Sudut-sudut pada setiap zona gerakan dijelaskan pada Tabel 3.8. sebagai berikut:
3.8 Zona Selang Gerak Tubuh Manusia
Gerakan Tabel Zona dan selang sudut gerak
O
Zona Zona 1
Zona 2 Zona 3
Pergelangan Tangan
Fleksi 0-10
11-25 26-50
51+ Ekstensi
0-9 10-23
24-45 46+
Bahu Fleksi
0-19 20-47
48-94 95+
Ekstensi 0-6
7-15 16-31
32+ Aduksi
0-5 6-12
13-24 25+
Abduksi 0-13
14-34 35-67
68+
Punggung Fleksi
0-10 11-25
26-45 46+
Ekstensi 0-5
6-10 11-20
21+ Rotasi
0-10 11-25
26-45 46+
Membengkok ke samping
0-5 6-10
11-20 21+
Leher Fleksi
0-9 10-22
23-45 46+
Ekstensi 0-6
7-15 16-30
31+ Rotasi
0-8 9-20
21-40 41+
Membengkok ke samping
0-5 6-12
13-24 25+
Siku terhadap
lengan tangan
Fleksi 0-27
28-62 63-124
124+
Pergelangan kaki
Ekstensi 0-7
8-18 19-35
36+ Fleksi
0-5 6-14
15-28 29+
Pinggul Aduksi
0-5 6-12
13-23 24+
Abduksi 0-12
13-27 28-53
54+ Fleksi
0-22 23-50
50-99 100+
Lutut Fleksi
0-21 22-47
47-94 95+
Sumber : Ergonomic and design A reference Guide dan Human Factor Engineering and Design
Openshaw, 2006
Zona-zona diatas merupakan selang gerak dimana anggota gerak tubuh dapat bergerak secara bebas. Pada selang gerak alami terdapat gerakan
pergelangan tangan, punggung, tulang belakang dan kaki. Gerakan-gerakan tersebut terdiri atas gerakan fleksi flexion, ekstensi extension, deviasi
Universitas Sumatera Utara
ulnar ulnar deviation, adduksi adduction, abduksi abduction, membengkok kesampinglateral bend dan berputar rotation. Gerakan fleksi
flexion adalah pergerakan dari segmen tubuh dikerenakan penurunan sudut pada sendi,
seperti membengkokkan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Ekstensi extension merupakan pergerakan yang berlawanan arah dengan
fleksi yang disebabkan penambahan sudut pada sendi, seperti meluruskan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Adduksi adduction
merupakan pergerakan segmen tubuh terhadap garis tengah tubuh seperti ketika memindahkan lengan dari posisi
horizontal ke posisi vertikal. Abduksi abduction merupakan pergerakan segmen tubuh yang menjauhi garis tengah tubuh seperti mengangkat lengan ke samping.
3.5 Cumulative Trauma Disorder
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak
manajemen perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan
kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen. Faktor penyebab yang ditimbulkan dari
pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan
Universitas Sumatera Utara
cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda
kerja di atas 50 Kg tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada pekerja
Suhardi, 2008. Kerusakan bagian tubuh karena kesalahan ergonomi biasanya disebut dengan Cumulative Trauma Disorder CTD. CTD dapat diterjemahkan
sebagai kerusakan trauma kumulatif. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan
yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan cidera kecil yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang
bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang
diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, bengkak dan gejala lainnya. Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang
tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Biasanya gejala muncul dianggap sepele atau dianggap tidak ada.
Trauma pada jaringan tubuh antara lain disebabkan: over exertion, over stretching, dan over compressor.
CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat pemaparan dari dua atau lebih
faktor resiko ergonomi di tempat kerja. Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu Suhardi 2008:
1. Terdapat postur atau sikap tubuh yang janggal. 2. Gaya yang melebihi kemampuan jaringan.
Universitas Sumatera Utara
3. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal. 4. Frekuensi siklus gerakan dengan postur janggal per menit.
Beberapa contoh CTD: a.
Tendinitis , adalah tendon yang meradang. Gejala yang muncul: sakit,
bengkak, nyeri tekan, lemah di tempat yang terpapar siku, bahu. merupakan contoh CTD.
b. Rotator cuff tendinitis
, satu atau lebih dari empat rotator cuff tendonitis pada bahu meradang. Gejala yang muncul: sakit, gerakan terbatas pada bahu.
c. Tenosynovitis
, pembengkakan pada tendon dan sarung yang menutupi tendon. Gejalanya: pembengkakan, nyeri tekan, sakit pada tempat yang
terpapar siku, tangan, lengan. d.
Carpal tunnel syndrome , tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus
yang melalui pergelangan tangan. Gejalanya: mati rasa,kesemutan, pegal, dan sakit pada pergelangan tangan.
e. Tennis elbow
, peradangan pada tendon di siku. Gejala yang muncul: sakit, sedikit bengkak, dan lemah.
f. White finger
, pembuluh darah di jari-jari rusak. Gejalanya pucat di jari- jari, mati rasa, dan perasaan seakan jari terbakar.
Untuk menghindari cidera, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah.
Setelah jenis pekerjaan tersebut diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan cara kerja yang bisa mengakibatkan cidera.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Anthropometri Orang Indonesia