commit to user kerugian kompetitif
competitive disadvantage
karena perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut. Hasil ini
konsisten dengan penemuan riset sebelumnya seperti Cowen, Ferreri Dan Parker 1987, Patten 1991; Hackston Dan Milne 1996; Suda dan Kokubu 1994;
Park 1999; Yuliani 2003; Sembiring 2003; Choiriyah 2010 dan Diah 2010. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas yang tinggi dari
suatu perusahan tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut lebih banyak melakukan pengungkapan lingkungan hidup.
2. Uji Korelasi
Uji korelasi Pearson dan Spearman pada penelitian ini digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara
environmental performance
dengan
environmental disclosure
di Indonesia. Hasil uji korelasi Pearson dan Spearman dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi
Env_Perf Env_Disc Env_Perf
Pearson Correlation 1
0.349 Sig
0.027
Env_Disc Spearman Correlation
0.335 1
Sig 0.034
Correlation is significant at the 0.05 level
commit to user Dari hasil uji korelasi baik dengan uji Pearson maupun uji Spearman
diperoleh hasil ρ
–
value
0,027 dan 0,034 yang berada di bawah tingkat signifikan 5. Hasil ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara
environmental performance
dengan
environmental disclosure
di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa: 1 perusahaan yang mengungkapkan tanggungjawab
lingkungannya terbukti memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak mengungkapkan tanggungjawab lingkungannya Pava dan Krausz,
1996; Lindrianasari, 2007; dan 2 perusahaan dengan kinerja lingkungan yang rendah memiliki tingkat pengungkapan lingkungan hidup yang buruk karena
umumnya perusahaan tersebut memang memiliki keterbatasan item – item
pengungkapan lingkungan hidup Guthrie dan Parker, 1990. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Al
– Tuwaijri et al. 2003 yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan yang baik akan mendorong
dilakukannya pengungkapan yang baik pula. Hal ini seperti yang dilakukan oleh PT Bukit Asam, dimana sesuai hasil PROPER tahun 2008 PT Bukit Asam
memperoleh peringkat Hijau atau ”Lebih dari Taat” serta mengungkapkan 7 aspek
dari 8 aspek PROPER dalam laporan tahunan perusahaan. PT Bukit Asam dalam
annual report
– nya mengungkapkan, ”Perseroan merupakan perusahaan tambang batubara yang menerapkan
metode penambangan terbuka, baik secara
continues mining
dengan menggunakan BWE system maupun secara konvensional dengan
menggunakan
Shovel Truck
. Untuk mengurangi dampak kegiatan pertambangan bagi lingkungan dan masyarakat, Perseroan melakukan
kegiatan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Parameter indikator sasaran lingkungan yang telah ditetapkan oleh Perseroan pada
tahun 2008 adalah sebagai berikut :
commit to user
No Parameter
Rencana 2008
2008 Aktual
1 Melakukan revegetasi lahan ha
110 181
2 Menjamin Keluaran Air dari Tambang
Memenuhi Baku Mutu Lingkungan BML sesuai Per Gub Sumsel No. 18 Th
2005 pH
6 - 9 6.01 - 7.85
TSS 300 mglt
2 – 142
Fe 7 mglt
0.018 - 5.76 Mn
4 mglt 0.023-0.986
3 Menjamin Kualitas Udara Ambien dan Emisi
Udara di Area Tambang dan Sekitarnya Memenuhi Baku Mutu
Lingkungan BML sesuai Per Gub Sumsel No. 17 Th 2005
SO2 μgNm3 900
40.6 – 405
CO μgNm3 30.000
1.85 – 5153
NO2 μgNm3 400
21.64 – 310
O3 μgNm3 235
0.15 - 78.6 Debu μgNm3
230 15
– 217 4
Penataan Pengelolahan Limbah B3 dari Kegiatan Operasional Sesuai PP
100 100
No 18 Th 1999 Jo PP No 85 Th 1999 5
Pemenuhan Provisi Lingkungan Rpton Rp2,469ton Rp3,969ton
parameter indikator sasaran lingkungan
Indikator sasaran
lingkungan ditetapkan
setiap tahun
dengan mempertimbangkan penilaian terhadap dampak utama yang muncul akibat
kegiatan penambangan serta peraturan lingkungan yang berlaku. Indikator tersebut meliputi kegiatan rehabilitasi daerah bekas tambang, kualitas air,
kualitas udara serta pengolahan limbahsampah dan hydrocarbon ”.
AR PT Bukit Asam, 2008 Selain itu, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja
lingkungan yang buruk akan semakin tidak mungkin melakukan pengungkapan lingkungan yang lebih luas. Hal ini seperti yang dilakukan oleh PT Charoen
Pokhand Indonesia yang memperoleh peringkat Hitam dalam PROPER 2008 dan hanya mengungkapkan 1 aspek terkait partisipasi dan hubungan masyarakat
commit to user dalam
annual report
– nya. Dalam
annual report
– nya PT Charoen Pokhand Indonesia hanya mengungkapkan,
”Perseroan menyadari bahwa aktivitas usaha dan operasional tidak hanya ditujukan demi menciptakan nilai bagi pemegang saham
shareholder
, namun juga harus mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat
stakeholder
. Melalui
berbagai program
dan kegiatan
sosial kemasyarakatan Perseroan selalu menumbuhkan kerja sama dan hubungan
yang harmonis dengan masyarakat setempat, terutama di sekitar lokasi operasional.
Kegiatan tersebut antara lain adalah Program Orang Tua Asuh yang dimulai sejak pada 1984 dengan 140 anak asuh dan sampai saat ini telah
mencapai 2.338 anak yang tersebar di 14 propinsi di Indonesia dengan jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Universitas.
Perseroan juga mencetuskan Program Telorisasi dengan mendatangi sekolah
– sekolah di seluruh Indonesia untuk mengadakan acara makan telor bersama dengan maksud untuk meningkatkan gizi anak Indonesia.
Selain itu, di lingkungan operasional, Perseroan juga mengadakan berbagai kegiatan seperti pengasapan nyamuk demam berdarah, khitanan
massal, donor darah, perbaikan rumah ibadah, perbaikan jalan dan perbaikan sek
olah.” AR PT Charoen Pokhand Indonesia, 2008 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gray et
al., 1995; Freedman dan Wasley, 1990; Parker, 1986 yang menyatakan bahwa pengungkapan lingkungan hidup akan banyak dilakukan oleh perusahaan yang
memiliki
environmental performance
yang baik, sehingga hasil penelitian ini dapat menyanggah
temuan Li et al. 1997; Wiseman 1982; dan Freedman dan Jaggi 1982 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kinerja
lingkungan dengan pengungkapan lingkungan hidup perusahaan. Namun hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa perusahaan
cenderung mengungkapkan hal – hal yang baik saja dan menahan
withheld
informasi lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap
image
perusahaan Deegan dan Gordon, 1996. Selain itu, informasi yang diungkapkan oleh
commit to user perusahaan dalam
annual report
– nya adalah informasi yang positif mengenai perusahaan Hartanti, 2003. Fakta ini menunjukkan bahwa pengungkapan
lingkungan hidup masih dipandang sebagai suatu alat
public relation
dan bukan sarana akuntabilitas perusahaan terhadap para
stakeholders
Haigh dan Jones, 2006.
3. T