commit to user
C. Kerangka Konseptual
Secara garis besar model penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama menjelaskan pengaruh
corporate governance
terhadap
environmental performance
dan
environmental disclosure
. Tahap kedua menjelaskan hubungan antara
environmental performance
dengan
environmental disclosure.
Berikut ini kerangka konseptual yang menggambarkan model penelitian dan hubungan tiap
variable dalam penelitian:
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
D. Pengembangan Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji implementasi
corporate governance
proporsi dewan komisaris independen, proporsi anggota komite audit
Variabel Dependen Variabel Independen
Step I Step II
Environmental Performance
Corporate Governance: 1.
Proporsi komisaris independent X
1
2. Jumlah rapat dewan komisaris X
2
3. Proporsi anggota komite audit yang
independent X
3
4. Jumlah rapat komite audit X
4
Environmental Disclosure
Environmental Performance
Environmental Disclosure
Y
V. Kontrol: 1.
Firm Size 2.
Leverage
3.
Profitabilitas
commit to user yang independen, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit
terhadap
environmental performance
dan
environmental disclosure,
dengan
size
,
leverage
dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Selain itu, pengujian hipotesis juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
environmental performance
dan
environmental disclosure
di Indonesia. Berikut ini merupakan pengembangan hipotesis yang dilakukan:
1. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap
environmental performance
dan
environmental disclosure.
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan Pound, 1995
dan menentukan kebijakan perusahaan termasuk kaitannya dengan praktik dan pengungkapan kinerja lingkungan perusahaan Nurkhin, 2008.
Berkaitan dengan proporsi dewan komisaris independen, Rosenstein dan Wyatt 1990 berpendapat bahwa dewan komisaris independen
merupakan alat untuk mengawasi perilaku manajemen untuk meningkatkan pengungkapan informasi sukarela termasuk
environmental disclosure
dalam laporan tahunan perusahaan. Ini berarti dewan komisaris independen
mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan manajemen termasuk dalam pengungkapan informasi lingkungan perusahaan Szweczky, Uzun, dan
Varma, 2004. Hal ini sejalan dengan penelitian Chen dan Jaggi 1998 yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap
environmental disclosure
. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Fama dan Jansen 1983, Forker 1992,
commit to user Beasley 2000, Arifin 2002, dan Permatasari 2009. Selain itu, Black et al.
2003 menemukan bahwa semakin besar proporsi dewan komisaris independen akan meningkatkan
performance
perusahaan. Hal yang sama juga diperoleh dalam penelitian Dwivedi dan Jain 2005. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H
1a
: Terdapat pengaruh positif proporsi dewan komisaris independent terhadap
environmental performance
H
1b
: Terdapat pengaruh positif proporsi dewan komisaris independen terhadap
environmental disclosure
2. Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap
environmental performance
dan
environmental disclosure.
Sesuai dengan
corporate governance guidelines
yang ditetapkan 12 September 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal rapat
tetap dan dapat dilakukan rapat tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat. Rapat ini untuk mengetahui apakah operasi
perusahaan telah sesuai dengan strategi dan kebijakan perusahaan termasuk didalamnya terkait pertanggungjawaban lingkungan oleh perusahaan.
Seringnya frekuensi pertemuan atau rapat diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta
corporate governance
di dalam perusahaan dan meningkatkan
environmental disclosure
. Penelitian yang dilakukan oleh Brick dan Chidambaran 2007 menunjukkan bahwa
semakin banyak frekuensi rapat yang diselenggarakan dewan komisaris maka
commit to user akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Adams 2005 dan Vafeas 1999 yang menyatakan bahwa jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
performance
perusahaan. Dari uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H
2a
: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat dewan komisaris terhadap
environmental performance
H
2b
: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat dewan komisaris terhadap
environmental disclosure
3. Pengaruh proporsi komite audit independen terhadap
environmental performance
dan
environmental disclosure.
Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengelolaan perusahaan. Dari aspek pengendalian, keberadaan komite audit sangat penting
dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan termasuk di dalamnya kinerja lingkungan Effendi, 2005.
Keberadaan komite audit independen meningkatkan kualitas
control
terhadap aktivitas perusahaan Forker, 1992, termasuk fungsinya dalam meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan Collier, 1993.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ho dan Wong 2001 bahwa komite audit independen berpengaruh positif terhadap luasnya
pengungkapan sukarela yang mana didalamnya mengungkapkan kinerja lingkungan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan
hipotesis sebagai berikut:
commit to user H
3a
: Terdapat pengaruh positif proporsi anggota komite audit independen terhadap
environmental performance
H
3b
: Terdapat pengaruh positif proporsi anggota komite audit independen terhadap
environmental disclosure
4. Pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap
environmental performance
dan
environmental disclosure.
Komite audit memiliki fungsi pengawasan terhadap operasi perusahaan termasuk kaitannya dengan praktik dan pengungkapan kinerja
lingkungan. Dalam
audit committe charter
tahun 2005 dinyatakan bahwa semakin banyak rapat komite audit yang dilakukan akan meningkatkan kinerja
komite audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering komite audit mengadakan rapat maka praktik dan pengungkapan kinerja lingkungan akan
semakin baik. Menon dan Williams 1994 yang menyatakan bahwa semakin sering komite audit melakukan pertemuan rapat maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan, termasuk kinerja dan pertanggungjawaban perusahaan terhadap pelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan penelitian Li, Pike,
dan Haniffa 2008 juga menemukan bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap
disclosure
. Dari uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H
4a
: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat komite audit terhadap
environmental performance
commit to user H
4b
: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat komite audit terhadap
environmental disclosure
5. Hubungan
environmental performance
dengan
environmental disclosure.
Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik dan melakukan pengungkapan yang tinggi memposisikan mereka sebagai
perusahaan yang memiliki aktifitas yang berguna dan kualitas pengungkapan ini didorong legitimasi terhadap masyarakat Preston, 1981. Selanjutnya,
Pava dan Krausz 1996 menyatakan bahwa perusahaan yang mengungkapkan tanggungjawab lingkungannya, terbukti memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan tanggungjawab sosial dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Al-Tuwaijri, et al.
2003 yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan yang baik akan mendorong dilakukannya pengungkapan yang baik pula. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H
5
: Terdapat hubungan antara
environmental performance
dengan
environmental disclosure
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II, maka pada Bab III akan menjelaskan mengenai desain penelitian, populasi,
sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, pengukuran variabel, dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis
hypothesis testing
yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh
corporate governance
yang diproksikan dalam proporsi dewan komisaris independen, proporsi anggota komite audit yang independen, jumlah
rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit terhadap praktik
environmental performance
dan
environmental disclosure
serta hubungan
environmental performance
terhadap
environmental disclosure
. Menurut Sekaran 2000, pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu,
memahami perbedaan antar kelompok atau independensi dua variabel atau lebih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
PROPER tahun 2008 sebanyak 627 perusahaan Press Briefing PROPER, 2009.
36