Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 hingga Desember 2014
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Febrina Fajria
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 15 Februari 1993
Agama : Islam
Alamat : Komplek Raysa Minimalis blok C11 Medan Riwayat Pendidikan :
1. TK Islam Al-Marjan 1997 - 1999
2. SD Angkasa IV Jakarta 1999 - 2005
3. SMP 49 Jakarta 2005 - 2008
4. SMA 61 Jakarta 2008 – 2011
Riwayat Pelatihan : 1. PMB FK USU 2012
2. Seminar dokter keluarga dan workshop sirkumsisi SCOPH PEMA FK USU 2012
3. Seminar dan workshop vital sign SCOPH PEMA FK USU 2012 Riwayat Organisasi :
(2)
LAMPIRAN 2
DATA PASIEN
NO USIA GAMBARAN KLINIS
1 25 Missed Abortion
2 23 Inkomplit
3 32 Insipiens
4 40 Imminens
5 18 Imminens
6 30 Imminens
7 36 Imminens
8 18 Inkomplit
9 27 Missed abortion
10 31 Komplit
11 38 Missed Abortion
12 34 Inkomplit
13 34 Inkomplit
14 32 Imminens
15 14 Imminens
16 40 Missed Abortion
17 39 Missed Abortion
18 46 Missed Abortion
19 51 Inkomplit
20 16 Inkomplit
21 31 Inkomplit
22 34 Komplit
23 39 Inkomplit
24 38 Komplit
25 38 Komplit
26 17 Imminens
27 41 Insipiens
(3)
29 19 Inkomplit
30 46 Inkomplit
31 24 Inkomplit
32 45 Missed Abortion
33 39 Missed Abortion
34 32 Missed Abortion
35 36 Imminens
36 45 Inkomplit
37 42 Inkomplit
38 40 Missed Abortion
39 43 Missed Abortion
(4)
(5)
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B., Dkk., 1999. Dampak Abortus terhadap Kesehatan Ibu di Indonesia. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 23(3), pp. 119-125
Baba S, Noda H, Nakayama M, et al., 2010. Risk Factor of Early Spontaneous Abortion Among Japanese: a Matched Case-Control Study, Human Reproduction, 26(2), pp. 466-472.
Cunningham, F.G. et al. 2005. Williams Obstetrics. 22 nd ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc, pp. 950-965
Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Kota Semarang. Diperoleh dari: http://www.pip@litbang depkes.go.id [Diakses tanggal 16 April 2015] Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013. Profil kesehatan 2013.
Diperoleh dari :
http://www.diskes.sumutprov.go.id/editor/gambar/file/Profil%20%20Keseh atan%2020013.pdf [Diakses tanggal 16 April 2015]
Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC, 1998. Pp. 125 – 126
Gunanegara, R. F., 2014. Hubungan Abortus Inkomplit dengan Faktor Risiko pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Pindad Bandung Periode 2013 – 2014. Skripsi. Bandung : Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha. Guyton, A.C., Hall, J.E., 1997. Fungsi Kortisol pada Stress dan Peradangan. In:
Adji Dharma, P., Lukmanto (ed.) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, pp. 1211-1212.
Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 1997. Sekresi Progesteron oleh Plasenta. In: Adji Dharma, P., Lukmanto (ed.) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC, pp. 1311-1312
(7)
Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 1997. Efek Stres Fisiologik terhadap Sekresi ACTH dan Sekresi Adrenokortikal. In: Adji Dharma, P., Lukmanto (ed.) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC, pp. 1214-1215
Henshaw, S.K., Susheela, S., and Haas, T., 1999. The Incidence of Abortion Worldwide. International Family Planning Perspective 25 (supplement): S30 – S38.
Khaskheli, M., 2002. Evaluation of Early Pregnancy Loss. Pakistan J. Med. Research 41 (2): 70-72
KemenPPPA, 2011. Angka Kematian Ibu Melahirkan. Diperoleh dari : www.meggpp.go.id [Diakses pada tanggal 16 April 2015].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2010. Diperoleh dari:
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/ 08/Analisis-Kematian-Ibu-di-Indonesia-Tahun-2010.pdf [Diakses tanggal 16 April 2015]
Lisani,Silmi., 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Abortus di RS Prikasih. Jakarta. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayatullah. Littler, Catharine Parker. 2010. Konsultasi Kebidanan. Jakarta: Erlangga. pp.
227
Manuaba, I.B.G., 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, pp. 95-96
Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta:EGC. pp. 209-217
Notoatmodjo, S.,2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, pp. 37 - 40
(8)
Prawirohardjo, S., 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp. 460 - 473
Rochmawati, P.N., 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Abortus Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro. Skripsi. Klaten: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saifuddin A.B., 1992. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia melalui Upaya Kesehatan Wanita, Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 18(3), pp. 131-153
Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., and Wirakusumah, F.F., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2 nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismae., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Keempat. Jakarta : Binarupa Aksara, pp. 130 -139 Taufiqqurohman, MA., 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
CSGF (The Community of Self Help Group Forum), Klaten. World Health Organization, 2012. Maternal Mortality. Diperoleh dari :
hyyp://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/index.html [Diakses tanggal 16 April 2015]
(9)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Abortus
Definisi: Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Alat ukur dan cara pengukuran: Menggunakan data sekunder dengan melihat data rekam medik pasien di RSUP Haji Adam Malik.
Skala: Nominal. 3.2.2. Usia
Definisi: Usia ibu hamil (tahun) bukan umur kehamilan (minggu). Usia di bagi menjadi: <20 tahun Usia berisiko tinggi
20 – 35 tahun Usia reproduksi sehat >35 tahun Usia berisiko tinggi
Alat ukur dan cara pengukuran: Menggunakan data sekunder dengan melihat data rekam medik pasien di RSUP Haji Adam Malik.
Skala : Nominal
(10)
3.2.3. Gambaran Klinis Abortus
Definisi : Jenis – jenis abortus spontan.
Gambaran klinis dibagi menjadi : Missed Abortion : Abortus Imminens
: Abortus Insipiens : Abortus Komplit : Abortus Inkomplit : Abortus Habitualis : Abortus Septik
Alat ukur dan cara pengukuran: Menggunakan data sekunder dengan melihat data rekam medik pasien di RSUP Haji Adam Malik.
Skala : Nominal 3.3. Hipotesis
(11)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah teknik penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama di sini bukan berarti pada suatu saat observasi dilakukan pada semua objek untuk semua variabel, tetapi tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja, dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi. (Taufiqurrahman, 2003).
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan dan waktu penelitian direncanakan bulan Agustus 2015 – Oktober 2015.
4.3. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah ibu yang mengalami persalinan aterm maupun abortus yang datang ke bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2011 sampai Desember 2014. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling (non-probability sampling).
4.3.1. Besar sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pengambilan sampel sebagai berikut (Lameshow et al., 1990) :
(12)
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang terdapat dalam rumus diatas ditetapkan sebagai berikut:
n = besar sampel
= tingkat kemaknaan (ditetapkan) = nilai uji power (ditetapkan)
= proporsi efek standar (dari pustaka)
= proporsi efek yang diteliti (clinical judgment)
Apabila seluruh nilai-nilai diatas dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut:
Jadi, besar sampel minimum yang digunakan pada penelitian ini adalah 38, yang kemudian dibulatkan menjadi 40 masing-masing kelompok.
4.3.2. Kriteria inklusi
Seluruh ibu hamil yang mengalami persalinan aterm maupun abortus. 4.3.3. Kriteria eksklusi
1. Abortus karena trauma.
2. Abortus dengan riwayat karena obat-obatan.
3. Ibu hamil yang memiliki data rekam medik tidak lengkap atau tidak mencakup variabel penelitian.
4.4. Teknik Pengambilan Data
Jenis penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang didapat peneliti secara tidak langsung. Data ini diambil melalui rekam medik ibu yang mengalami persalinan normal maupun abortus di RSUP H Adam Malik Medan periode Januari 2011 hingga Desember 2014.
(13)
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dan menggunakan komputer dengan fasilitas SPSS 21.0. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data ini adalah :
1. Editing (menyunting data)
Pengeditan dilakukan untuk mengecek kelengkapan dan kejelasan pencatatan data.
2. Coding (mengkode data)
Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data yaitu memberikan koe pada data yang diperoleh. Pemberian kode dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh.
3. Entry data (memasukkan data)
Memasukkan data ke computer untuk dianalisis menggunakan program SPSS 21.0 untuk Windows.
4. Cleaning (pembersihan data)
Setelah semua data dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan perbaikan.
4.6.2 Analisis Data
Data dianalisis secara komputerisasi perangkat lunak pengolahan data dengan analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel, atau bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara dua variabel dengan menggunakan uji chi square. Untuk
(14)
interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan (α) sebesar 5%, dengan catatan jika p < 0,05 maka tolak H0 (ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung), sedangkan bila p > 0,05 maka terima H0 (tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung).
Abortus Tidak abortus
Usia ibu < 20 tahun a b
Usia ibu 20-35 tahun c d
Usia ibu > 35 tahun e f
Tabel 4.1 Penyajian Hasil Pengumpulan Data
Rumus Chi-Square :
Interpretasi hasil :
1. Jika nilai Asymp.Sig < 0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.
2. Jika nilai Asymp.Sig > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.
Atau
1. Jika nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel, maka terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.
2. Jika nilai Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.
(15)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Kelas A dan merupakan pusat rujukan kesehatan untuk provinsi Sumatera Utara.
Data rekam medis ini diambil di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik secara spesifik berdasarkan jenis penyakit dan tahun yaitu ibu hamil yang mengalami abortus dan ibu yang mengalami persalinan aterm yang bermula dari tanggal 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2014.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data
Proses pengambilan data sekunder di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik. Pengambilan data bagi penelitian ini menggunakan teknik Consecutive Sampling, dimana semua data rekam medis bagi penderita abortus dari tahun 2011 hingga 2014 yang didapat secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah data yang diperlukan terpenuhi.
Pengambilan data rekam medis harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan rumus pengambilan besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi tidak berpasangan, besar sampel yang didapat berjumlah 40 data rekam medis ibu hamil yang mengalami abortus.
Penelitian ini juga menggunakan data rekam medis ibu hamil yang mengalami persalinan aterm pada tahun 2011 hingga 2014 untuk dijadikan kelompok pembanding. Oleh karena jumlah data ibu hamil yang mengalami
(16)
abortus sebanyak 40 data rekam medis, maka untuk menyamakan jumlah ini, kelompok pembanding juga diambil sebanyak 40 data rekam medis.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah usia sebagai variabel independen dan abortus sebagai variabel dependen. Selain itu, dari data rekam medis juga diperoleh keterangan mengenai diagnosis dari gambaran klinis abortus yang terjadi.
5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Penderita Abortus dan Persalinan Aterm Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 5.1. Distribusi Penderita Abortus dan Persalinan aterm Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 5.1. di atas menunjukan bahwa kelompok usia yang paling banyak mengalami abortus adalah kelompok usia >35 tahun yaitu sebanyak 21 ( 26,3% ) orang dan sisanya sebanyak 8 ( 10% ) orang mengalami persalinan aterm.
Status Kehamilan
Total
Abortus Aterm
Usia Ibu
<20 tahun
6 4 10
7.5% 5.0% 12.5%
20 - 35 tahun
13 28 41
16.3% 35% 51.3%
>35 tahun
21 8 29
26.3% 10% 36.3%
Total
40 40 80
(17)
Sedangkan kelompok usia yang paling sedikit mengalami abortus adalah kelompok usia <20 tahun yaitu sebanyak 6 ( 7,5% ) orang dan sisanya sebanyak 4 ( 5% ) orang mengalami persalinan aterm. Pada kelompok usia 20-35 sebanyak 13 (16,3% ) orang mengalami abortus dan 28 ( 35% ) orang mengalami persalinan aterm.
5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Klinis
Tabel 5.3. Distribusi Berdasarkan Gambaran Klinis
Gambaran Klinis
Usia (tahun)
Jumlah (orang) Persentase Total (%)
<20 20-35 >35
Missed Abortion
0 2 10 12 30
Imminens 3 2 3 8 20
Insipiens 0 1 1 2 5
Komplitus 0 2 3 5 12,5
Inkomplitus 3 4 6 13 32,5
Habitualis 0 0 0 0 0
Septik 0 0 0 0 0
Provokatus 0 0 0 0 0
Total 6 11 23 40 100
Tabel 5.2. di atas menunjukan bahwa gambaran klinis yang paling banyak ditemukan adalah abortus inkomplitus sebanyak 13 ( 32,5% ) orang dengan kelompok usia paling banyak adalah > 35 tahun yaitu 6 orang dan paling sedikit kelompok usia < 20 tahun yaitu 3 orang. Sedangkan gambaran klinis yang paling sedikit terjadi adalah abortus insipiens sebanyak 2 ( 5% ) orang dengan kelompok
(18)
usia 20-35 tahun yaitu 1 orang dan kelompok usia > 35 tahun 1 orang. Pada gambaran klinis missed abortion ditemukan kelompok usia >35 tahun 10 orang,, tidak ditemukan kelompok usia < 20 tahun. Pada gambaran klinis abortus imminens dan abortus komplit masing-masing ditemukan sebanyak 3 orang pada kelompok usia > 35 tahun. Tidak ada ditemukan kasus abortus provokatus, abortus habitualis, dan abortus septik pada penelitian ini.
5.2. Hasil Analisa Data
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 hingga tahun 2014. Oleh karena itu dilakukan analisa data dengan menggunakan chi-square yang dihitung dengan SPSS 21.0 for Windows.
Tabel 5.4. Hasil Pengujian Statistik Chi-Square
Berdasarkan hasil pengujian statistik dalam penelitian ini, ditemukan nilai p adalah 0,003 yang berarti bahwa nilai p (0,003) < nilai α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan didapatkan ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus
Status Kehamilan
Total P value Abortus Aterm
Usia Ibu
<20 tahun
6 4 10
0,003
7.5% 5.0% 12.5%
20 - 35 tahun
13 28 41
16.3% 35% 51.3%
>35 tahun
21 8 29
26.3% 10% 36.3%
Total
40 40 80
(19)
5.3. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini, kelompok umur pada ibu hamil yang paling banyak mengalami abortus adalah kelompok >35 tahun yaitu sebanyak 21 orang (26,3%), diikuti dengan kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 13 orang (16,3%), dan yang mempunyai kasus abortus paling rendah, kelompok umur <20 tahun (7,5%). Dari hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus dengan nilai p = 0,003.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Littler (2010) bahwa dari sejumlah abortus yang terjadi, ditemukan jika ibu berusia lebih dari 35 tahun maka resiko itu lebih tinggi. Menurut Cunningham et al (2005) pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun. Ini juga mungkin disebabkan oleh adanya kelainan kromosom pada janin ataupun kelainan uterus serta kelainan fungsi hormonal pada ibu. Akibatnya, ibu hamil pada usia tersebut mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi prematur, persalinan lama, perdarahan, dan abortus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Nurvita Rochmawati (2013) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang menyatakan bahwa usia ibu hamil yang berisiko paling tinggi mengalami abortus adalah kelompok usia diatas 35 tahun dan ditemukan adanya hubungan (nilai p = 0,001) antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.
Penelitian Silmi Lisani (2013) di RS Prikasih Jakarta Selatan menyebutkan hasil yang berbeda bahwa usia ibu hamil yang banyak mengalami abortus adalah kelompok usia dibawah 20 tahun dan tidak ditemukan adanya hubungan (nilai p= 0,265) antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus.
Selain itu, yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah diagnosis yang dibuat pada setiap pasien yaitu jenis-jenis gambaran klinis abortus spontan. Dari hasil penelitian ini, gambaran klinis yang paling banyak dialami oleh pasien yang mengalami abortus adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 13 orang (32,5%), diikuti dengan missed abortion (30%), abortus imminens (20%), abortus
(20)
kompletus (12,5%) serta gambaran klinis abortus yang paling rendah adalah abortus insipiens (5%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Khaskheli di Department of Obstetrics & Gynaecology Liaquat Medical College Hospital Hyderabad, Pakistan yaitu abortus inkompletus merupakan jenis abortus yang paling sering ditemukan yaitu 73 kasus (30,4%) dari 240 wanita hamil yang mengalami abortus (Khaskheli, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Rimonta Febby Gunanegara di Rumah Sakit Pindad Bandung juga menunjukan hasil yang sesuai yaitu dari 130 kasus abortus ditemukan abortus inkomplit sebesar 103 kasus (79,23%).
Berdasarkan kelompok usia, pada penelitian ini ditemukan bahwa kelompok usia diatas 35 tahun paling banyak mengalami missed abortion dan abortus inkomplitus. Penderita missed abortus biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. (Cunningham et al., 2005).
(21)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus.
2. Kelompok usia ibu hamil diatas 35 tahun mendapatkan jumlah yang paling banyak yaitu sebanyak 21 orang.
3. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis paling banyak ditemukan adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 32,5% (13orang). dengan usia paling banyak yaitu kelompok usia diatas 35 tahun.
6.1. Saran
a. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kepada terjadinya abortus spontan seperti terdapatnya faktor infeksi, kelainan endokrin, penyebab anatomik, faktor usia ayah, dan juga faktor lain yang cukup besar mempengaruhi kejadian abortus seperti tingkat pendidikan dan faktor sosioekonomi.
(22)
b. Dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas disarankan mencatat dengan terperinci tentang diagnosis pasien serta mencatat dengan lengkap data-data pasien seperti status kehamilan, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat pengobatan. Sistem organisasi rumah sakit juga harus lebih teratur untuk menanggapi data-data pasien yang hilang.
c. Untuk masyarakat diharapkan dapat berperan serta dalam upaya penurunan kejadian abortus dengan salah satunya ikut serta dalam program keluarga berencana, sehingga waktu kehamilan dan jumlah anak dapat direncanakan dengan baik.
(23)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan
2.1.1. Pengertian kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Saiffudin. 2009)
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2010)
2.1.2. Fisiologi Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)
2.2. Abortus
2.2.1. Pengertian abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Prawirohardjo,2010)
(24)
Keguguran atau abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.( Manuaba, 2010)
2.2.2. Etiologi abortus
Menurut Martaadisoebrata (2005), mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada bulan-bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hamper selalu didahului oleh kematian mudigah atau janin. Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin, atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni :
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi) b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2. Faktor Maternal a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester awal atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalomitis.
(25)
Parasit, misalnya Toxoplasma gondii dan Plasmodium b. Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular
c. Kelainan endokrin
Kurangnya sekresi progesteron oleh korpus luteum atau pada penyakit disfungsi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus. d. Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (Human Leukocyte Antigen).
e. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umunya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya akibat trauma pembedahan. Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum gravidarum sebelum minggu ke-8. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil. f. Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau retroflexio gravid incarcerate.
g. Faktor psikosomatik
3. Faktor Eksternal a. Radiasi
Dosis 1 -10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat – obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzene.
(26)
2.2.3. Patofisiologi Abortus
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. (Prawirohardjo, 2010)
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales sebelum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur. (Prawirohardjo, 2010)
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). (Prawirohardjo, 2010)
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan beku darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. (Prawirohardjo, 2010)
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, janin mongering karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia akan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen. (Prawirohardjo, 2010)
(27)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisis cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Prawirohardjo, 2010)
2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Abortus
a) Usia
Berdasarkan teori S. Prawirahardjo (2002) pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilannya tidak dirawat dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress kemudian akan meningkatkan risiko terjadinya abortus. Kejadian abortus berdasarkan usia 42,9% terjadi pada kelompok usia di atas 35 tahun, kemudian diikuti kelompok usia 30 sampai dengan 34 tahun dan diantara 25 sampai dengan 29 tahun. Hal ini disebabkan usia diatas 35 tahun secara medis merupakan usia yang rawan untuk kehamilan. Selain itu, ibu cenderung memberi perhatian yang kurang terhadap kehamilannya dikarenakan sudah mengalami kehamilan lebih dari sekali. Wanita hamil pada umur muda (< 20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis belum matang dalam mengahadapi tuntutan beban moril, dan emosional, dan dari segi medis sering mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus. Menurut Cunningham et al (2009) pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun. Akibatnya, ibu hamil pada usia tersebut mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi premature, persalinan lama, perdarahan, dan abortus. Abortus spontan yang secara klilnis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
(28)
b) Paritas (jumlah anak 4 orang atau lebih)
Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko abortus meningkat seiring dengan paritas pada ibu. (Cunningham et al, 2005)
c) Usia kehamilan
Perdarahan melalui jalan lahir yang disertai nyeri perut bawah yang hebat pada kehamilan sebelum 3 bulan atau pada ibu yang terlambat haid 1-3 bulan dapat disebabkan oleh keguguran atau keguguran yang mengancam, merupakan keadaan sangat berbahaya. (Kenneth J.Leveno et al, 2009 dalam Eli Lukitasari, 2010)
d) Riwayat abortus sebelumnya
Menurut Prawirohardjo (2010) riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah mengalami 2 kali abortus risikonya meningkat 25%. Beberapa studi menduga bahwa setelah mengalami 3 kali abortus berurutan risikonya meningkat menjadi 30-45%. Menurut Suryadi (1994) penderita dengan riwayat abortus satu kali dan dua kali menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang terhambat pada kehamilan berikutnya melahirkan bayi prematur. Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, prematuritas.
e) Jarak Kehamilan
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus). Insidensi abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan aterm. (Cunningham et al, 2005)
(29)
f) Pendidikan
Martaadisoebrata dalam Wahyuni (2012) menyatakan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual akan berpengaruh pada wawasan dan cara berpikir baik dalam tindakan dan pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan dalam menggunakan pelayanan dalam kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, meskipun sarana kesehatan telah bersedia namun belum tentu mereka mau menggunakannya. g) Penyakit Infeksi
Riwayat penyakit ibu seperti pneumoni, typhus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu pula dengan penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang terjadinnya abortus. (Mochtar, 1998)
h) Alkohol
Alkohol dinyatakan meningkatkan risiko abortus spontan, meskipun hanya digunakan dalam jumlah sedang. (Cunningham et al, 2005)
i) Merokok
Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontan daripada wanita yang tidak merokok. Baba et al (2010) menyatakan bahwa kebiasaan gaya hidup merokok pada ibu dan suaminya berpengaruh terhadap kejadian abortus. Merokok 1-19 batang perhari dan >20 batang perhari memiliki efek pada ibu mengalami abortus lebih awal. (Cunningham et al, 2005)
2.2.5 Macam-macam abortus
Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi abortus antara lain :
1. Abortus provokatus didefinisikan sebagai prosedur untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan baik oleh orang yang tidak memiliki
(30)
ketrampilan yang diperlukan atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.
2. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Pertimbangan demi menyelamatkan nyawa ibu dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit Dalam, dan spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait.
3. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya tindakan apapun. Berdasarkan gambaran kliniknya, dibagi menjadi berikut :
a) Abortus Imminens
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
b) Abortus Insipiens
Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gambar 2.1 Abortus Imminens
Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC
(31)
c) Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
d) Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Gambar 2.2 Abortus Insipiens
Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC
Gambar 2.3 Abortus Kompletus
Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC
(32)
e) Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus di halangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis.
f) Missed Abortion
Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu atau lebih, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 6 minggu atau lebih.
Gambar 2.4 Abortus Inkomplitus
Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC
Gambar 2.5 Missed Abortus
Sumber : Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit buku EGC
(33)
g) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
h) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang diserti infeksi pada alat genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).
2.3. Hubungan abortus dengan usia ibu hamil
Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya, sehingga hal ini menyebabkan kondisi ibu menjadi stress. Umur ibu merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat abortus. Semakin muda usia ibu pada waktu hamil, semakin besar risiko kematian yang dihadapi. Angka kematian akibat abortus yang tinggi di Amerika Latin ditemukan pada kelompok remaja, sedangkan pada kelompok mahasiswa dan pekerja relatif lebih rendah (Erica, 1994).
Sangat mengagumkan bahwa hampir semua jenis stres, apakah bersifat fisik atau neurogenik, akan menyebabkan peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior. Beberapa jenis stres yang meningkatan pelepasan kortisol adalah sebagai berikut:
a. Hampir semua jenis trauma b. Infeksi
c. Kepanasan atau kedinginan yang hebat
d. Penyuntikan norepinefrin dan obat-obat simpatomimetik lainya e. Pembedahan
(34)
g. Hampir setiap penyakit yang menyebabkan kelemahan. (Guyton and Hall, 1997).
Bahwa hampir setiap jenis stres fisik atau mental dalam waktu beberapa menit saja sudah dapat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol juga akan sangat menigkat, sekresi kortisol ini sering meningkat sampai 20 kali lipat. Efek ini di gambarkan dengan jelas sekali oleh respons sekresi adrenokortikal yang cepat dan kuat setelah trauma.
Rangsangan sakit yang disebabkan oleh jenis stres fisik apapun atau kerusakan jaringan pertama dihantarkan ke atas melalui batang otak dan akhirnya ke puncak median hipotalamus.
Stres mental dapat juga segera menyebabkan peningkatan sekresi ACTH. Keadaan ini dianggap sebagai akibat naiknya aktivitas dalam sistim limbik, khususnya dalam regio amigdala dan hipokampus, yang keduanya kemudian menjalarkan sinyal ke bagian posterior medial hipotalamus. (Guyton and Hall, 1997).
Pada kehamilan , plasenta membentuk sejumlah besar human chorionic gonadotropin, estrogen, progesteron, dan human chorionic somatomammotropin, dimana tiga hormon yang pertama, dan mungkin juga yang keempat, semuanya penting untuk berlangsungnya kehamilan normal. (Guyton and Hall, 1997).
Progresteron merupakan sebuah hormon yang penting untuk kehamilan, kenyataan sama penting seperti estrogen. Selain disekresikan dalam jumlah cukup banyak oleh korpus luteum pada awal kehamilan, progresteron juga disekresikan dalam jumlah banyak oleh plesenta, kira- kira 0,25 g/hari sewaktu mendekati akhir masa kehamilan. Tentu saja kecepatan sekresi progresteron meningkat kira-kira 10 kali lipat selama kehamilan.
Pengaruh-pengaruh khusus progresteron yang penting untuk kemajuan kehamilan dan bahkan untuk kesinambungan adalah sebagai berikut:
(35)
a. Progresteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh dalam endometrium uterus, dan selanjutnya sel-sel ini memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal.
b. Progresteron mempunyai pengaruh khusus dalam menurunkan kontraktilitas uterus gravida, jadi mencegah kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan.
c. Progresteron juga membantu perkembangan hasil konseptus bahkan sebelum implantasi, karena progresteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba fallopi dan uterus untuk menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk pekembangan morula dan blastokista. Juga, ada beberapa alasan untuk mempercayai bahwa progresteron bahkan mempengaruhi pembelahan sel pada awal perkembangan embrio.
d. Progresteron yang disekresikan selama kehamilan juga membantu estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi. (Guyton and Hall, 1997).
(36)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012)
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 (Kelahiran Hidup) KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil sensus penduduk 2010 sebesar 259/100.000 KH. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307/100.000 KH.
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh perdarahan sebanyak 28 %, eklampsi sebanyak 24 %, infeksi sebanyak 11 %, komplikasi masa puerperium sebanyak 8 %, Abortus 5 %, partus lama 5 %, Emboli obstetrik 3 % dan lain-lain 11 % (KemenPPPA, 2011).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Prawirohardjo, 2010)
(37)
Pada tahun 2008 angka kematian ibu yang disebabkan oleh abortus sebanyak 30-50%, abortus spontan sebanyak 10%, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 139 kasus di Rumah sakit Roemani semarang.
Data abortus di Rumah sakit umum daerah ambarawa tercatat pada tahun 2012 sebanyak 142 ibu yang mengalami abortus, diantaranya adalah abortus imminens, abortus insipiens, abortus komplit, abortus inkomplit maupun abortus tindakan secara medis dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 123 ibu yang mengalami abortus diantaranya sebagian besar yaitu abortus komplit dan sebagian kecil mengalami abortus insipient (RSUD Ambarawa). (Depkes RI, 2011)
Abortus disebabkan tiga faktor, faktor maternal, faktor janin, dan faktor paternal (Mochtar, 2002). Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia dan adanya riwayat abortus berulang. Risiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas dan usia ibu. Pada ibu usia dibawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko meningkat 10% pada usia ibu diatas 35 tahun dan mencapai 50% pada usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko abortus ini diduga berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut. (Cunningham, 2005)
Resiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal. Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka resiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya resiko kejadian kelainan kromosom. Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu faktor etiologi abortus (Friedman,1998).
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi
(38)
dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikoogis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba,1998)
Jika tingkat aborsi dievaluasi berdasarkan usia produktif wanita, didapati bahwa remaja (kurang dari 20 tahun) dan wanita usia 40 atau lebih tua adalah yang paling mungkin untuk melakukan aborsi jika mereka hamil. Dengan demikian, proporsi kehamilan berakhir dengan aborsi adalah terbesar di awal dan akhir masa reproduksi wanita (Henshaw et al. 1999).
Berdasarkan data penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 1999 yang mengalami abortus tercatat ada 122 orang dan pada tahun 2000-2001 tercatat ada 130 orang, sedangkan di RSUD Dr.Pringadi Medan tercatat ada 141 orang. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aldiansyah D. tentang prevalensi abortus di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2010, dijumpai prevalensi abortus berkisar 7,1 % dan dijumpai distribusi abortus yang paling banyak yaitu dari kelompok usia 31-40 tahun dan multipara sebanyak 19 pasien.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan. (Prawirohardjo, 2010)
Berdasarkan data tersebut maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 sampai Desember 2014.
(39)
1.2. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik periode Januari 2011 hingga Desember 2014?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kejadian abortus dengan usia ibu yang terdapat di RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2011-2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui klasifikasi jenis abortus yang terjadi di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui frekuensi dari kelompok usia ibu hamil yang mengalami abortus.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
a. Menambah pengetahuan mengenai hubungan antara faktor usia ibu dengan abortus.
b. Mengembangkan minat, daya pikir dan kemampuan untuk melakukan penelitian di bidang kesehatan.
1.4.2. Bagi pendidikan
Sebagai referensi dalam pengembangan pengetahuan dibidang kedokteran khususnya mengenai abortus.
1.4.3. Bagi masyarakat.
Dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat tentang faktor-faktor risiko terjadinya abortus.
(40)
1.4.4. Bagi institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit mengenai kasus-kasus abortus pada ibu hamil yang terjadi di RSUP Haji Adam Malik Medan.
(41)
ABSTRAK
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Penyebab kematian ibu di Indonesia 5% disebabkan oleh abortus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014. Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari rekam medis RSUP H. Adam Malik sebanyak 40 rekam medis, dengan cara consecutive sampling. Analisa data dalam penelitian ini diolah secara Chi-square dengan nilai signifikasi 0,05. Hasil penelitian ini yaitu ditemukan usia ibu hamil diatas 35 tahun yang paling banyak mengalami abortus (26,3%) dan paling sedikit pada usia ibu hamil dibawah 20 tahun (7,5%). Gambaran klinis yang banyak dijumpai di RSUP H. Adam Malik adalah abortus inkomplitus dengan kelompok usia terbanyak > 35 tahun. Hasil analisa data didapatkan nilai p 0,003 < nilai α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik.
(42)
ABSTRACT
Abortion is the termination of pregnancy by removing a fetus or embryo from the womb before it can survive on its own. As the limit is less than 20 weeks gestation or fetal weight less than 500 grams. In Indonesia, about 5% of maternal mortality is caused by abortion. The purpose of this study was to determine the correlation between maternal age and the incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik, January 2011- December 2014. The method of this study is analytic with cross sectional study. There are 40 samples taken by secondary data from the abortion patient’s and the single spontaneous delivery patient’s medical records January 2011 until December 2014 at RSUP H. Adam Malik using consecutive sampling. This study was analized by using Chi-Square test with p value 0,05. The most prevalence maternal age of the abortion patients is over 35 years old (26,3%) and the least prevalence is under 20 years old (7,5%). The study also found the most clinical features at RSUP H. Adam Malik is incomplete abortion with over 35 years old group age. The results of analysis data showed that p value 0,003 < α value 0,05. In conclusion, there is a correlation between maternal age and incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik.
(43)
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN ANGKA
KEJADIAN ABORTUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK
PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2014
Oleh :
FEBRINA FAJRIA
120100160
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(44)
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN ANGKA
KEJADIAN ABORTUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK
PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2014
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
FEBRINA FAJRIA
120100160
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(45)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 hingga Desember 2014
Nama : Febrina Fajria NIM : 120100160
Pembimbing Penguji I
(dr. Esther. R. D. Sitorus, M.Ked(PA), Sp.PA) (dr. Ariyati Yosi, Sp.KK) NIP : 19711208 200312 2 001 NIP : 1974090 6200801 2 015
Penguji II
( dr. Maya Savira, M.Kes ) NIP : 19761119 200312 2 001
Medan, 11 Januari 2016 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.Pd – KGEH) NIP : 19540220 195011 1 001
(46)
ABSTRAK
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Penyebab kematian ibu di Indonesia 5% disebabkan oleh abortus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014. Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari rekam medis RSUP H. Adam Malik sebanyak 40 rekam medis, dengan cara consecutive sampling. Analisa data dalam penelitian ini diolah secara Chi-square dengan nilai signifikasi 0,05. Hasil penelitian ini yaitu ditemukan usia ibu hamil diatas 35 tahun yang paling banyak mengalami abortus (26,3%) dan paling sedikit pada usia ibu hamil dibawah 20 tahun (7,5%). Gambaran klinis yang banyak dijumpai di RSUP H. Adam Malik adalah abortus inkomplitus dengan kelompok usia terbanyak > 35 tahun. Hasil analisa data didapatkan nilai p 0,003 < nilai α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik.
(47)
ABSTRACT
Abortion is the termination of pregnancy by removing a fetus or embryo from the womb before it can survive on its own. As the limit is less than 20 weeks gestation or fetal weight less than 500 grams. In Indonesia, about 5% of maternal mortality is caused by abortion. The purpose of this study was to determine the correlation between maternal age and the incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik, January 2011- December 2014. The method of this study is analytic with cross sectional study. There are 40 samples taken by secondary data from the abortion patient’s and the single spontaneous delivery patient’s medical records January 2011 until December 2014 at RSUP H. Adam Malik using consecutive sampling. This study was analized by using Chi-Square test with p value 0,05. The most prevalence maternal age of the abortion patients is over 35 years old (26,3%) and the least prevalence is under 20 years old (7,5%). The study also found the most clinical features at RSUP H. Adam Malik is incomplete abortion with over 35 years old group age. The results of analysis data showed that p value 0,003 < α value 0,05. In conclusion, there is a correlation between maternal age and incidence of abortion at RSUP H. Adam Malik.
(48)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan rezeki serta waktu sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan peneltian karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Tak lupa, penulis juga menyampaikan salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak. Amin.
Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadia abortus di RSUP H. Adam Malik periode Januari 2011 hingga Desember 2014” penulis menemukan banyak hambatan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak, penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara
2. dr. Esther R. D. Sitorus, M.Ked(PA), Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk memberi bimbingan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.
3. dr. Feraluna Nasution, Sp.A dan dr. Maya Savira, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Kepada orangtua penulis, Mien Suwartini dan Kombes Pol Drs. Novi Ermansyah, kepada saudara saya, Yunita Nuzulia, S.H. dan Jayanthy Miendania, S.H., serta kepada keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan doa kepada saya.
(49)
5. Kepada Anif Fauzi Harahap, yang telah memberikan dukungan moral dan selalu bersedia mendampingi untuk mendengar keluhan-keluhan selama proses penyusunan penelitian karya tulis ilmiah ini.
6. Kepada Fiona Yosephine dan Piranavan, selaku teman satu kelompok, yang telah memberikan kerjasama dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ini.
7. Kepada sahabat-sahabat saya di Medan, Milla Shera, Baginda Asyraf H, Nurul Akla, Yusuf Adira, Abraham Sihotang, Ulvi, Feby, Rizqy Joeandri, Hansel Ardy, Andrea, Arafat, Luthfi, Mafazi, Yovi, Arif Kincit, Arif Papa, Nasir, Sergio, Ikhsan, Reza, Umar, Farid, Rian, Mika, Kiko dan Rama yang telah memberikan dukungan serta masukan dari awal masa perkuliahan hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada sahabat-sahabat saya di Jakarta, Bani, Janet, Alfa, Henry, Dewo, Yovi, Pinkan, Shelly, Bunga, Dea, Sarah, Zia, Lanti, Ica, Niken, dan Donna yang telah memberikan dukungan moral serta doa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan agar pembaca memberikan kritikan dan masukan yang membangun demi kesempurnaan penulisan hasil karya tulis ilmiah nanti. Terima kasih.
Medan, 8 Desember 2015
(50)
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Kehamilan... 6
2.1.1. Pengertian kehamilan ... 6
2.1.2. Fisiologi Kehamilan ... 6
2.2. Abortus ... 6
2.2.1. Pengertian abortus ... 6
2.2.2. Etiologi abortus ... 7
2.2.3. Patofisiologi Abortus ... 9
2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Abortus ... 10
2.2.5 Macam-macam abortus (Sarwono, 2008) ... 12
2.3. Hubungan abortus dengan usia ibu hamil ... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19
3.1. Kerangka Konsep ... 19
3.2. Definisi Operasional ... 19
3.3. Hipotesis ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
(51)
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
4.3. Subyek Penelitian ... 21
4.4. Teknik Pengambilan Data ... 22
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23
4.5.1. Pengolahan Data... 23
4.6.2 Analisis Data ... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25
5.1. Hasil Penelitian ... 25
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data ... 25
5.2. Hasil Analisa Data ... 28
5.3. Pembahasan ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
6.1. Kesimpulan ... 31
6.1. Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN
(52)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Abortus Imminens ... 13
Gambar 2.2 Abortus Insipiens... 14
Gambar 2.3 Abortus Kompletus ... 14
Gambar 2.4 Abortus Inklompetus ... 15
Gambar 2.5 Missed Abortion ... 15
(53)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data 23 Tabel 5.1. Distribusi Penderita Abortus dan
Persalinan Aterm Berdasarkan Kelompok Usia
25
Tabel 5.2. Distribusi Data Berdasarkan
Klasifikasi 26
Tabel 5.3. Distribusi Data Berdasarkan
Gambaran Klinis 27
(54)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ... 36
LAMPIRAN 2 ... 37
LAMPIRAN 3 ... 39
LAMPIRAN 4 ... 40
LAMPIRAN 5 ... 41
(1)
5. Kepada Anif Fauzi Harahap, yang telah memberikan dukungan moral dan selalu bersedia mendampingi untuk mendengar keluhan-keluhan selama proses penyusunan penelitian karya tulis ilmiah ini.
6. Kepada Fiona Yosephine dan Piranavan, selaku teman satu kelompok, yang telah memberikan kerjasama dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ini.
7. Kepada sahabat-sahabat saya di Medan, Milla Shera, Baginda Asyraf H, Nurul Akla, Yusuf Adira, Abraham Sihotang, Ulvi, Feby, Rizqy Joeandri, Hansel Ardy, Andrea, Arafat, Luthfi, Mafazi, Yovi, Arif Kincit, Arif Papa, Nasir, Sergio, Ikhsan, Reza, Umar, Farid, Rian, Mika, Kiko dan Rama yang telah memberikan dukungan serta masukan dari awal masa perkuliahan hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada sahabat-sahabat saya di Jakarta, Bani, Janet, Alfa, Henry, Dewo, Yovi, Pinkan, Shelly, Bunga, Dea, Sarah, Zia, Lanti, Ica, Niken, dan Donna yang telah memberikan dukungan moral serta doa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan agar pembaca memberikan kritikan dan masukan yang membangun demi kesempurnaan penulisan hasil karya tulis ilmiah nanti. Terima kasih.
Medan, 8 Desember 2015
(2)
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Kehamilan... 6
2.1.1. Pengertian kehamilan ... 6
2.1.2. Fisiologi Kehamilan ... 6
2.2. Abortus ... 6
2.2.1. Pengertian abortus ... 6
2.2.2. Etiologi abortus ... 7
2.2.3. Patofisiologi Abortus ... 9
2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Abortus ... 10
2.2.5 Macam-macam abortus (Sarwono, 2008) ... 12
2.3. Hubungan abortus dengan usia ibu hamil ... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19
3.1. Kerangka Konsep ... 19
3.2. Definisi Operasional ... 19
3.3. Hipotesis ... 20
(3)
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
4.3. Subyek Penelitian ... 21
4.4. Teknik Pengambilan Data ... 22
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23
4.5.1. Pengolahan Data... 23
4.6.2 Analisis Data ... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25
5.1. Hasil Penelitian ... 25
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data ... 25
5.2. Hasil Analisa Data ... 28
5.3. Pembahasan ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
6.1. Kesimpulan ... 31
6.1. Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN
(4)
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Abortus Imminens ... 13
Gambar 2.2 Abortus Insipiens... 14
Gambar 2.3 Abortus Kompletus ... 14
Gambar 2.4 Abortus Inklompetus ... 15
Gambar 2.5 Missed Abortion ... 15
(5)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data 23
Tabel 5.1. Distribusi Penderita Abortus dan Persalinan Aterm Berdasarkan Kelompok Usia
25
Tabel 5.2. Distribusi Data Berdasarkan
Klasifikasi 26
Tabel 5.3. Distribusi Data Berdasarkan
Gambaran Klinis 27
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ... 36
LAMPIRAN 2 ... 37
LAMPIRAN 3 ... 39
LAMPIRAN 4 ... 40
LAMPIRAN 5 ... 41