Sebagai pelindung muka dari logam yang panas, dan api atau sinar pada saat mengelas dan proses pengisian aluminium cair ke dalam dapur Charging.
6. Tutup Telinga
Sebagai pelindung telinga dari kebisingan di pabrik. 7.
Apron Sebagai pelindung tubuh, yaitu bagian dada hingga lutut, dari percikan-
percikan api dari cairan logam panas.
2.10 Pengolahan Limbah
Limbah – limbah yang dihasilkan pada proses produksi pada PT INALUM terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Proses Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan operasional pabrik dikumpulkan pada tempat penyimpanan sementara, dan tempat penyimpanan ini ditutup
dengan baik. Limbah padat ini pada umumnya ditanam di tempat yang sudah ditentukan.
2. Proses Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair diolah dengan cara pengolahan atau pemurnian air industri pada Water Purifying Facilities
. Setelah diolah dan dimurnikan air ini kemudian digunakan kembali baik untuk keperluan industri, maupun keperluan
konsumsi. 3.
Proses Pengolahan Limbah Gas
Universitas Sumatera Utara
Proses pengolahan limbah gas ialah dengan proses dry scrubbing system sistem pembersih gas kering, dimana alumina sebagai adsorbent
direaksikan dengan gas buang HF di dalam sebuah reaktor. Gas yang dilepas dari tungku reduksi termasuk flourida dan debu dihisap ke dalam
sistem pembersih gas kering dengan ventilator penghisap melalui pipa gas.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan penghasil aluminium menggunakan berbagai alat material handling
dalam melaksanakan kegiatan peleburan. Di PT. Inalum, kegiatan penggantian Anoda lama dengan anoda baru dalam proses elektrolisa dilakukan
dengan alat Anode Changing Crane ACC. ACC dioperasikan dengan berbagai macam tombol dan panel yang berfungsi jika dihubungkan dengan arus listrik.
Operator yang mengoperasikan ACC bekerja selama 6 jam dengan satu kali istirahat, dengan kata lain operator bekerja selama 3 jam non stop. Dalam
waktu tersebut, operator dituntut untuk berkonsentrasi dan fokus dalam mengoperasikan berbagai tombol dan panel di dalam kabin ACC. Kabin ACC
berukuran 1 x 1 m dengan tinggi kabin dua meter. Selain dilengkapi dengan papan tombol, dalam kabin ACC juga terdapat kursi untuk operator dengan diameter 30
cm. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, terdapat beberapa permasalahan
pada ACC. Masalah yang pertama adalah desain tata letak tombol panel di dalam ruang kendali crane yang tidak ergonomis, yaitu tombol dan panel yang rapat dan
didesain tidak sesuai dengan pengaturan yang tidak sesuai standar, tidak mempertimbangkan data ukuran antropometri, serta berada terlalu dekat dengan
jangkauan tangan operator crane. Disebabkan oleh tata letak tombol panel yang
Universitas Sumatera Utara