum memadai Herwidayatmo, 2000. Untuk itu diperlukan suatu komite untuk membantu tugas dan fungsi dewan komisaris yang disebut
dengan Komite Audit. Menurut FGCI 2002, komite audit memiliki tugas terpisah
dalam membantu
dewan komisaris
untuk memenuhi
tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.
commit to user Pada bulan Mei tahun 2000 Bapepam menerbitkan surat edaran kepada
para emitenperusahaan untuk memiliki komite audit. Komite audit sering ditunjukkan sebagai sebuah kesuksesan
corporate governance
, karena keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk
meningkatkan pengendalian dalam perusahaan Forker, 1992. Komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja
perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer Menon dan Williams, 1994. Komite audit mempunyai tugas memberikan pendapat profesional yang
independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal – hal yang
disampaikan oleh direksi Herwidayatmo, 2000. Dalam tugasnya membantu dewan komisaris untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparasi
perusahaan, maka komite audit dituntut harus independen. Menurut McMullen 1996, keberadaan anggota komite audit yang
independen akan meningkatkan transaparasi komite audit dalam menjalankan tugasnya. Agar tugas dan tanggungjawabnya berjalan dengan baik, komite
audit minimal mengadakan rapat 4 kali dalam satu tahun
corporate governance guidelines
, 2007. Semakin tinggi proporsi
outsider
maka pertemuan
audit comittee
akan semakin sering, dimana hubungan antara komposisi dewan dan frekuensi pertemuan akan merefleksikan
monitoring
komite audit. Jadi apabila komite audit semakin sering melakukan pertemuan rapat maka akan meningkatkan kinerja perusahaan Menon dan Williams,
1994.
commit to user
B. Kaitan