usia 20-35 tahun yaitu 1 orang dan kelompok usia 35 tahun 1 orang. Pada gambaran klinis missed abortion ditemukan kelompok usia 35 tahun 10 orang,,
tidak ditemukan kelompok usia 20 tahun. Pada gambaran klinis abortus imminens dan abortus komplit masing-masing ditemukan sebanyak 3 orang pada
kelompok usia 35 tahun. Tidak ada ditemukan kasus abortus provokatus, abortus habitualis, dan abortus septik pada penelitian ini.
5.2. Hasil Analisa Data
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik
pada tahun 2011 hingga tahun 2014. Oleh karena itu dilakukan analisa data dengan menggunakan chi-square yang dihitung dengan SPSS 21.0 for Windows.
Tabel 5.4. Hasil Pengujian Statistik Chi-Square
Berdasarkan hasil pengujian statistik dalam penelitian ini, ditemukan nilai p adalah 0,003 yang berarti bahwa nilai p 0,003 nilai α 0,05, maka Ho
ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan didapatkan ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus
Status Kehamilan Total
P value Abortus
Aterm
Usia Ibu 20 tahun
6 4
10
0,003 7.5
5.0 12.5
20 - 35 tahun
13 28
41 16.3
35 51.3
35 tahun
21 8
29 26.3
10 36.3
Total
40 40
80 100.0
100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini, kelompok umur pada ibu hamil yang paling banyak mengalami abortus adalah kelompok 35 tahun yaitu sebanyak 21 orang 26,3,
diikuti dengan kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 13 orang 16,3, dan yang mempunyai kasus abortus paling rendah, kelompok umur 20 tahun 7,5. Dari
hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus dengan nilai p = 0,003.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Littler 2010 bahwa dari sejumlah abortus yang terjadi, ditemukan jika ibu berusia lebih
dari 35 tahun maka resiko itu lebih tinggi. Menurut Cunningham et al 2005 pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun. Ini juga mungkin
disebabkan oleh adanya kelainan kromosom pada janin ataupun kelainan uterus serta kelainan fungsi hormonal pada ibu. Akibatnya, ibu hamil pada usia tersebut
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi prematur, persalinan lama, perdarahan, dan abortus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Nurvita Rochmawati 2013 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang
menyatakan bahwa usia ibu hamil yang berisiko paling tinggi mengalami abortus adalah kelompok usia diatas 35 tahun dan ditemukan adanya hubungan nilai p =
0,001 antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus. Penelitian Silmi Lisani 2013 di RS Prikasih Jakarta Selatan menyebutkan
hasil yang berbeda bahwa usia ibu hamil yang banyak mengalami abortus adalah kelompok usia dibawah 20 tahun dan tidak ditemukan adanya hubungan nilai p=
0,265 antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus. Selain itu, yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah diagnosis
yang dibuat pada setiap pasien yaitu jenis-jenis gambaran klinis abortus spontan. Dari hasil penelitian ini, gambaran klinis yang paling banyak dialami oleh pasien
yang mengalami abortus adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 13 orang 32,5, diikuti dengan missed abortion 30, abortus imminens 20, abortus
Universitas Sumatera Utara
kompletus 12,5 serta gambaran klinis abortus yang paling rendah adalah abortus insipiens 5.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Khaskheli di Department of Obstetrics Gynaecology Liaquat Medical College Hospital Hyderabad,
Pakistan yaitu abortus inkompletus merupakan jenis abortus yang paling sering ditemukan yaitu 73 kasus 30,4 dari 240 wanita hamil yang mengalami abortus
Khaskheli, 2002. Penelitian yang dilakukan oleh Rimonta Febby Gunanegara di Rumah Sakit
Pindad Bandung juga menunjukan hasil yang sesuai yaitu dari 130 kasus abortus ditemukan abortus inkomplit sebesar 103 kasus 79,23.
Berdasarkan kelompok usia, pada penelitian ini ditemukan bahwa kelompok usia diatas 35 tahun paling banyak mengalami missed abortion dan abortus
inkomplitus. Penderita missed abortus biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Cunningham et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan usia ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan, dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian abortus.
2. Kelompok usia ibu hamil diatas 35 tahun mendapatkan jumlah yang
paling banyak yaitu sebanyak 21 orang. 3.
Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis paling banyak ditemukan adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 32,5
13orang. dengan usia paling banyak yaitu kelompok usia diatas 35 tahun.
6.1. Saran
a. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti lebih lanjut
faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kepada terjadinya abortus spontan seperti terdapatnya faktor infeksi, kelainan endokrin,
penyebab anatomik, faktor usia ayah, dan juga faktor lain yang cukup besar mempengaruhi kejadian abortus seperti tingkat
pendidikan dan faktor sosioekonomi.
Universitas Sumatera Utara