Perancangan Ulang Tata Letak Tombol Panel Dan Kursi Kendali Dengan Pendekatan Antropometri Dan Quality Function Deploymet Di PT.Inalum
BAGIAN-BAGIAN ANODE CHANGINGG CRANE
1. 20T-MT-HOIST
20T-MT-HOIST berfungsi untuk proses pengambilan metal (MetalTapping) yaitu untuk menggantungkan Ladle
2. 10T-TILTING –HOIST
10T-TILTING –HOIST berfungsi pada saat start-up seperti metal charging dan penuangan bath cair.
(2)
3. Anode Latch Unit
Anode latch berfungsi untuk proses penggantian Anoda sebagai penjepit batang anoda
4. Anode Wrench
(3)
5. Alumina Spout
Alumina spout berfungsi untuk menyuplai/menyalurkan Alimina sebagai cover anoda.
6. Crust Breaker
(4)
KUISIONER TERBUKA
"Perancangan Ulang Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali dengan Pendekatan Antropometri dan Quality Function Deployment"
DATA RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
1. Berapa ketinggian papan tombol dari lantai kabin yang Anda inginkan?
... ...
2. Berapa luas papan tombol yang Anda inginkan?
... ...
3. Dimana letak posisi papan-papan tombol terhadap kursi kendali yang Anda inginkan?
... ...
4. Dimana letak posisi tombol aktivasi yang Anda ingikan?
... ...
5. Berapa jarak kursi ke pedal yang Anda inginkan?
... ...
6. Bagaimana desain kursi yang Anda inginkan?
... ...
7. Apa fungsi tambahan pada kursi yang anda inginkan?
... ...
8. Apa material kursi yang Anda inginkan?
... ...
(5)
KUESIONER TERTUTUP
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
PETUNJUK MENGERJAKAN
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda dengan
cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban tersebut adalah:
5 : Sangat Setuju 4 : Setuju
3 : Netral
2 : Tidak Setuju
1 : Sangat Tidak Setuju
Apabila Anda ingin mengganti jawaban anda, berilah dua garis horizontal pada jawaban yang ingin diganti, kemudian silanglah jawaban anda yang baru. Contoh pengisian kuesioner :
No. Pernyataan Jawaban Responden
1. Ukuran komponen... 5 4 3 2 1
Contoh Jika Jawaban Salah:
No. Pernyataan Jawaban Responden
1. Ukuran komponen... 5 4 3 2 1
No. Pernyataan Jawaban
Responden
1. Ketinggian papan tombol dari lantai kabin 75cm 5 4 3 2 1
2. Luas papan tombol 30 cm x 50 cm 5 4 3 2 1
3. Posisi papan-papan tombol kendali berada di sisi kanan dan kiri kursi 5 4 3 2 1
4. Posisi tombol aktivasi berada di dinding kanan atas 5 4 3 2 1
5. Jarak kursi ke pedal 35 cm 5 4 3 2 1
6. Desain kursi terdapat sandaran punggung dang lengan 5 4 3 2 1
7. Fungsi tambahan pada kursi adalah alat control joystick 5 4 3 2 1
8. Material pada kursi busa berbalut kulit 5 4 3 2 1
Terima Kasih
(6)
(7)
0 10 20 30 40
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Tinggi Siku Duduk
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
Rata-rata
0 20 40 60 80
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Pantat ke Lutut
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
(8)
GRAFIK UJI KESERAGAMAN DATA ANTROPOMETRI
0 10 20 30 40 50 60
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Tinggi Polipteal
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
Rata-rata
0 10 20 30 40 50 60
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Lebar Pinggul
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
(9)
0 2 4 6 8 10 12
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Lebar Tangan
Dimensi Antropometri BKA
BKB
Rata-rata
0 2 4 6 8 10 12
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-pangkal ke Tangan
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
(10)
68 70 72 74 76 78 80 82 84
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Jangkauan Tangan
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
Rata-rata
0 10 20 30 40 50
0 10 20 30 40
c
m
Operator
ke-Siku ke Ujung Jari
Dimensi Antropometri
BKA
BKB
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
DAFTAR PUSTAKA
Artati, Nuning. Perancangan Alat Perajang Umbi-Umbian dengan Metode
Quality Function Deployment (QFD). Jurnal Teknik Industri: ISBN 978-602-99334-2-0
Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment, How to Make QFD Work For
You. New York :Addison- Wesley Publishing Company.
Croney, John. 1971. Antrophometrics for Designers. London: Offset Litho
Dewi, Nugrahaning Sani. Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada
Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual. Jurnal Keteknikan Pertanian: IPB Vol.3 No.1 April 2015 Hal.17-24
Grandjean, Ellenne.1988. Fitting the Task to The Man: 4th edition. New York: Ott
Verlag Thun
Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ivergard, Toni. 2009. Handbook of Control Room Design and Ergonomics. New
(16)
Kroemer, Karl dkk. 2001. Ergonomics: How To Design For Ease and Efficiency.New Jersey:Prentice Hall
Nurmianto. 1991. Data Anthropometri Masyarakat Indonesia serta
Dimensionalnya [internet]. (Diunduh pada 21 Agustus 2015). Tersedia di
Openshaw S, Taylor E. 2006. Ergonomics and Design A Reference Guide. [e-book] Allsteel inc.[diunduh 26 Agustus 2015]. Tersedia pada: http://www.allsteeloffice.com/ergo.
Pigini, L.. 2006. Ergonomics Solution in Designing Workstation for Operators of
Crane on Harbours. Journal of Unit EPM: Italy
Sanders SM, Mc Cormick. 1993.Human Factor Engineering and Design Seventh Edition. McGraw Hill. New Delhi.
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya :
(17)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Desain Kontrol dan Panel1
1. Tombol 'on' atau 'off', 'start' atau 'berhenti'
Panel kontrol secara manual memiliki keuntungan karena mampu memberikan umpan balik kepada operator untuk melakukan manuver dalam mengoperasikan kontrol panel. Alternatif lain, pengendalian secara langsung terhadap situasi tertentu pada lantai produksi dapat ditampilkan kepada operator dengan cara lain, misalnya, dengan menghadirkan kontrol pada unit tampilan visual (Visual Display Unit).
Perangkat kontrol adalah sarana informasi untuk pengambilan keputusan oleh operator manusia yang ditransfer ke mesin. Secara fungsional, kontrol dapat dibagi menjadi kategori berikut:
2. Meningkatkan dan mengurangi (perubahan kuantitatif).
3. Kontrol Tata Ruang (misalnya, kontrol terus menerus ke atas, ke bawah, ke
kiri,atau kanan).
4. Simbol / karakter (misalnya, keyboard alfanumerik).
5. Tugas khusus (misalnya, menghasilkan suara atau ucapan).
6. Multifungsi (misalnya, kontrol untuk berkomunikasi dengan komputer).
Penggunaan tangan dipertimbangkan lebih baik dalam hal melakukan gerakan yang presisi dibandingkan dengan menggunakan kaki. Di mana tingkat
1Toni Ivergard. 2009. Handbook of Control Room Design and Ergonomics.(New York:CRC
(18)
akurasi gerakan yang sangat tinggi diperlukan, dan yang terbaik adalah dengan menggunakan jari-jari tangan. Karena daya yang tersedia di kaki jauh lebih besar daripada lengan, kontrol kaki sangat cocok untuk manuver dalam waktu yang lama atau terus menerus. Kontrol kaki juga berguna untuk tekanan yang sangat besar dan juga sebagai tumpuan berat badan sehingga dapat dibebankan pada kekuatan otot-otot kaki yang kuat. Ketika merancang jenis kontrol tradisional, sangat dimungkinkan untuk merancang sedemikian rupa yang secara alami mewakili perubahan yang ingin dilakukan dalam desain kontrol. Sebagai contoh, sebuah tuas yang didorong ke depan dapat menentukan maju arah pergerakan ember penggali. Atau aliran dalam pipa dapat dihentikan oleh memutar kenop yang terletak pada garis yang ditarik pada panel. Dengan cara ini desain kontrol meningkatkan pemahaman tentang keadaan proses saat ini.
3.2 Kontrol Display2
Kontrol (aktifator dalam Standar ISO), merupakan alat untuk mengirimkan masukan pada sebuah peralatan atau mesin. Kontrol biasanya digunakan oleh operator dengan menggunakan tangan atau kaki. Hasil dari masukan pada kontrol ditunjukkan kepada operator baik pada display, indikator atau tindakan yang dilakukan oleh mesin. Hubungan antara tindakan kontrol dan efek yang dihasilkan harus dibuat jelas melalui akal sehat, kebiasaan, kesamaan,
kedekatan dan pengelompokan, coding, pelabelan dan teknik lain yang cocok,
beberapa jenis kontrol lebih disukai untuk aplikasi tertentu.
2
Karl Kroemer.2001. Ergonomics: How To Design For Ease and Efficiency.(New Jersey:Prentice Hall).h.441
(19)
3.2 Anatomi Dan Anthropometri dalam Aspek Desain Kontrol3
Beberapa aspek anatomi dan anthropometri pokok harus dipertimbangkan. Salah satu keterbatasan dari rekomendasi desain yang tersedia saat ini adalah perancangan didasarkan pada ukuran tubuh orang asing yaitu Amerika dan Eropa. Untuk kelompok etnis lain, pengukuran harus disesuaikan secara proporsional terhadap ukuran yang lebih pendek atau lebih panjang. Aturan berikut dapat diterapkan dalam semua desain jenis kontrol:
1. Kekuatan maksimum, kecepatan, ketepatan, atau gerakan tubuh yang
diperlukan untuk mengoperasikan kontrol tidak boleh melebihi kemampuan setiap operator.
2. Jumlah kontrol harus minimum.
3. Kontrol gerakan yang alami bagi operator adalah yang terbaik dan setidaknya
tidak melelahkan.
4. Gerakan kontrol harus sesingkat mungkin, namun harus mempertahankan
persyaratan dalam 'merasa'.
5. Kontrol harus memiliki ketahanan yang cukup untuk mencegah kesalahan
dalam aktivasi. Untuk kontrol yang hanya digunakan sesekali dan untuk persingkat, perlawanan harus sekitar setengah kekuatan maksimum operator. Kontrol yang digunakan untuk waktu yang lama harus memiliki banyak resistensi yang lebih rendah.
3
Toni Ivergard. 2009. Handbook of Control Room Design and Ergonomics.(New York:CRC Press) h.154
(20)
6. Kontrol harus dirancang untuk mengatasi penyalahgunaan. Dalam situasi panik atau darurat, pertahanan yang sangat besar sering diterapkan, dan kontrol harus mampu untuk menahan ini.
7. Kontrol harus memberikan umpan balik sehingga operator tahu ketika telah
diaktifkan, bahkan ketika telah dilakukan kesalahan.
8. Kontrol harus dirancang agar tangan / kaki tidak meluncur turun
cengkeramannya.
3.3 Range Of Motion
Range of Motion (ROM) atau Selang alami gerak (SAG) adalah derajat bebas yang dapat dicapai oleh tulang relatif terhadap sendi pada tulang (Saladin, 2011). SAG merupakan sejumlah gerakan yang melalui bagian tertentu yang terjadi pada sendi dan dinyatakan dalam derajat pergerakan (Sanders dan McCormick 1993). Tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerak (SAG), Jika manusia melakukan SAG ini, maka dapat memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibiitas sehingga dapat bekerja dengan nyaman dan mendapatkan produktivitas yang tinggi. Fleksibilitas berarti kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda. Dengan mempertimbangkan SAG, produk dapat didesain untuk dioperasikan dengan selang optimal untuk mengurangi kelelahan dan gangguan otot. Terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri, yaitu:
1. Zona 0. Zona yang paling dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.
(21)
2. Zona 1 (zona hijau). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.
3. Zona 2 (zona kuning). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi.
4. Zona 3 (zona merah). Posisi paling ekstrim pada anggota-anggota tubuh, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang.
Zona-zona tersebut merupakan selang dimana anggota tubuh dapat bergerak secara bebas. Zona 0 dan 1 merupakan zona aman dan pergerakan banyak terjadi di zona ini, sedangkan untuk zona 2 dan 3 seharusnya dihindari khususnya untuk pekerjaan berat dan berulang. Ilustrasi selang alami gerak dapat dilihat pada Gambar 3,11 sebagai berikut.
Sumber : Ergonomic and design A reference Guide dan Human Factor Engineering and Design
(22)
Sudut-sudut pada setiap zona gerakan dijelaskan pada Tabel 3.8. sebagai berikut:
3.8 Zona Selang Gerak Tubuh Manusia
Gerakan Tabel
Zona dan selang sudut gerak (O)
Zona
0 Zona 1 Zona 2 Zona 3
Pergelangan Tangan
Fleksi 0-10 11-25 26-50 51+
Ekstensi 0-9 10-23 24-45 46+
Bahu
Fleksi 0-19 20-47 48-94 95+
Ekstensi 0-6 7-15 16-31 32+
Aduksi 0-5 6-12 13-24 25+
Abduksi 0-13 14-34 35-67 68+
Punggung
Fleksi 0-10 11-25 26-45 46+
Ekstensi 0-5 6-10 11-20 21+
Rotasi 0-10 11-25 26-45 46+
Membengkok ke
samping 0-5 6-10 11-20 21+
Leher
Fleksi 0-9 10-22 23-45 46+
Ekstensi 0-6 7-15 16-30 31+
Rotasi 0-8 9-20 21-40 41+
Membengkok ke samping
0-5 6-12 13-24 25+
Siku terhadap lengan tangan
Fleksi
0-27 28-62 63-124 124+
Pergelangan kaki
Ekstensi 0-7 8-18 19-35 36+
Fleksi 0-5 6-14 15-28 29+
Pinggul
Aduksi 0-5 6-12 13-23 24+
Abduksi 0-12 13-27 28-53 54+
Fleksi 0-22 23-50 50-99 100+
Lutut Fleksi 0-21 22-47 47-94 95+
Sumber : Ergonomic and design A reference Guide dan Human Factor Engineering and Design (Openshaw, 2006)
Zona-zona diatas merupakan selang gerak dimana anggota gerak tubuh dapat bergerak secara bebas. Pada selang gerak alami terdapat gerakan pergelangan tangan, punggung, tulang belakang dan kaki. Gerakan-gerakan tersebut terdiri atas gerakan fleksi (flexion), ekstensi (extension), deviasi
(23)
ulnar (ulnar deviation), adduksi (adduction), abduksi (abduction), membengkok kesamping(lateral bend) dan berputar (rotation). Gerakan fleksi (flexion) adalah
pergerakan dari segmen tubuh dikerenakan penurunan sudut pada sendi, seperti membengkokkan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Ekstensi (extension) merupakan pergerakan yang berlawanan arah dengan fleksi yang disebabkan penambahan sudut pada sendi, seperti meluruskan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Adduksi (adduction) merupakan pergerakan segmen
tubuh terhadap garis tengah tubuh seperti ketika memindahkan lengan dari posisi horizontal ke posisi vertikal. Abduksi (abduction) merupakan pergerakan segmen tubuh yang menjauhi garis tengah tubuh seperti mengangkat lengan ke samping.
3.5 Cumulative Trauma Disorder
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak manajemen perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan kerja
yang telah dibuat oleh pihak manajemen. Faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan
(24)
cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja di atas 50 Kg
tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada pekerja (Suhardi, 2008). Kerusakan bagian tubuh karena kesalahan ergonomi biasanya
disebut dengan Cumulative Trauma Disorder (CTD). CTD dapat diterjemahkan
sebagai kerusakan trauma kumulatif. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan cidera kecil yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang
diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, bengkak dan gejala lainnya. Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Biasanya gejala muncul dianggap sepele atau dianggap tidak ada.
Trauma pada jaringan tubuh antara lain disebabkan: over exertion, over
stretching, dan over compressor. CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat pemaparan dari dua atau lebih faktor resiko ergonomi di tempat kerja. Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu (Suhardi 2008):
1. Terdapat postur atau sikap tubuh yang janggal. 2. Gaya yang melebihi kemampuan jaringan.
(25)
3. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal. 4. Frekuensi siklus gerakan dengan postur janggal per menit. Beberapa contoh CTD:
a. Tendinitis, adalah tendon yang meradang. Gejala yang muncul: sakit, bengkak, nyeri tekan, lemah di tempat yang terpapar (siku, bahu). merupakan contoh CTD.
b. Rotator cuff tendinitis, satu atau lebih dari empat rotator cuff tendonitis pada bahu meradang. Gejala yang muncul: sakit, gerakan terbatas pada bahu. c. Tenosynovitis, pembengkakan pada tendon dan sarung yang menutupi
tendon. Gejalanya: pembengkakan, nyeri tekan, sakit pada tempat yang terpapar (siku, tangan, lengan).
d. Carpal tunnel syndrome, tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang melalui pergelangan tangan. Gejalanya: mati rasa,kesemutan, pegal, dan sakit pada pergelangan tangan.
e. Tennis elbow, peradangan pada tendon di siku. Gejala yang muncul: sakit, sedikit bengkak, dan lemah.
f. White finger, pembuluh darah di jari rusak. Gejalanya pucat di jari-jari, mati rasa, dan perasaan seakan jari terbakar.
Untuk menghindari cidera, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah. Setelah jenis pekerjaan tersebut diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan cara kerja yang bisa mengakibatkan cidera.
(26)
3.6 Anthropometri Orang Indonesia4
4 Nurmianto.
Data Anthropometri Masyarakat Indonesia serta Dimensionalnya. 1991
Anthropometri merupakan studi tentang dimensi tubuh manusia yang berguna dalam perancangan suatu produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data Anthropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan
disain (design-induced error). Anthropometri adalah suatu ilmu yang menyelidiki
manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya seperti dimensi linier, volume, dan berat.
Istilah Anthropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia: ukuran, bentuk dan kekuatan, serta penerapan dari data tersebut untuk penanggulangan masalah desain.
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas. Pengaplikasian data dapat digunakan pada perancangan fasilitas kerja maupun produk, antara lain dalam hal :
a. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan
(27)
Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan lain-lain.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tetapkan anggota tubuh yang mana yang akan difungsikan untuk
mengoperasikan rancangan tersebut.
b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah mengunakan data static
anthropometry atau dynamic anthropometry.
c. Tentukan apakah produk dirancang khusus untuk individu tertentu, untuk
semua populasi, atau dilakukan pengambilan sampel dengan tujuan mewakili populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.
d. Untuk perancangan fasilitas atau produk dengan target pemakainya adalah
populasi, tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti misalnya apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, adjustable, ataukah
ukuran rata-rata.
e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya
pilih/tetapkan nilai ukurannya apakah dilakukan pengukuran langsung terhadap dimensi tubuh tersebut atau ukurannya telah tersedia dan dapat diambil dari tabel data anthropometri yang sesuai.
(28)
f. Jika data berasal dari sampel dan perancangan produk atau fasilitas kerja diaplikasikan untuk populasi atau tujuan perancangan untuk ukuran rata-rata, pilih persentil populasi yang harus diikuti; persentil 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
g. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila
diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan sebagainya.
Dengan tersedianya data anthropometri tubuh manusia Indonesia, maka kita dapat mengetahui ukuran yang presisi dan akurat sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia Indonesia, seperti ketika kita akan merancang stasiun kerja dan mendesain produk. Kita dapat mengetahui jarak yang sesuai dan ergonomis ketika terdapat interaksi antara operator dengan kursi, meja dan seperangkat komputer. Kita juga dapat mengetahui desain yang tepat dan ergonomis ketika membuat sebuah produk seperti kursi, meja, jok mobil, dan baju. Anthropometri tubuh manusia dapat dilihat pada Gambar 3.12.
(29)
Sumber:Data Anthropometri Masyarakat Indonesia serta Dimensionalnya, Nurmianto (1991)
Gambar 3.12 Anthropometri Tubuh Manusia
Data anthropometri masyarakat Indonesia serta dimensionalnya dapat dilihat pada Tabel 3.9.
(30)
Tabel 3.9 Dimensi Tubuh Orang Indonesia
Sumber:Data Anthropometri Masyarakat Indonesia serta Dimensionalnya, Nurmianto (1991)
(31)
Prinsip-prinsip yang harus diambil di dalam aplikasi data anthropometri
adalah :
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Rancangan produk dibuat untuk memenuhi dua sasaran poduk, yaitu :
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi
ekstrim, dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain. Agar
dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :
1) Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu
rancangan produk, umumnya didasarkan pada nilai persentil terbesar, seperti 90-th, 95-th, 99-th persentil. Contohnya adalah penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat.
2) Untuk dimensi maksimum yang ditetapkan diambil berdasarkan
nilai persentil yang paling rendah (1-st, 5-th, 10-th persentil). Contohnya adalah penetapan jarak jangkau suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.
2. Prinsip rancangan produk/peralatan yang bisa dioperasikan di antara rentang
ukuran tertentu. Di sini, rancangan bisa berubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai
(32)
adalah perancangan kursi mobil yang letaknya dapat digeser maju/mundur dan sudut sandarannya pun dapat diubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannnya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, maka data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th persentil.
3. Prinsip perancangan produk/peralatan dengan ukuran rata-rata.
Aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan dalam perancangan areal/stasiun kerja dalam industri adalah :
a. Sikap dan posisi kerja
Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang tidak baik, petimbangan-pertimbangan ergonomis menyarankan :
1) Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan
posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama.
2) Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan
maksimum yang bisa dicapai.
3) Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi miring.
4) Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau
periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level siku yang normal.
(33)
Untuk perencanaan stasiun kerja, data anthropometri akan bermanfaat baik di dalam memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya dengan ukuran tubuh operator maupun di dalam merencanakan dimensi ruang kerja. Dimensi yang perlu diperhatikan antara lain jarak jangkauan yang bisa dicapai oleh operator, batasan-batasan ruang yang baik dan cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan tersebut.
c. Efisiensi Ekonomi gerakan dan pengaturan peralatan/fasilitas kerja
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomiskan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja pada suatu industri, karena akan mempermudah modifikasi terhadap hardware, prosedur kerja, dan lain sebagainya.
d. Energi yang dikonsumsi
Energi yang dikonsumsi pada saat seseorang melaksanakan kegiatan merupakan faktor yang kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak penting bila dikaitkan dengan ferformansi kerja yang ditunjukkan. Meskipun energi dalam jumlah besar harus dikeluarkkan untuk periode yang lama bisa menimbulkan kelelahan fisik, akan tetapi bahaya yang lebih besar justru kalau kelelahan menimpa mental manusia. Jadi tujuan tujuan pokok dari rancangan sistem kerja seharusnya
(34)
bisa menghemat energi yang harus dikonsumsi untuk penyelesaian suatu kegiatan. Aplikasi prinsip-rinsip ergonomi dan ekonomi gerakan dalam tahap perancangan dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalkan energi yang dikonsumsi dan meningkatkan efisiensi output kerja tersebut.
3.8 Quality Function Deployment5
Prosedur pembuatan house of quality adalah sebagai berikut:
QFD (Quality Function Deployment) adalah metode untuk membangun kerangka perencanaan dan pengembangan produk yang mensyaratkan tim pengembangan untuk menspesifikasikan secara jelas mengenai keinginan konsumen, dan kemudian mengevaluasi setiap produk atau jasa secara sistematik
dalam menganalisis keinginan pelanggan tersebut.
Proses QFD melibatkan pembangunan satu atau lebih matriks (terkadang disebut “tabel quality”). Matriks pertama disebut sebagai House of Quality (HOQ) yang menggambarkan keinginan dan kebutuhan konsumen (Voice of Costumer) pada sisi kiri, dan tim pengembang teknis merespon keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut terhadap bagian atas. Gambar komponen penting dalam
menyusun QFD-The House of Quality.
6
a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dalam batas atribut produk.
b. Menentukan kepentingan relatif atribut.
5
Lou Cohen, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA : Addison-Wesley Publishing Company, 1995), h :11
6
(35)
c. Evaluasi atribut dari produk pesaing.
d. Membuat matriks atribut produk dan karakteristik teknik.
e. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk.
f. Mengidentifikasi interaksi antara karakteristik teknik.
g. Membuat gambaran target yang ingin dicapai untuk karakteristik teknis
Matriks House of Quality teridiri atas bebrapa bagian dan sub-bagian yang
dihubungkan dengan berbagai cara dan setiap informasi berhubungan satu dengan
yang lainnya. Gambar Matriks House of Quality dapat dilihat pada Gambar 3.13
A
Customer Needs and Benefits
D
Relationships
- What do the customer requirement mean to the manufaktur
- Where are the interactions between relationships
F
Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets
B Planning Matrix
- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal
- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C
Technical Response (Technical Requirement)
E
Technical Correlations
Sumber : Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, Lou Cohen
(36)
Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut (Lou Cohen, 1995)7 1. Customer need
:
Customer need berisi daftar kebutuhan dan keinginan pelanggan. Struktur costumer needs biasanya didapatkan dari hasil penelitian pasar secara kualitatif.
2. Planning matrix
Planning matrix terdiri atas 3 informasi penting yaitu sebagai berikut :
a. Data kuantitatif pasar, mengindikasi kepentingan relatif dari kebutuhan
dan keinginan pelanggan serta mengindikasi level kepuasan pelanggan terhadap organisasi perusahaan dan pesaing
b. Strategi penetapan tujuan untuk membuat produk atau pelayanan baru
c. Meranking keinginan dan kebutuhan pelanggan
3. Technical response
Technical response berisi kumpulan karakteristik teknik organisasi, yaitu deskripsi level tinggi dari produk atau jasa yang perusahaan rencanakan untuk dikembangkan. Secara umum, teknis ini dideskripsikan dari keinginan dan kebutuhan pelanggan pada costumer need.
4. Relationship
Relationship berisi penilaian tim pengembang terhadap kekuatan hubungan diantara setia elemen dari karakteristik teknik perusahaan serta hubungan setiap keinginan dan kebutuhan pelanggan.
5. Technical corelation
7
(37)
Technical corelation berisi pengukuran tim pengembang terhadap hubungan antara elemen produk dan technical response.
6. Technical matrix
Technical Matrix berisi tiga informasi penting sebagai berikut :
a. Memprogram urutan peringkat technical response berdasarkan keinginan
dan kebutuhan konsumen terhadap planning matrix dan hubungannya
b. Membandingkan informasi kinerja tekniks pesaing
c. Membuat target kinerja teknis.
Prosedur penggunaan matriks HoQ adalah :
a. Diidentifikasi keinginan responden (customer needs)8
Keinginan responden (Customer needs) pada House of Quality berisi daftar
struktur keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang direncanakan .
b. Diidentifikasi tingkat kepentingan(customer importance)9
Tingkat kepentingan konsumen (costumer importance) adalah tempat untuk
merekam seberapa penting setiap kebutuhan atau keuntungan terhadap konsumen. Menentukan tingkat kepentingan kepentingan digunakan aturan 5 skala sebagai berikut :
1 = Semua atribut tidak penting terhadap konsumen 2 = Sedikit penting terhadap konsumen
3 = Cukup penting terhadap konsumen 4 = Penting untuk konsumen
.
5 = Sangat penting untuk konsumen
8
Opcit. h. 76 9
(38)
c. Menentukan karakteristik teknis produk (Tehnical Response)10
Voice of Costumer (VOC) mempunyai komponen secara kualitatif dan kuantitatif (komponen yang dimaksud adalah keinginan konsumen) yang kemudian diterjemahkan dari suara pelanggan menjadi voice of developer (keinginan perusahaan). Pergantian karakteristik kualitas ini akan dihubungkan dalam matriks dan data kuantitatif akan menjadi target serta benchmark perusahaan.
.
d. Menetapkan hubungan antar karakteristik teknis11
Hubungan dalam bagian House of Quality biasa disebut hubungan antar karakteristik teknis. Hubungan antar karakteristik teknis menjadi atap pada house of quality. Hubungan ini menggambarkan hubungan antara karaktertistik kualitas. Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan tingkat hubungan masing-masing variabel sebagai berikut yakni sebagai berikut :
V : tingkat hubungan positif kuat : 4
√ : tingkat hubungan positif sedang : 3
x : tingkat hubungan negatif sedang : 2
o : tingkat hubungan negatif kuat : 1
e. Menetapkan tingkat hubungan karakteristik teknis produk dengan keinginan
konsumen12
10
Opcit. h. 123 11
Opcit. h. 152 - 153 12
Opcit. h. 138
(39)
Hubungan antar karakteristik teknis terhadap keinginan konsumen dapat digambarkan pada QFD. Ide yang brilian pada QFD adalah menggunakan matriks untuk mempelajari setiap hubungan.
Keterangan simbol-simbol yang digunakan relation matrix untuk penilaian
tingkat hubungan dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Simbol-simbol Hubungan Karakteristik Teknis dan Keinginan
Konsumen
Tidak ada hubungan sama sekali Hubungan lemah
Hubungan sedang Hubungan kuat
Nilai Angka yang digunakan Keterangan
Simbol
0 1 3
9 10,7,5
Sumber : Lou Cohen (1995)
f. Menentukan Kinerja Kepuasan Pesaing (Competetive Satisfaction
Performance)13
Tim pengembang harus dapat memahamai kompetisi. Kalimat memahami kompetisi terdengar sederhana, tetapi banyak tim pengembang tidak mempelajari pesaing lainnya dengan seksama. Penilaian kinerja kepuasan
pesaing dapat dlihat dari tujuan dan rasio perbaikan, sales point, raw weight,
dan normalized weight.
.
1. Tujuan dan rasio perbaikan
Tujuan pada perencanaan matriks mengidentifikasi pemikiran tim mengenai level konsumen yang diinginkan untuk membantu memenuhi
13
(40)
semua keinginan konsumen. Rasio perbaikan adalah salah satu tujuan tingkat kepentingan konsumen dan kemudian menentukan strategi dari tujuan.
Rasio Perbaikan = Goal (tujuan) 2. Sales Point (titik penjualan)
Sales point berisi informasi karaktristik kemampuan untuk menjual produk atau jasa berdasarkan bagaimana setiap keinginan konsumen. Nilai sales point adalah sebagai berikut :
1 = Tidak ada jual penjualan 1.2 = Titik jual Menengah 1.5 = Titik jual Tinggi 3. Raw Weight (Bobot data)
Raw weight berisi sekumpulan nilai dari data dan pembuatan keputusan
pada matriks perencanaan. Raw weight adalah model kepentingan secara
keseluruhan terhadap tim pengembang dan kebutuhan pelanggan.
Raw Weight = (important to costumer) x (Improvemnt ratio) x (sales point)
4. Normalized Weight (Bobot Normal)
Normalized raw weight berisi nilai raw weight yang diskalakan dari range
0 – 1 atau diekspresikan sebagai presentase
Normalized Raw Weight = Raw Weight
g. Perhitungan Bobot Kepentingan (Importance Weight)
Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden Kinerja Kepuasan saat ini
(41)
terhadap suatu atribut proses perakitan yang dihitung dengan rumus:
Importance Weight = CIi x Rij
Keterangan: CI = Customer Importance
Rij = Hubungan antara CR dengan karakteristik teknis
h. Perhitungan bobot kepentingan relatif (relative weight)
Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut dihitung dengan rumus:
Relative Weight =
i. Membangun matriks house of quality (HoQ)
Matriks HoQ sering disebut dengan istilah rumah kendali mutu. Ukuran kinerja dari HoQ diperoleh berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. Perhitungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini:
1) Penentuan tingkat kesulitan
Tingkat kesulitan ditentukan dari hubungan karakteristik teknis. Perhitungan dibuat dengan mengartikan semua bobot nilai hubungan kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karaktertistik teknik dengan jumlah bobot tadi. Selanjutnya, tingkat kesulitan diberikan berdasarkan rentang persentase yang diperoleh. Tingkat kesulitan dihitung dengan rumusan :
Tingkat Kesulitan =
2) Penentuan derajat kepentingan
Importance Weight atribut
ke-Total Importance Weight X 100
Bobot Tiap Karakteristik Teknis
Total Bobot Karakteristik Teknis
(42)
Nilai derajat kepentingan dihitung dengan menghitung terlebih dahulu total bobot untuk masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis. Selanjutnya, derajat kepentingan dihitung dengan rumusan :
% 100
x Atribut dengan
Teknis tik
Karakteris Bobot
Total
Atribut dengan
Teknis tik
Karakteris Tiap
Bobot =
3) Perkiraan biaya
Dasar dalam penentuan nilai perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan. Kedua variabel ini memiliki hubungan yakni : semakin sulit suatu karakteristik teknik dibuat, akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Perkiraan biaya dinyatakan dalam persentase dan dipengaruhi berbagai pertimbangan dari si perancang sendiri. Perkiraan biaya dihitung dengan rumusan :
Perkiraan biaya =
100
%
tan
Kesuli
Tingkat
Total
Atribut
tan
Kesuli
Tingkat
×
Derajat Kepentingan
(43)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT.Inalum departemen SRO (Smelter Reduction
Operation) yang melakukan kegiatan peleburan aluminium cair. Penelitian dilakukan pada Bulan Juli-September 2015. PT.Inalum berlokasi di lokasi Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara (dahulunya Kabupaten Asahan). Peta posisi PT.Inalum dapat dilihat pada Gambar 2.1.
4.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian terapan (action research) yaitu penelitian yang melakukan penyelidikan secara sistematis terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk tercapai suatu hasil yang lebih baik berupa pemecahan masalah yang dapat dipertanggung jawabkan (Sukaria Sinulingga, 2011). Hasil rancangan ulang tata letak tombol panel dan kursi kendali diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan operator dalam mengoperasikan Anode Changing Crane (ACC).
4.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah kabin pada Anode Changing Crane yang terdiri dari tombol panel dan kursi kendali serta operator saat mengoperasikan crane tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sudut gerakan kerja guna mendapatkan perbaikan rancangan tata letak tombol panel dan kursi kendali.
(44)
4.4 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena variabel dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Interaksi Operator dengan Tombol Panel dan Kursi Kendali (Analisis ROM)
2. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang berpengaruh terhadap perancangan penelitian merupakan kriteria produk yang harus diamati yaitu
a. Nilai kesesuaian fungsi operasi dengan jenis tombol b. Jarak-jarak tombol berdasarkan derajat kepentingan operasi c. Jenis Gerakan Kerja
d. Dimensi anthropometri operator e. Dimensi kursi kerja operator 4.5 Kerangka Konseptual
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka konseptual inilah yang merupakan landasan awal dalam
(45)
melaksanakan penelitian. Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Nilai Kesesuiaian Fungsi Operasi dengan Jenis
Tombol Jarak jangkauanTombol
berdasarkan Derajat Kepentingan Operasi
Interaksi Operator dengan Tombol Panel dan Kursi Kendali (Analisis ROM)
Dimensi kursi kerja operator Jenis Gerakan Kerja
Dimensi Antropometri Operator
Gerakan kerja yang tidak aman dan tidak
nyaman
Perbaikan Tata Letak Tombol Panel dan Kursi
Kendali
Gambar 4.1 Kerangka Konseptual
4.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator ACC pada enam stasiun peleburan. Sedangkan sampel
yang diambil adalah operator Anode Changing Crane di stasiun III dan IV (Pot
Line 2) yang berjumlah 32 orang. Metode pengambilan sampel yang dilakukan
adalah random sampling untuk menentukan Pot Line berapa yang akan diteliti dan
total sampling untuk operator yang akan diberikan kuesioner serta diukur dimensi anthropometrinya.
(46)
4.7 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengukuran anthropometri, dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur dimensi tubuh operator (Antropometer)
2. Goniometer, digunakan untuk mengukur sudut-sudut tubuh operator
3. Kuesioner terbuka dan tertutup untuk mengidentifikasi atribut fasilitas kerja yang akan dirancang. Dimana variabel untuk kuesioner tertutup diperoleh dari hasil kuesioner terbuka.
4. Panduan wawancara, berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika melakukan wawancara dengan operator ACC
5. Kamera digital, digunakan untuk mengambil foto ruang kontrol ACC beserta kegiatan Anode Changing..
6. Meteran, digunakan untuk mengukur dimensi kursi kendali operator 7. Kursi anthropometri, digunakan untuk mengukur dimensi tubuh operator
4.9 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap terakhir dari prosedur penelitian akan diperoleh suatu kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan antara lain : rekomendasi tombol yang lebih sesuai untuk digunakan sesuai dengan fungsinya, hasil penilaian sudut gerakan kerja dengan analisis ROM, dimensi dari segmen tubuh operator yang menggunakan rancangan fasilitas kerja, atribut yang menjadi keinginan pemakai dalam rancangan fasilitas kerja. Selain kesimpulan pada tahap akhir prosedur penelitian akan diberikan beberapa saran terhadap
(47)
perusahaan dalam memperbaiki cara kerja dan penggunaan peralatan yang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi agar kinerja operator dapat meningkat.
(48)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 SOP (Standard Opertion Procedure) Anode Changing dan Metal
Tapping
Sebelum mengoperasikan crane, operator harus mengetahui SOP dalam
melakukan kegiatan Anode Changing maupun Metal Tapping.
5.1.1 SOP Anode Changing (AC)
Anode Changing adalah kegiatan menukar anoda lama dengan anoda baru dalam pot reduksi. Dalam satu pot reduksi terdapat 18 buah Anoda. Sedangkan umur Anoda selama 28 hari. Jadwal pergantian Anoda dalam satu pot reduksi dilakukan setiap 32 jam sekali untuk Anoda yang telah dijadwalkan. SOP pergantian Anoda dapat dilihat pada Gambar 5.1.
5.1.2 SOP Metal Tapping (MT)
Metal Tapping adalah kegiatan pengambilan metal cair dari dalam pot reduksi. Metal cair yang dimaksud adalah aluminium cair dengan kandungan Fe
dan silica tertentu yang telah ditentukan oleh bagian casting untuk dilakukan
pencampuran sehingga komposisi yang dibutuhkan tepat sebelum akhirnya
dilakukan pencetakan Aluminium. SOP pengambilan metal cair (Metal Tapping)
(49)
Operator menggunakan alat pengaman: sarung tangan, dan
helm Melakukan persiapan: A. mencatat anoda yang akan diganti
B. mencatat nomor rod C. melihat kondisi pot apakah mengalami fluktuasi
Buka penutup pot sebanyak 3 buah
Tekan tombol AC dan lampu indikator AC menyala pada blue
box
Bawa ACC ke daerah antara pot
Apakah voltage pot normal untuk dilakukan pencabutan
anoda?
Cengkram Anoda yang akan diganti
Petugas melakukan setting di blue box untuk
menurunkan noise sehingga voltage normal Tidak
Ya
Putar kabin ke arah anoda dan dekatkan kabin sampai mast tegak lurus di atas lobang pada
plat dek
Setting anode latch pada rod anode yang akan dikeluarkan
Apakah posisi latch sudah tepat berada pada rod
anoda?
Buka klem anoda dan keluarkan anoda lama
Posisikan kembali latch tepat pada rod anoda, agar batang anoda tidak
jatuh saat di angkat Tidak
Ya
Bawa anoda lama dan letakkan di atas pembanding sambil dibuka
kunci latch
Sumber: Pengumpulan data
(50)
Turunkan Anoda pelan-pelan sampai lampu latch mati,
kemudian angkat Anoda sedikit-demi sedikit sampai
lampu warna hijau lalu inching sampai lampuu
berwarna biru
Stop Pengukur Digital dan letakkan Anoda lama di palet
secara berurutan dan rapi Periksa keadaan pot: lumpur,
bentuk kerak samping, temperature bath, debu karbon, balans temperatur
dan arus
Letakkan Anoda Baru di Atas Pembanding
Bawa Anoda baru ke tempat dimana Anoda lama dicabut. Lakukan set anoda baru di
counter digital (Set 0)
Manualkan jek untuk menghindari pengisian
alumina ke dalam pot
Apakah tinggi Anoda sudah tepat (20 mm
±0,1)
Pindahkan switch pada posisi breaker untu menghancurkan kerak di
sisi-sisi bagian tempat Anoda akan dipasang
Panggil Helper untuk melihat Tinggi Anoda Tidak
Ya
Pasang Anoda baru pada klem yang tepat
Pindahkan switch pada posisi spout dan semprot
alumina ke Anoda Baru Sumber: Pengumpulan data
(51)
Dikeluarkan air dari drain yang terdapat pada ACC
Crane digerakkan keluar jalur bebas sambil dihidupkan Claxon
Dipasang hook (gantungan) pada ACC dan dipasang hook pada
ladle Dibawa nomor dapur kemudian disangkutkan
ke ladle Dibuka pintu pot yang
akan dilakukan metal tapping
Apakah skala sudah tepat?
Ditekan tombol metal tapping di blue board di
bagian duck
Diposisikan garis posisi busbar untuk memastikan
skala sudah tepat Tidak
Ya
Ditarik pos selang Metal tapping dari ACC
Dipastikan sumber udara aman dari air yang keluar
Buka sumber udara sambil imasukkan ladle ke pot sambil
di blow (agar tidak terdapat dross) sampai mencapai metal
Dihisap metal dengan prosedur 500 kg diberhentikan sebentar, sampai selesai sesuai schedule
MetalTapping Pasangkan sumber udara
dengan selang
Pasang fleksible hoise dari ladle ke ACC
Dibawa ladle yang telah berisi Metal cair menuju posisi semula untuk dipindahkan ke mobil pengangkut metal.
Sumber: Pengumpulan data
(52)
5.2 Aspek Tombol Panel
Pada aspek tombol panel diamati kesesuaian fungsi operasi dengan jenis tombol yang digunakan. Selain itu, dilakukan pengukuran jarak jangkauan tombol untuk menentukan tombol mana yang penting disesuaikan posisi nya dengan operator berdasarkan derajat kepentingan operasi. Hal ini ditujukan untuk memudahkan operator dalam menjangkau tombol panel dengan membentuk sudut gerakan yang aman dan nyaman dalam mengoperasikan tombol dan panel. Dari analisis ini kemudian dapat ditentukan tombol mana yang paling penting untuk disesuaikan dengan jangkauan operator. Berikut pengukuran yang dilakukan terhadap dua jenis papan tombol dalam ruang kemudi ACC yang terdiri dari:
papan tombol Anode Changing dan papan tombol Metal Tapping.
5.2.1 Papan Tombol Anode Changing
Papan tombol Anode Changing berfungsi untuk melakukan pertukaran
anoda lama dengan anoda baru. Tombol-tombol pada papan tombol Anode
Changing hanya dapat berfungsi bila tombol aktivasi di papan tombol aktivasi
telah diaktifkan. Pada papan tombol Anode Changing terdiri dari 16 jenis tombol
yang memiliki fungsi yang berelasi. Kondisi Papan Tombol Anode Changing
(53)
1. Claxon 2. Pitch
3.Breaker Lock
4. Anode Latch 5. Anode
Wrence 6. Kabin Kontrol
7. Latch Open
8. Latch Pitch
9.Digital Display
10. On/Off Digital
11. Reset
12. Latch 13.Latch Trolley
14.Travelling 15. Traversing
16. Interlease
Sumber: Pengumpulan data
Gambar 5.3 Papan Tombol Anode Changing
Sumber: Pengumpulan data
(54)
1. Kesesuaian Fungsi Operasi dengan Jenis Tombol yang Digunakan
Setiap jenis kontrol yang digunakan dianjurkan untuk menyesuaikan dengan jenis tombol yang digunakan. Hal ini penting untuk mendukung operator bekerja secara efektif dan menghindari kesalahan operasi. Kroemer (2001) mengklasifikasi nilai kesesuaian dalam tiga pengukuran yaitu:
1= sangat sesuai 2= kurang sesuai 3= tidak sesuai
Berdasarkan pengamatan, kesesuaian fungsi operasi dengan jenis tombol yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Kesesuain Fungsi Operasi dengan Jenis Tombol pada Anode Changing
No Nama
Tombol
Jenis
Tombol Fungsi
Hubungan Control-Effect* Nilai Kesesuai-an Rekomen-dasi Tombol
1. Claxon Push Botton
Memberikan tanda bahwa ACC
berada di jalur bebas
Select
on-stand by off 1 -
2. Pitch Rotary Switch
Mengeluarkan alumina pada perintah spout (kiri) dan perintah
breaker (kanan)
Select off- Mode 1 Mode 2
1 -
3. Breaker Lock
Push
Botton Mengunci breaker
Select operating condition
1 -
4. Anode
Latch Joystick
Arah: Bawah& atas: gerak ke kanan dan ke kiri untuk
breaker Kiri & kanan: Gerak naik turun
untuk spout alumina
Select operating condition
(55)
Tabel 5.1 Kesesuain Fungsi Operasi dengan Jenis Tombol pada Anode Changing (Lanjutan)
No Nama
Tombol
Jenis
Tombol Fungsi
Hubungan Control-Effect* Nilai Kesesuai-an Rekomen-dasi Tombol
5. Anode
Wrence Joystick
Arah:
Atas &bawah: membuka dan mengunci clamb Kanan & kiri:gerak naik
dan turun clamb
Select operating
condition
1 -
6. Kabin
Kontrol Joystick Memutar kabin 180 0
Select operating
condition
1 -
7. Latch Open
Push
Botton Membuka pin latch
Select operating
condition
1 -
8. Latch Pitch
Rotary Switch
Mengetatkan cengkraman batang anoda agar tidak jatuh
Set value
on scale 3
Round knob 9. On/Off
Digital Push Botton Menghidupkan/mematik an display Select
on-off 1 -
10. Reset Rotary Switch
Mengatur ketinggian anoda pada angka 0
Set value
on scale 3
Round knob 11. Latch Slide
Switch
Menggerakkan naik dan turun Anode latch
Select value in discrete steps
1 -
12. Latch Trolley
Slide Switch
Menggerakkan maju dan mundur Anode latch
Select value in discrete steps
1 -
13. Travelling Joystick Menggerakkan ACC melewati jalur bebas
Select operating
condition
1 -
14. Traversing Joystick Menggerkakkan ACC masuk dan keluar pot
Select operating
condition
1 -
15. Interlease Push Botton
Memberhentikan ACC secara otomatis saat
sudah end limit
Select
On-Off 1 -
16. Reset Rotary Switch
Mengatur ketinggian anoda pada angka 0
Select value in discrete steps
1 -
*Karl Kroemer. Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. Hal 446
Sumber : Pengumpulan Data
(56)
Menurut Kroemer (2001) Tombol panel yang penting dan paling sering digunakan harus memiliki posisi terbaik untuk memudahkan jangkauan operasi berdasarkan derajat kepentingannya. Derajat kepentingan kedekatan tombol dengan jangkauan operator berdasarkan frekuensi penggunaan tombol diklasifikasikan ke dalam skala berikut.
1=sangat penting 2=penting
3= cukup penting 4= kurang penting 5= tidak penting
Jarak jangkauan tombol-tombol pada papan tombol Anode Changing
berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Jarak Jangkauan Tombol dan Derajat Kepentingan Operasi
No Nama Tombol
Derajat Kepentingan
Operasi
Jarak Jangkauan Tombol (cm)
Sudut Lengan yang
Terbentuk (o)
1. Claxon 3 35 15
2. Pitch 2 32 17
3. Breaker Lock 3 30 20
4. Anode Latch 1 30 20
5. Anode Wrence 1 32 17
6. Kabin Kontrol 1 35 15
7. Latch Open 2 37 13
8. Latch Pitch 2 33 16
9. On/Off Digital 4 30 20
10. Reset 3 25 40
11. Latch 1 20 85
12. Latch Trolley 1 18 92
13. Travelling 1 15 95
14. Traversing 1 18 92
15. Interlease 4 28 35
(57)
Dari analisa derajat kepentingan tombol serta jarak jangkauan tombol dengan sudut lengan yang dibentuk, maka diperoleh suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara variable jarak dan sudut lengan yang dibentuk seperti pada Gambar 5.5.
40 35 30 25 20 15 100 80 60 40 20 0 Jarak Jangkauan S u d u t y a n g T e r b e n t u k ( o )
Scatterplot of Sudut yang Terbentuk ( o) vs Jarak Jangkauan
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.5 Hubungan Antara Jarak Jangkauan terhadap Sudut Lengan yang Dibentuk pada Papan Tombol Anode Changing
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada papan tombol Anode Changing
semakin besar jarak jangkauan tombol panel maka semakin kecil sudut yang dibentuk. Namun, besar kecilnya sudut yang dibentuk tidak menunjukkan bahwa tombol berada pada posisi yang terbaik. Posisi tombol yang terbaik harus ditempatkan pada posisi sudut yang aman dan nyaman (Zona 0 atau 1) untuk
(58)
Anode Wrence, Kabin control, dan lain-lain harus ditempatkan pada posisi sudut yang aman dan nyaman (Zona 0 atau 1).
5.2.2 Papan Tombol Metal Tapping
Papan tombol Metal Tapping berfungsi sebagai kontrol saat pengambilan
metal cair dilakukan. Kondisi Papan Tombol Metal Tapping secara aktual dapat
dilihat pada Gambar 5.6 dan Gambar teknik pada Gambar 5.7.
1.Alumina Receiver
2. Tilling Hoist
3. Tapping Hoist
4. Filling Pipe 1 5. Filling
Pipe 2
6. Filling Pipe 3
7. Filling Pipe 4
9.Dumper 8. Drain
10.Ladle hoist 11. Alumina
Supply (Off) 12. Ejector
13.Alumina Supply (On) 14.Tapping Hoist
15.Tilling Hoist 16.Hoist
Select
Sumber: Pengumpulan data
(59)
Sumber: Pengumpulan data
Gambar 5.7 Gambar Teknik Papan Tombol Metal Tapping
1. Kesesuaian Fungsi Operasi dengan Jenis Tombol yang Digunakan
Berdasarkan pengamatan, kesesuaian fungsi operasi dengan jenis tombol
yang digunakan pada papan tombol Metal Tapping dapat dilihat pada Tabel
5.3.
Tabel 5.3 Kesesuain Fungsi Operasi dengan Jenis Tombol pada Papan Metal Tapping
No Nama
Tombol
Jenis
Tombol Fungsi
Hubungan Control-Effect* Nilai Kesesuaian Rekomendasi Tombol
1. Alumina Receiver
Rotary Switch
Menerima masukan alumina
saat start up
Select
on-off 3
Push Botton/Toggle Switch 2. Tilling Hoist (Left Right) Slide Switch Menggerakkan hoist saat pemasangan ladle ke arah kanan dan
kiri
Set value
on scale 1 -
3. Tapping Hoist (Left Right) Slide Switch Menggerakkan hoist saat pengambilan metal ke arah kanan dan kiri
Set value
on scale 1 -
4. Filling Pipe 1
Toggle Switch
Memasukkan alumina pada pipa
1
Select
on-off 1 -
5. Filling Pipe 2
Toggle Switch
Memasukan alumina pada pipa
2
Select
(60)
Tabel 5.3 Kesesuain Fungsi Operasi dengan Jenis Tombol pada Papan Metal Tapping (Lanjutan)
No Nama
Tombol
Jenis
Tombol Fungsi
Hubungan Control-Effect* Nilai Kesesuai-an Rekomen-dasi Tombol 6. Filling
Pipe 3
Toggle Switch
Memasukan alumina pada pipa
3
Select
on-off 1 -
7. Filling Pipe 4
Toggle Switch
Memasukan alumina pada pipa
4
Select
on-off 1 -
8. Dumper Rotary
Switch -
Select
on-off 1 -
9. Ladle
Hoist Joystick
Menggantungkan ladle
Set value
on scale 2
Slide Switch 10. Alumina Supply (Off) Push Botton Menghentikan alumina melalui filling pipe Select
on-off 1 -
11. Ejector Rotary Switch
Melepaskan ladle dari hook
Select
on-off 3
Push Botton 12. Alumina Supply (On) Push Botton Menyuplai alumina melalui filling pipe Select
on-off 1 -
13. Tapping Hoist (Up down) Slide Switch Menggerakkan hoist saat pengambilan metal ke arah atas
dan bawah
Set value
on scale 1 -
14. Tilling Hoist (Up down) Slide Switch Mengerakkan hoist saat pemasangan ladle
kea rah atas dan bawah
Set value
on scale 1 -
15. Hoist Select
Rotary Switch
Memilih jenis hoist yang akan
diaktifkan (tapping atau
tilling)
Select off- Mode 1 Mode 2
1 -
*Karl Kroemer. Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. Hal 446
(61)
3. Jarak Jangkauan Tombol Berdasarkan Derajat Kepentingan Operasi
Menurut Kroemer (2001), derajat kepentingan kedekatan tombol dengan jangkauan operator berdasarkan frekuensi penggunaan tombol diklasifikasikan ke dalam skala berikut.
1=sangat penting 2=penting
3= cukup penting 4= kurang penting 5= tidak penting
Jarak jangkauan tombol-tombol pada papan tombol Anode Changing
berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Jarak Jangkauan Tombol dan Derajat Kepentingan Operasi
No Nama Tombol
Derajat Kepentingan
Operasi
Jarak Jangkauan Tombol (cm)
Sudut yang
Terbentuk (o)
1. Alumina Receiver 3 32 18
2. Tilling Hoist (Left Right) 1 30 22
3. Tapping Hoist (Left
Right) 1 30
23
4. Filling Pipe 1 2 32 17
5. Filling Pipe 2 2 33 16
6. Filling Pipe 3 2 34 14
7. Filling Pipe 4 2 35 15
8. Dumper 4 25 40
9. Ladle Hoist 1 30 21
10. Alumina Supply (Off) 3 28 33
11. Ejector 3 22 80
12. Alumina Supply (On) 3 28 35
13. Tapping Hoist (Up
down) 1 22
80
14. Tilling Hoist (Up down) 1 25 70
15. Hoist Select 3 30 20
(62)
Grafik yang menunjukkan hubungan antara variabel jarak dan sudut yang dibentuk seperti pada Gambar 5.8.
36 34 32 30 28 26 24 22 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Jarak Jangkauan S u d u t y a n g T e rb e n tu k ( o )
Scatterplot of Sudut yang Terbentuk ( o) vs Jarak Jangkauan
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.8 Hubungan Antara Jarak Jangkauan terhadap Sudut Lengan yang Dibentuk pada Papan Tombol Metal Tapping
5.3 Analisis Range of Motion (ROM) Operator
Terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri, yaitu:
1. Zona 0, yaitu merupakan zona yang dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (zona hijau), yaitu zona dimana terjadi pergerakan sendi yang
lebih besar dari zona 0, merupakan zona yang masih dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan.
(63)
3. Zona 2 (zona kuning), yaitu zona dimana terdapat banyak posisi tubuh yang ekstrim. Pada zona ini terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi.
4. Zona 3 (zona merah), yaitu zona dimana terdapat sangat banyak posisi tubuh yang ekstrim, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang dilakukan berulang-ulang.
Elemen-elemen kegiatan dalam proses Anode Changing yang akan
dilakukan analisis ROM dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Elemen Kegiatan Anode Changing
No Elemen Kegiatan
1 Menghidupkan crane
2 Membawa crane ke daerah pot 3 Mencengkram anoda yang akan diganti 4 Mengeluarkan anoda lama 5 Membawa anoda lama keluar pot 6 Meletakkan anoda di atas pembanding 7 Meletakkan Anoda di pallet
8 Meletakkan anoda baru di atas pembanding 9 Membawa anoda ke tempat yang diganti 10 Mensetting anoda baru
11 Meletakkan anoda baru ke dalam pot 12 Menuangkan alumina ke atas anoda
Sumber: Pengumpulan data
Range of Motion untuk kegiatan Anode Changing dapat dilihat pada Tabel 5.6.
(64)
Tabel 5.6 Range of Motion (ROM) Kegiatan Anode Changing
No Elemen Gerakan
Tombol yang Digunakan
Foto Kegiatan Jenis Gerakan Posisi Gerakan
Sudut Selang
Gerakan (o) Zona ROM
Kiri Kanan Kiri Kanan
1 Menghidupkan crane
Tombol Aktivasi
a. Siku terhadap lengan (ekstensi) b. Bahu (fleksi)
Duduk - a. 10
b. 150 -
a. Zona 0 b. Zona 3
2
Membawa crane ke daerah pot 1.Travelling (tangan kanan) 2. Traversing (tangan kiri) a. Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi) d. Lutut (fleksi)
Duduk a. 20 b. 70 c. 30 d. 30 a.10 b.110 c.45 d.30
a. Zona 1 b. Zona 2 c. Zona 1 d. Zona 1
a. Zona 0 b. Zona 2 c. Zona 1 d. Zona 1
3 Mencengkram anoda yang akan diganti 1.Anode Wrence 2.Kabin Control 3.Traversing a. Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
d. Punggung (fleksi) Berdiri a. 20 b. 70 c. 45 d. 30 a. 10 b. 60 c. 25 d. 30
a. Zona 1 b. Zona 2 c. Zona 1 d. Zona 2
a. Zona 0 b. Zona 1 c. Zona 1 d. Zona 2
(65)
Tabel 5.6 Range of Motion (ROM) Kegiatan Anode Changing (Lanjutan)
No Elemen Gerakan Tombol yang
Digunakan Foto Kegiatan Jenis Gerakan
Posisi Gerakan
Sudut Selang
Gerakan (o) Zona ROM
Kiri Kanan Kiri Kanan
4 Mengeluarkan anoda lama
1.Anode Latch 2. Latch Open 3.Latch Pitch 4. Breaker Lock
a. Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap
lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk a. 30 b. 70 c. 65 a. 15 b. 60 c. 45
a. Zona 2 b. Zona 2 c. Zona 2
a. Zona 1 b. Zona 1 c. Zona 1
5 Membawa anoda lama keluar pot
1. Latch Pitch 2. Latch Trolley 3. Traversing
a. Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap
lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk a. 15 b. 60 c. 65 a.20 b.110 c. 15
a. Zona 1 b. Zona 1 c. Zona 2
a. Zona 1 b. Zona 2 c. Zona 0
6
Meletakkan anoda di atas pembanding
1. Latch Open 2. Kabin Control 3. Travelling 4. Latch a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk
a. 30 b. 100 c. 10
a. 15 b. 90 c. 15
a.Zona 2 b.Zona 2 c. Zona 0
a.Zona 1 b.Zona 2 c.Zona 0
(66)
Tabel 5.6 Range of Motion (ROM) Kegiatan Anode Changing (Lanjutan)
No Elemen Gerakan Tombol yang
Digunakan Foto Kegiatan Jenis Gerakan
Posisi Gerakan
Sudut Selang
Gerakan (o) Zona ROM
Kiri Kanan Kiri Kanan
7 Meletakkan Anoda di pallet
1. Travelling 2. Traversing 3. Latch Open 4. Latch
a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap
lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk a.15 b. 95 c. 60 a. 5 b. 90 c. 20
a. Zona 1 b. Zona 2 c. Zona 2
a. Zona 0 b. Zona2 c. Zona 1
8
Meletakkan anoda baru di atas pembanding
1. Travelling 2. Anode Wrence 3. Latch open
a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap
lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk a.5 b. 90 c. 30 a. 15 b. 80 c. 20
a. Zona 0 b. Zona 2 c. Zona 1
a. Zona 1 b. Zona2 c. Zona 1
9
Membawa anoda ke tempat yang
diganti 1. Travelling 2. Latch 3. Traversing a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan (fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk a.10 b. 110 c. 40 a. 10 b. 90 c. 25
a. Zona 0 b. Zona 2 c. Zona 1
a. Zona 0 b. Zona 2 c. Zona 1
(67)
Tabel 5.6 Range of Motion (ROM) Kegiatan Anode Changing (Lanjutan)
No Elemen Gerakan Tombol yang
Digunakan Foto Kegiatan Jenis Gerakan
Posisi Gerakan
Sudut Selang
Gerakan (o) Zona ROM
Kiri Kanan Kiri Kanan
10 Mensetting anoda
baru 1. Resett
a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan
(fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Duduk -
a. 15 b. 70 c. 5
-
a. Zona 1 b. Zona 2 c. Zona 0
11 Meletakkan anoda baru ke dalam pot
1. Anode Wrence 2. Latch Open 3. Latch trolley
a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan
(fleksi) c. Bahu (Fleksi)
d. Lutut Berdiri a.15 b. 30 c. 60 d. 3 a. 5 b. 70 c. 10 d. 3
a. Zona 1 b. Zona 1 c. Zona 2
a. Zona 0 b. Zona 2 c. Zona 1
12
Menuangkan alumina ke atas
anoda
1.Pitch
2. Anode Latch 3. Treversing
a.Pegelangan tangan (fleksi) b.Siku terhadap lengan
(fleksi) c. Bahu (Fleksi)
Berdiri a.30 b. 70 c. 10 a. 10 b. 20 c. 70
a. Zona 2 b. Zona 2 c. Zona 0
a. Zona 0 b. Zona 0 c. Zona 2
(68)
Dari analisis ROM kegiatan Anode Changing pada Tabel 5.6, diperoleh grafik untuk masing-masing gerakan. Sudut yang terbentuk oleh pergelangan
tangan kiri dan kanan pada kegiatan Anode Changing dapat dilihat pada Gambar
5.9.
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.9 Sudut Pergerakan Pergelangan Tangan
Sudut yang terbentuk oleh siku terhadap lengan bagian kiri dan kanan pada
kegiatan Anode Changing dapat dilihat pada Gambar 5.10.
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.10 Sudut Pergerakan Siku Terhadap Lengan 0 20 40 60 80 100 120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
S u d u t G e r ak an
Elemen Kegiatan
ke-Gerakan Pergelangan Tangan
Kiri Kanan 0 20 40 60 80 100 120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
S u d u t G e r ak an
Elemen Kegiatan
ke-Siku Terhadap Lengan
Kiri Kanan
(69)
Sudut yang terbentuk oleh bahu bagian kiri dan kanan pada kegiatan
Anode Changing dapat dilihat pada Gambar 5.11.
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.11 Sudut Pergerakan Bahu
Sudut yang terbentuk oleh Lutut dan Punggung pada kegiatan Anode
Changing dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.12 Sudut Pergerakan Lutut dan Punggung 0 5 10 15 20 25 30 35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
S u d u t G e r ak an
Elemen Kegiatan
ke-Gerakan Bahu
Kiri Kanan 0 5 10 15 20 25 30 35 1 2 S u d u t G e r ak anSudut pada Lutut dan
Punggung
Kiri Lutut Kanan Lutut Punggung Series4
(70)
Sudut-sudut gerakan yang telah diklasifikasikan ke dalam zona Range of Motion (ROM) operator dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5.13 Klasifikasi Zona Selang Gerak Alami Kegiatan Anode Changing pada Bagian Tubuh Kiri dan Kanan
Dari Gambar 5.13 diketahui bahwa 53 % pergerakan yang dilakukan oleh
tubuh bagian kiri dan 27% pada tubuh bagian kanan pada kegiatan Anode
Changing terdapat pada Zona 2 (Hati-hati). Hal ini menunjukkan bahwa harus dilakukan perbaikan terhadap rancangan tata letak tombol dan kursi kendali.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Zona 0 (Nyaman)
Zona 1 (Aman)
Zona 2 (Hati-hati)
Zona 3 (Berbahaya)
F
r
e
k
u
e
n
si
Zona Range of Motion
Kiri Kanan
(71)
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1 Analisis Aspek Tombol Panel
6.1.1 Analisis Papan Tombol Anode Changing
Berdasarkan pengamatan pada papan tombol Anode Changing
menunjukkan bahwa terdapa dua jenis tombol yang tidak sesuai antara fungsi dan jenis tombol yang digunakan. Tombol-tombol tersebut adalah sebagai berikut: 1. Latch Pitch
Jenis tombol aktual pada tombol Latch Pitch adalah Rotary Switch sedangkan
hubungan control-effect tombol adalah Set Value on Scale sehingga nilai
kesesuaian yang diperoleh adalah 3 (Tidak sesuai). Rekomendasi tombol
yang diberikan adalah Round knob karena tombol ini memiliki nilai
kesesuaian 1 untuk hubungan control-effect “set value on scale”.
2. Reset
Jenis tombol aktual pada tombol Reset adalah Rotary Switch sedangkan
hubungan control-effect tombol adalah Set Value on Scale sehingga nilai
kesesuaian yang diperoleh adalah 3 (Tidak sesuai). Rekomendasi tombol
yang diberikan adalah Round knob karena tombol ini memiliki nilai
kesesuaian 1 untuk hubungan control-effect “set value on scale”.
Hasil penilaian jarak jangkauan tombol panel pada papan tombol Anode
Changing terhadap sudut lengan yang dibentuk menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) tombol yang memiliki derajat kepentingan 1 (sangat penting) ditempatkan
(72)
pada posisi yang tidak tepat sehingga membentuk sudut lengan yang sulit bagi operator. Tombol-tombol tersebut adalah sebagai berikut:
1. Latch
Tombol Latch ditempatkan dengan jarak jangkauan 20 cm sehingga
membentuk sudut lengan 85o. Menurut analisis ROM, sudut pada lengan
dengan range 63o -124o merupakan Zona hati-hati sehingga posisi tombol
Latch harus diperbaiki 2. Latch Trolley
Tombol Latch Trolley ditempatkan dengan jarak jangkauan 18 cm sehingga
membentuk sudut lengan 92o sehingga posisi tombol Latch Trolley harus
diperbaiki. 3. Travelling
Tombol Travelling ditempatkan dengan jarak jangkauan 15 cm sehingga
membentuk sudut lengan 95o sehingga posisi tombol Travelling harus
diperbaiki. 4. Traversing
Tombol Traversing ditempatkan dengan jarak jangkauan 18 cm sehingga
membentuk sudut lengan 92o sehingga posisi tombol Traversing harus
(73)
6.1.2 Analisis Papan Tombol Metal Tapping
Berdasarkan pengamatan pada papan tombol Metal Tapping menunjukkan
bahwa terdapa tiga jenis tombol yang tidak sesuai antara fungsi dan jenis tombol yang digunakan. Tombol-tombol tersebut adalah sebagai berikut:
1. Alumina Receiver
Jenis tombol aktual pada tombol Alumina Receiver adalah Rotary Switch
sedangkan hubungan control-effect tombol adalah Set Value on-off sehingga
nilai kesesuaian yang diperoleh adalah 3 (Tidak sesuai). Rekomendasi tombol
yang diberikan adalah Push Botton/Toggle Switch karena tombol ini memiliki
nilai kesesuaian 1 untuk hubungan control-effect “set on-off”.
2. Ladle Hoist
Jenis tombol aktual pada tombol Ladle Hoist adalah Joystick sedangkan
hubungan control-effect tombol adalah Set Value on Scale sehingga nilai
kesesuaian yang diperoleh adalah 2 (Tidak sesuai). Rekomendasi tombol
yang diberikan adalah Slide Switch karena tombol ini memiliki nilai
kesesuaian 1 untuk hubungan control-effect “set value on scale”.
3. Ejector
Jenis tombol aktual pada tombol Ejector adalah Rotary Switch sedangkan
hubungan control-effect tombol adalah Set on-off sehingga nilai kesesuaian
yang diperoleh adalah 3 (Tidak sesuai). Rekomendasi tombol yang diberikan
adalah Push Botton karena tombol ini memiliki nilai kesesuaian 1 untuk
(74)
Hasil penilaian jarak jangkauan tombol panel pada papan tombol Metal Tapping terhadap sudut lengan yang dibentuk menunjukkan bahwa terdapat 2 (empat) tombol yang memiliki derajat kepentingan 1 (sangat penting) ditempatkan pada posisi yang tidak tepat sehingga membentuk sudut lengan yang sulit bagi operator. Tombol-tombol tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tapping Hoist (Up Down)
Tombol Tapping Hoist (Up Down) ditempatkan dengan jarak jangkauan 22
cm sehingga membentuk sudut lengan 80o. Menurut analisis ROM, sudut
pada lengan dengan range 63o -124o merupakan Zona hati-hati sehingga
posisi tombol Tapping Hoist (Up Down) harus diperbaiki. 2. Tilling Hoist (Up Down)
Tombol Tilling Hoist (Up Down) ditempatkan dengan jarak jangkauan 25 cm
sehingga membentuk sudut lengan 70o sehingga posisi tombol Tilling Hoist
(Up Down)harus diperbaiki.
6.2 Analisis Range of Motion (ROM) Aktual
Analisis Range of Motion (ROM) dilakukan pada kegiatan Anode
Changing untuk melihat sudut-sudut gerakan operator. Hasil analisis ROM menunjukkan bahwa pada tubuh bagian kiri yang terdiri dari pergelangan tangan, siku terhadap lengan, bahu, lutut dan punggung sebesar 13,33% berada pada Zona 0, 33,33% berada pada Zona 1, 53,33% berada pada Zona 2, dan 0% berada pada Zona 3. Sedangkan pada tubuh bagian kanan sebesar 28,73% berada pada Zona 0,
(75)
40,54% berada pada Zona 1, 27,03% berada di Zona 2, dan 2,7% berada pada Zona 3.
(1)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
5.14 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-36 5.15 Rekapitulasi Kuesioner Tertutup... V-40 5.16 Uji Validitas Atribut 1 ... V-37 5.17 Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepentingan ... V-42 5.18 Perhitungan Varians Tiap Atribut ... V-43 5.19 Customer Requirement (CR) terhadap Tata Letak Tombol Panel
Dan Kursi Kendali ... V-45 5.20 Customer Importance (CI) terhadap Perbaikan Tata Letak
Tombol Panel dan Kursi Kendali ... V-46 5.21 Karakteristik Teknis Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali V-47 5.22 Nilai Sales Point Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali ... V-50 5.23 Nilai Importance dan Relative Weight ... V-52 5.24 Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan
Biaya ... V-54 5.25 Kesimpulan Desain Berdasarkan Pengolahan QFD ... V-56 5.26 Kesimpulan Desain Berdasarkan Pengolahan Anthropometri ... V-56 6.1 Nilai Importance Weight dan Relative Weight ... VI-7 6.2 Karakteristik Teknis Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali VI-8 6.3 Perbandingan Rancangan Awal dengan Rancangan Usulan Tata
(2)
1.1 Sketsa di Dalam ruang Kontrol ACC Berdasarkan Kondisi Aktual
Kabin ... I-3 2.1 Peta Lokasi Pabrik Peleburan ... II-11 2.2 Struktur Organisasi PT.Inalum ... II-13 2.3 Struktur Organisasi Bagian SRO ... II-15 2.4 Block Diagram Proses Pengolahan Aluminium ... II-30 3.1 Rancangan Permukaan Tombol yang Dibuat Cekung ... III-3 3.2 Desain Tombol Pemutar ... III-5 3.3 Joystick (Tuas) ... III-7 3.4 Toggle Switch (Tombol Beralih) ... III-8 3.5 Rocker Switch... III-10 3.6 Pedal pada Kaki Operator ... III-12 3.7 Luas Jarak Pergerakan Pengumpul ... III-18 3.8 Gerakan Tangan Operator dalam Posisi Duduk... III-18 3.9 Posisi Duduk Secara General ... III-20 3.10 Rancangan Kursi yang Direkomendasikan ... III-22 3.11 Selang Alami Gerak Tubuh Manusia ... III-24 3.12 Anthropometri Tubuh Manusia... III-29 3.13 House of Quality ... III-32 4.1. Kerangka Konsetual ... IV-3
(3)
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
4.2 Blog Diagram Pengolahan Data ... IV-8 4.3 Blog Diagram Penilaian Kesesuaian Jenis Tombol dan Fungsi
Tombol yang Digunakan ... IV-9 4.4 Blog Diagram Penilaian Jarak Jangkauan Operator Berdasarkan
Derajat Kepentingan Operasi ... IV-10 4.5 Blog Diagram Penilaian Sudut Gerakan Operator dengan Analisis
ROM ... IV-11 4.6 Blog Diagram Perancangan Fasilitas Kerja dengan Pendekatan
Antropometri ... IV-12 4.7 Perancangan dengan Metode Quality Function Deployment ... IV-15 4.8 Blog Diagram Penelitian
5.1 SOP Pergantian Anoda (Anode Changing) ... V-2 5.2 SOP Pengamnbilan Metal (Metal Tapping) ... V-4 5.3 Papan Tombol Anode Changing ... V-6 5.4 Gambar Teknik Papan Tombol Anode Changing ... V-6 5.5 Hubungan Antara Jarak Jangkauan terhadap Sudut Lengan yang
Dibentuk pada Papan Tombol Anode Changing ... V-10 5.6 Papan Tombol Metal Tapping ... V-6 5.7 Gambar Teknik Papan Tombol Metal Tapping ... V-6
(4)
5.8 Hubungan Antara Jarak Jangkauan terhadap Sudut Lengan yang
Dibentuk pada Papan Tombol Metal Tapping ... V-10 5.9 Sudut Pergerakan Pergelangan Tangan ... V-21 5.10 Sudut Pergerakan Siku Terhadap Lengan ... V-21 5.11 Sudut Pergerakan Bahu ... V-22 5.12 Sudut Pergerakan Lutut dan Punggung ... V-22 5.13 Klasifikasi Zona Selang Gerak Alami Kegiatan Anode Changing
pada Bagian Tubuh Kiri dan Kanan ... V-23 5.14 Peta Kontrol untuk Dimensi Anthropometri TInggi Bahu Duduk... V-28 5.15 Hubungan Antar KArakteristik Teknik Rancangan Tata Letak
Tombol dan Kursi Kendali ... V-48 5.16 MAtriks Antara CI dengan Karakteristik Tata Letak Tombol dan
Kursi Kendali ... V-49 5.17 QFD Perbaikan Desain Tata Letak Tombol dan Kursi Kendali ... V-55 5.18 Rancangan Ususlan Kabin ACC ... V-57 5.19 Rancangan Usulan Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali ... V-58 5.20 Tampak Atas Kabin dengan Dimensi ... V-59 5.21 Tampak Depan Kabin dengan Dimensi ... V-59 6.1 Ukuran Kinerja QFD ... VI-9
(5)
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
6.2 Rancangan Awal Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali ... VI-10 6.3 Rancangan Ususlan Tata Letak Tombol Panel dan Kursi Kendali .. VI-10 6.4 Simulasi dalam Menggunakan Kontrol Joystick... VI-12 6.5 Simulasi dalam Mengoperasikan Tombol Aktivasi ... VI-12 6.6 Simulasi dalam Mengoperasikan Papan Tombol Anode Changing . VI-13 6.7 Simulasi dengan Tampak Smaping ... VI-13 6.8 Simulasi dengan Tampak Depan... VI-14 6.9 Simulasi dengan Tampak Atas... VI-14 6.10 Zona ROM dengan Rancangan Aktual ... VI-16 6.11 Zona ROM dengan Rancangan Usulan ... VI-16
(6)
dengan mengoperasikan berbagai tombol dan panel untuk melakukan operasi penukaran Anoda ataupun pengambilan metal. Desain tata letak tombol yang tidak memenuhi kaedah ergonomis yaitu jarak jangkauan yang membentuk sudut gerakan yang tidak aman dan tidak nyaman serta desain kursi yang tidak mempertimbangkan ukuran antropometri menjadi penyebab operator tidak nyaman dan tidak aman dalam bekerja sehingga menimbulkan kesalahan operasi. Analisis Range of Motion (ROM) menunjukkan bahwa 53% gerakan pada tubuh bagian kiri dan 29% gerakan pada tubuh bagian kanan berada pada Zona 2 (Hati-hati). Desain tata letak tombol yang sesuai dengan kaedah ergonomis dan mempertimbangkan aspek teknis dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam mengoperasikan crane. Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang tata letak tombol panel dan kursi kendali dengan pendekatan anthropometri dan metode Quality Function Deployment. (QFD). Pengukuran anthropometri dilakukan terhadap 32 operator ACC dengan mengukur dimensi-dimensi tubuh yang berhubungan dengan fasilitas kerja yang dirancang yaitu penempatan tombol panel dan kursi kendali. Sedangkan metode QFD berfungsi untuk melihat karakteristik teknis fasilitas yang dirancang. Dengan rancangan tata letak tombol dan kursi kendali usulan, dapat diketahui dengan simulasi ROM yang dilakukan bahwa terjadi peningkatan kenyamanan kerja dari 22% menjadi 65% (Zona 0) serta penurunan gerakan kerja yang hati-hati dari 29% menjadi 5% (Zona 2). Hal ini menunjukkan bahwa rancangan usulan sudah cukup efektif.
Kata Kunci : Anthropometri, QFD, Anode Changing Crane, Rancangan Perbaikan