Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)

(1)

Lampiran 1 : KUESIONER PENELITIAN

Responden yang terhormat,

Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi lembar kuesioner ini dengan lengkap dan sesuai petunjuk yang tertera. Adapun judul penelitian ini adalah “PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD) TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

(AKIB) STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA MEDAN”.

Saya berharap Bapak/Ibu menjawab dengan leluasa, sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan, lakukan dan alami. Kesediaan Bapak/Ibu mengisi lembar kuesioner ini adalah bantuan yang tidak ternilai bagi saya.Akhirnya, saya sampaikan terima kasih atas kerjasamanya.

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ………(boleh tidak diisi) 2. Jenis kelamin: : ……… L/P

3. Usia : ………tahun 4. Pendidikan : SLTA/D-3/S-1/S-2/S-3

5. Pangkat /Jabatan : ……… 6. Lama bekerja di bidang ini : ………tahun

B. DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA LANGSUNG 1. Kuisioner Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

No Item Kuisioner STS TS KS S SS

1. Basis Akuntansi penyusunan laporan keuangan berdasarkan PP 24 tahun 2005 berbasis kas

2. Unsur yang terdapat dalam LRA adalah Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan

3. Klasifikasi belanja menurut Permendagri 21 Tahun 2011 dalam penyusunan APBD adalah Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung.

4. Basis akuntansi berdasarkan PP 71 Tahun 2010 adalah berbasis Akrual 5. Unsur – unsur yang terdapat dalam Laporan Akuntabilitas adalah

Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan

6. Dalam membuat laporan keuangan daerah, penyelenggara sistem akuntansi harus mengacu pada petunjuk teknis dari atasan


(2)

45

2. Kuisioner Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP)

No Item Kuisioner STS TS KS S SS

1. Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.

2. Laporan keuangan digunakan sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban kepada publik.

3. Laporan Penggunaan Anggaran disajikan secara terbuka, cepat, dan tepat kepada seluruh masyarakat.

4. Kepentingan publik dan golongan menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan APBD

5. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan

mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada. 6. Laporan Keuangan PEMDA merupakan barang rahasia sehingga

masyarakat tidak perlu tahu.

7. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk

memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi

8. Pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran di awasi secara continue 9. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung

mengenai otorisasi penggunaan dana

10. Pengawasan penggunaan keuangan dan anggaran tidak perlu dilakukan secara continue

Sumber : Soleha 2011, Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan di Pemerintahan Provinsi Banten 3. Aktivitas Pengendalian

No. Kompetensi auditor STS TS KS S SS

1. Pemilihan prinsip akuntansi dan pengembangan estimasi akuntansi konsisten dengan tujuan dan pelaporan yang wajar 2. Kebijakan dan prosedur personel yang ada menghasilkan

perekrutan atau pengembangan orang yang berkompeten dan dapat dipercaya yang diperlukan untuk mendukung struktur pengendalian intern yang efektif.

3. Personel harus memahami tugas prosedur dalam pekerjaan mereka masing-masing

4. Setiap transaksi pembelanjaan terdapat nota pembayaran yang disetujui dengan dokumen pendukung untuk setiap cek yang disiapkan.

5. Hanya personel yang mempunyai orientasi yang diizinkan untuk menandatangani cek

6. Penandatanganan cek dengan memeriksa kesesuaian dari detil cek nota pembayaran sebelum menandatangani.

7. Terdapat pemisahan tugas antara : personel yang memberi


(3)

Sumber : Soleha 2011, Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan di Pemerintahan Provinsi Banten.

No. Kompetensi auditor STS TS KS S SS

antara personel yang menandatangani cek dan personel yang mencatat cek.

8. Pengecekan independen atas kesesuaian iktisar cek harian yang diterbitkan dengan jurnal untuk pengeluaran kas.


(4)

47

Lampiran 2 : OUTPUT AMOS 22

Uji Validitas dan Reliabilitas SAKD

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.964 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 20.9667 21.137 .943 .953

p2 21.0333 21.206 .931 .954

p3 20.9000 20.645 .912 .955

p4 20.8333 20.282 .930 .954

p5 21.1333 21.154 .756 .968

p6 21.2000 21.890 .751 .967

p7 20.9333 20.961 .914 .955

Uji Validitas dan Reliabilitas AKIP

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.974 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 33.2333 50.116 .917 .970

p2 33.1000 48.783 .870 .972

p3 32.9667 47.413 .936 .969

p4 33.3000 49.114 .857 .972

p5 33.2667 49.444 .969 .968

p6 33.9667 56.447 .443 .983

p7 33.3333 51.264 .950 .970

p8 33.1333 48.740 .940 .969

p9 33.2000 49.338 .952 .969


(5)

Uji Validitas dan Reliabilitas Aktivitas Pengendalian

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.988 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 28.0000 37.448 .953 .987

p2 28.0000 37.448 .953 .987

p3 27.8333 35.937 .950 .987

p4 27.9000 36.162 .965 .986

p5 28.0000 36.414 .920 .988

p6 27.9333 36.271 .976 .986

p7 27.9667 36.999 .923 .988

p8 27.9000 36.507 .975 .986

Distribusi Frekuensi dan Persentase SAKD Pertanya

an

STS TS KS S SS Total Ma

x Mi

n

Rata-Rata

f % f % f % f % f % f %

p1 0 0 0 0 9 25 2

7 75 0 0 3 6

10

0 4 3 3.75 p2 0 0 0 0

1 1 30.5 6 2 5 69.4

4 0 0 3 6

10

0 4 3 3.69 p3 0 0 0 0 8

22.2 2

2 5

69.4 4 3

8.33 3

3 6

10

0 5 3 3.86 p4 0 0 1

2.77 8 8

22.2 2

2 3

63.8 9 4

11.1 1

3 6

10

0 5 2 3.83 p5 0 0 2

5.55 6 1 2 33.3 3 1

8 50 4 11.1

1 3 6

10

0 5 2 3.67 p6 0 0 2

5.55 6 1 5 41.6 7 1 7 47.2 2 2

5.55 6

3 6

10

0 5 2 3.53 p7 0 0 0 0

1 0 27.7 8 2 4 66.6 7 2

5.55 6

3 6

10


(6)

49

Distribusi Frekuensi dan Persentase AKIP

Pertanyaan STS TS KS S SS Total Max Min Rata-Rata

F % f % f % f % f % f %

p1 0 0 0 0 0 0 30 83.33 6 16.67 36 100 5 4 4.17 p2 0 0 0 0 1 2.778 24 66.67 11 30.56 36 100 5 3 4.28 p3 0 0 0 0 0 0 22 61.11 14 38.89 36 100 5 4 4.39 p4 0 0 4 11.11 7 19.44 18 50 7 19.44 36 100 5 2 3.78 p5 0 0 0 0 3 8.333 28 77.78 5 13.89 36 100 5 3 4.06 p6 0 0 10 27.78 10 27.78 16 44.44 0 0 36 100 4 2 3.50

p7 0 0 0 0 0 0 36 100 0 0 36 100 4 4 4.00

p8 0 0 0 0 0 0 27 75 9 25 36 100 5 4 4.25

p9 0 0 0 0 0 0 29 80.56 7 19.44 36 100 5 4 4.19 p10 0 0 0 0 0 0 29 80.56 7 19.44 36 100 5 4 4.19

Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Pengendalian Pertanya

an

STS TS KS S SS Total Ma

x Mi

n

Rata-Rata

f % f % f % f % f % f %

p1 0 0 0 0 5 13.8

9 2 5

69.4 4 6

16.6 7

3 6

10

0 5 3 4.03 p2 0 0 0 0 6

16.6 7

2 3

63.8 9 7

19.4 4

3 6

10

0 5 3 4.03 p3 0 0 0 0 6

16.6 7

1 8 50

1 2 33.3 3 3 6 10

0 5 3 4.17 p4 0 0 0 0 8

22.2 2

1 9

52.7

8 9 25 3 6

10

0 5 3 4.03 p5 0 0 0 0 8

22.2 2

2 0

55.5 6 8

22.2 2

3 6

10

0 5 3 4.00 p6 0 0 0 0 6

16.6 7

2 3

63.8 9 7

19.4 4

3 6

10

0 5 3 4.03 p7 0 0 1

2.77 8 6

16.6 7

2 2

61.1 1 7

19.4 4

3 6

10

0 5 2 3.97 p8 0 0 1

2.77 8 5

13.8 9

2 4

66.6 7 6

16.6 7

3 6

10


(7)

(8)

(9)

(10)

42

DAFTAR PUSTAKA

Babatunde, Shakirat Adepeju. 2013.” Stakeholders perception on the effectiveness of internal control system on financial accountability in the Nigerian public sector.”International Journal of Business and Management Invention. ISSN (Online): 2319 – 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X. www.ijbmi.org Volume 2 Issue 1 ǁ January.2013 ǁ pp.16-33.

Bowta, Ariessa Permata. 2012. “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Dae rahTerhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah”. E-journal Universitas Gorontalo.

Callahan, Cathe. 2007. Government Measurement, Accountability and Participation. Newmark, New Jersey: Rutgers University.

Erlina, et.al. 2012. Pengelolaan dan Akuntansi Keuangan Daerah. USU Press, Medan.

Gade, Muhammad. 2002. Akuntansi Pemerintahan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ghozali, Imam. 2014. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Squares (PLS), Dilengkapi Software Samartpls 3.0, Xlstat 2014 dan WarpPLS 4.4. BadanPenerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, Abdul. 2010. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. UPP-AMP YKPN, Yogyakarta.

Hall, James A. 2007. Accounting Information Systems.Prentice Hall Publishing. Kuncono, Mudrajad. 2012. Perencanaan Daerah, Bagaimana Membangun

Ekonomi Lokal, Kota dan Kawasan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Kluvers, Ron and John Tippett. 2010. “Mechanisms of Accountability in Local

Government: An Exploratory Study”. International Journal of Business and Management.Vol. 5, No. 7; July.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Maksum, A., Hamid, R., & Muda, I. 2014. “The Impact of Treasurer’s Experience And Knowledge on The Effectiveness of The Administration and Preparation of The Accountability Reporting System in North Sumatera”. Asian Journal of Finance & Accounting, 6(2), 301-318.


(11)

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun2007, Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia.

Permendagri No.21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun2006, Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia.

Soleha, Nurhayati. 2011. “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD di Pemerintahan Provinsi Banten”. Universitas Padjadjaran: Tesis. Bandung.

Santoso, Urip dan Yohanes Joni Pambelum. 2008. “Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.4, No.1: hal. 14–33, (ISSN:0216–1249).

Widarjono, Agus. 2015. Statistika Tearapan dengan Excel & SPSS. Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta.


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Secara umum tahapan jenis penelitian ini adalah survey explanatory yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel penelitian dengan pengujian hipotesa. Di dalam penelitian eksplanatori, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan mencari keterangan secara aktual dan sistematis.

3.2. Jenis Data

Data penelitian ini adalah data primer yaitu berdasarkan penjajakan langsung melalui sebuah mekanisme survey dilapangan.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian lingkupnya pada 18 SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Medan.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini meliputi seluruh Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran pada Pemerintah Kota Medan sebanyak 36 orang. Sensus dilakukan karena populasi memungkinkan untuk dijangkau oleh peneliti.


(13)

3.5. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Definisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) (Y) Pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit

organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

melalui laporan keuangan pemerintah secara priodik.

a. Sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku b. Pertanggung jawaban kepada

publik

c. Terbuka, cepat dan tepat d. Penyusunan APBD e. Memonitor kinerja dan

mengevaluasi manajemen. Ordinal Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) (X)

Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan,

penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadiaan

keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD. Dalam sistem akuntansi keuangan daerah,

inputnya adalah bukti atau dokumen seperti

SP2D LS, SPJ dan BKU.

Indikator untuk variabel ini adalah : (1) Basis Akuntansi;

(2) Unsur-Unsur Laporan Realisasi Anggaran;

(3) Penyusunan APBD sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006; (4) Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 Tahun 2004.

Ordinal

Aktivitas Pengendalian (Z)

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian seharusnya efisien dan efektif untuk mencapai tujuan

pengendalian itu sendiri.

Indikatornya adalah : (1) Harus sesuai Prinsip Akuntansi; (2) Perekrutan dan Pengembangan SDM; (3) Tugas Prosedur dalam Pekerjaan; (4) Kesesuaian; (5) Pemisahan Tugas; (6) Independen.


(14)

28

3.6.Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer yang bersumber dari responden dilapangan. Angket tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi sejumlah pertanyaan yang bersifat umum, yaitu data demografi responden. Bagian kedua, berisi terkait variabel penelitian.

3.7.Metode Analisis Data 3.7.1.Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan model penelitian dalam bentuk structural equation modeling agar variabel indikator dapat dinilai berdasarkan reflektif maupun formatif agar dapat melakukan pengujian teori lebih mendalam.

Pemodelan tahap awal menggunakan model hasil dari AMOS Versi 22, dimana tahap pengembangan berikutnya pada penelitian ini adalah mengembangkan pemodelan berbasis Structural Equation Modeling.

Pernyataan-pernyataan yang diajukan diukur dengan menggunakan skala Likert. Dengan skala likert, responden diminta untuk menjawab setiap pertanyaan dalam lima tingkat persetujuan, yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju dan Sangat Setuju.

Untuk setiap jawaban pernyataan mempunyai bobot nilai 1 sampai dengan 5 untuk masing-masing responden. Sangat Tidak Setuju (STS) mempunyai bobot sebesar 1, Tidak Setuju (TS) =2 , Netral (N) =3, Setuju (S) =4 dan Sangat Setuju (SS) =5. Dengan demikian indikator variabel ini menggunakan skala ordinal.

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah SEM (Struktural Equation Model). Keunggulan SEM karena


(15)

kemampuannya untuk menampilkan sebuah model komprehensif bersamaan dengan kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi dari sebuah konstruk atau faktor serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh hubungan secara teoritis.

Persamaan Struktural dan spesifikasi

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) Dengan Aktivitas Pengendalian Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan) dapat digambarkan melalui persamaan :

AKIP = Ƴ1 SAPD + Ƴ2 SAKD.AP + ç Keterangan :

AKIP : Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah SAKD :Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah AP : Akuntabilitas Pemerintahan

X : Indikator Penelitian

Ƴ : Gama, koefisien pengaruh indikator eksogen terhadap indikator endogen. ç : Zeta, galat model

Analisis faktor konfirmatory untuk model indikator akan dihasilkan koefisien yang disebut standar loading atau lambda Value (λ). Nilai lambda tersebut digunakan untuk menilai kecocokan atau kesesuaian dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor.


(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai distribusi frekuensi dan persentase, serta maksimum, minimum, dan nilai rata-rata (mean), dari variabel penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah, dan aktivitas pengendalian. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif dari Penerapan SAKD

Pertanyaan STS TS KS S SS Total Max Min Rata-Rata

f % f % F % f % f % f %

p1 0 0 0 0 9 25 27 75 0 0 36 100 4 3 3.75

p2 0 0 0 0 11 30.56 25 69.44 0 0 36 100 4 3 3.69 p3 0 0 0 0 8 22.22 25 69.44 3 8.333 36 100 5 3 3.86 p4 0 0 1 2.778 8 22.22 23 63.89 4 11.11 36 100 5 2 3.83 p5 0 0 2 5.556 12 33.33 18 50 4 11.11 36 100 5 2 3.67 p6 0 0 2 5.556 15 41.67 17 47.22 2 5.556 36 100 5 2 3.53 p7 0 0 0 0 10 27.78 24 66.67 2 5.556 36 100 5 3 3.78

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui jawaban rata-rata responden mendekati skor 4, yang berarti mayoritas responden menjawab setuju, untuk tiap-tiap pertanyaan pada variabel penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.


(17)

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif dari AKIP

Pertanyaan STS TS KS S SS Total Max Min Rata-Rata

f % f % f % f % F % f %

p1 0 0 0 0 0 0 30 83.33 6 16.67 36 100 5 4 4.17 p2 0 0 0 0 1 2.778 24 66.67 11 30.56 36 100 5 3 4.28 p3 0 0 0 0 0 0 22 61.11 14 38.89 36 100 5 4 4.39 p4 0 0 4 11.11 7 19.44 18 50 7 19.44 36 100 5 2 3.78 p5 0 0 0 0 3 8.333 28 77.78 5 13.89 36 100 5 3 4.06 p6 0 0 10 27.78 10 27.78 16 44.44 0 0 36 100 4 2 3.50

p7 0 0 0 0 0 0 36 100 0 0 36 100 4 4 4.00

p8 0 0 0 0 0 0 27 75 9 25 36 100 5 4 4.25

p9 0 0 0 0 0 0 29 80.56 7 19.44 36 100 5 4 4.19 p10 0 0 0 0 0 0 29 80.56 7 19.44 36 100 5 4 4.19

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui jawaban rata-rata responden mendekati skor 4, yang berarti mayoritas responden menjawab setuju, untuk tiap-tiap pertanyaan pada variabel akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif dari aktivitas pengendalian

Pertanyaan STS TS KS S SS Total Max Min Rata-Rata

f % f % f % F % f % f %

p1 0 0 0 0 5 13.89 25 69.44 6 16.67 36 100 5 3 4.03 p2 0 0 0 0 6 16.67 23 63.89 7 19.44 36 100 5 3 4.03 p3 0 0 0 0 6 16.67 18 50 12 33.33 36 100 5 3 4.17 p4 0 0 0 0 8 22.22 19 52.78 9 25 36 100 5 3 4.03 p5 0 0 0 0 8 22.22 20 55.56 8 22.22 36 100 5 3 4.00 p6 0 0 0 0 6 16.67 23 63.89 7 19.44 36 100 5 3 4.03 p7 0 0 1 2.778 6 16.67 22 61.11 7 19.44 36 100 5 2 3.97 p8 0 0 1 2.778 5 13.89 24 66.67 6 16.67 36 100 5 2 3.97


(18)

32

Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui jawaban rata-rata responden mendekati skor 4, yang berarti mayoritas responden menjawab setuju, untuk tiap-tiap pertanyaan pada variabel aktivitas pengendalian.

4.2Uji Asumsi Normalitas

Gambar 4.1

Uji Normalitas dengan AMOS 22

Berdasarkan output AMOS untuk uji normalitas di atas (Gambar 4.1), diketahui nilai c.r. (critical ratio) dari penerapan sistem akuntansi keuangan daerah 1 adalah −0,276, kemudian nilai c.r. (critical ratio) dari aktivitas pengendalian adalah −0,367, dan nilai c.r. (critical ratio) dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah adalah −0,221. Widarjono (2015:262) menyatakan nilai c.r. yang berada di antara ±1,96 berarti data berdistribusi normal. Diketahui nilai critical ratio dari penerapan sistem akuntansi keuangan daerah 1, aktivitas pengendalian, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah berada di antara ±1,96. Hal ini berarti asumsi normalitas dipenuhi. Begitu juga nilai c.r. untuk normalitas multivariat adalah 1,678 berada di antara ±1,96 yang berarti secara multivariat, data memenuhi syarat normalitas


(19)

4.3Uji Asumsi Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan suatu uji untuk menguji ada tidaknya korelasi yang kuat di antara variabel penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap variabel aktivitas pengendalian. Diketahui nilai korelasi antara penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas pengendalian adalah -0,053. Ghozali (2011) menyatakan nilai korelasi yang kurang dari 0,9 diindikasi tidak terjadi gejala multikolinearitas yang berat.

Gambar 4.2

Uji Multikolinearitas dengan AMOS 22

4.4SEM dengan Metode Estimasi Bayes pada Software AMOS Versi 22

Perkembangan software AMOS telah berlangsung sangat cepat dan sekarang AMOS Versi 22 telah ada dipasaran.Metode estimasi maximum likelihood yang digunakan oleh program AMOS 22 memerlukan asumsi yang sangat ketat berkaitan dengan jumlah sampel harus besar dan data terdistribusi secara normal multivariat.Asumsi ini sering tidak dapat dipenuhi oleh peneliti. Dengan perkembangan statistik Bayesian saat ini, persoalan jumlah sampel kecil dan data tidak multivariate normal dapat diatasi dengan mudah (Ghozali, 2014:ix).


(20)

34

Statistik Bayesian menggunakan iterasi jumlah re-sampling data yang sangat besar untuk mencapai distribusi normal dengan menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC).Program AMOS 22 telah mengintegrasikan MCMC ke dalam program, sehingga kita dapat menggunakan metode estimasi Bayesian.

Dalam statistika inferensial diasumsikan bahwa distribusi populasi diketahui dengan pasti.Teknik yang digunakan untuk menaksir nilai parameter jika distribusi populasi diketahui dengan pasti adalah metode maximum likelihood dan metode ini hanya mendasarkan inferensi pada sampel, tetapi jika distribusi populasi tidak diketahui maka metode maximum likelihood tidak dapat digunakan (Ghozali, 2014:327).

Pendekatan alternatif dengan model statistik Bayesian yang memandang bahwa setiap kuantitas yang tidak diketahui nilainya (unknown) sebagai variabel random dan diberikan distribusi probabilitasnya.Jadi Bayesian memperkenalkan suatu metode di mana kita perlu mengetahui bentuk distribusi awal (prior) dari populasi dengan metode bayes.Menurut bayes parameter populasi berasal dari suatu distribusi sehingga nilainya tidaklah tunggal (merupakan variabel random), sedangkan menurut metode klasik (maximum likelihood) parameter populasi diasumsikan tetap (konstan) walaupun nilainya tidak diketahui (Ghozali, 2014:327).

Masing-masing pendekatan sudah tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.Pada metode maximum likelihood teknik estimasi parameternya lebih mudah, sehingga orang banyak menggunakan teknik ini.Akan


(21)

tetapi teknik ini sangat sensitif terhadap data ekstrim.Data ekstrim sangat berpengaruh terhadap nilai rata-rata ataupun variasi.Sedangkan pada metode Bayes, karena nilai parameternya berasal dari suatu distribusi, maka kesulitan pertama yang dijumpai adalah menentukan bagaimana bentuk distribusi parameter tersebut.Walaupun menentukan distribusi awal (prior) dari parameter sulit, tetapi estimasi parameter dengan metode Bayes lebih menjanjikan karena peneliti tidak perlu tahu tentang distribusi awal dari populasi (Ghozali, 2014:327-328).

Sampai tahun 1980an statistik Bayes masih dipandang sebagai alternatif daripada statistik klasikal.Belum diterimanya statistik Bayes untuk analisis data kuantitatif karena perhitungan distribusi posterior yang sangat sulit dilakukan.Baru dalam tahun 1990an ditemukan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC) yang diikuti dengan pertumbuhan personal computer membuat perhitungan distribusi posterior menjadi sangat mudah.Dengan menggunakan MCMC kita dapat menyelesaikan masalah yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan dengan metode tradisional (Ghozali, 2014:329).

SEM dengan estimasi maximum likelihood memerlukan jumlah sampel yang besar dan data harus berdistribusi normal multivariate.Metode estimasi Bayes dapat dilakukan dengan jumlah sampel kecil dan tidak berdistribusi normal. Dengan jumlah sampel besar maka metode estimasi Bayes hasilnya akan mendekati metode maximum likelihood (Ghozali, 2014:330). Gambar 4.3 menyajikan metode-metode estimasi parameter yang disediakan dalam software AMOS Versi 22.


(22)

36

Gambar 4.3

Metode Estimasi Bayes dan Maximum Likelihood

Berdasarkan Gambar 4.3, metode-metode estimasi parameter yang disediakan dalam AMOS Versi 22 adalah Maximum likelihood, Generalized least squares, Unweighted least squares, Scale-free least squares, Asymptotically distribution-free, dan Bayesian Estimation.

4.5Pengujian Pengaruh SAKD terhadap AKIP

Gambar 4.4 merupakan hasil berdasarkan software AMOS menggunakan metode Bayes, sedangkan Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 merupakan hasil berdasarkan software AMOS berdasarkan metode Maximum Likelihood.

Gambar 4.4


(23)

Gambar 4.5

Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood

Gambar 4.6

Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood

Berdasarkan hasil AMOS pada Gambar 4.5, diketahui nilai koefisien regresi untuk pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah adalah 0,392. Karena nilai koefisien regresi tersebut bernilai positif, hal ini berarti penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah. Untuk mengetahui pengaruh positif tersebut signifikan atau tidak, maka perhatikan nilai credible interval lower bound 0,278 dan upper bound 0,508. Ghozali (2014:349) menyatakan jika dalam range literval lower bound dan upper bound memuat angka 0, maka pengaruh tidak signifikan secara statistik. Perhatikan bahwa karena tidak memuat angka 0 pada credible


(24)

38

AMOS dengan pendekatan maximum likelihood juga signifikan, yakni nilai probability (P) = 0,016 < 0,05.

Gambar 4.7 Koefisien Determinasi

Diketahui nilai Squared Multiple Correlations adalah 0,141. Hal ini berarti pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah sebesar 0,141 atau 14,1%, sisanya sebesar 85,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.6Menguji Pengaruh Aktivitas Pengendalian dalam Memoderasi Hubungan antara Penerapan SAKD terhadap AKIP

Berikut hasil pengujian pengaruh Aktivitas Pengendalian dalam memoderasi hubungan antara Penerapan SAKD terhadap AKIP (Gambar 4.8).


(25)

Gambar 4.8

Pengujian Pengaruh Aktivitas Pengendalian dalam Memoderasi Hubungan antara Penerapan SAKD terhadap AKIP

Untuk mengetahui apakah aktivitas pengendalian signifikan dalam memoderasi hubungan antara penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah, perhatikan nilai probabilitas (P) dari variabel moderasi (XZ), yakni 0,043 < 0,05. Maka aktivitas pengendalian signifikan dalam memoderasi hubungan antara penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.

2. Aktivitas Pengendalian berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan antara penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.

5.2Keterbatasan Penelitian

1. Variabel independen dalam peneltitian ini hanya berfokus pada sistem akuntansi keuangan daerah, peneliti tidak mempertimbangkan banyak faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan peneliti untuk menambah jumlah responden dan mempunyai ruang lingkup yang terbatas.

3. Pada saat pengisian kuesioner responden tidak didampingi, sehingga ada kemungkinan responden yang kurang memahami maksud dari


(27)

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner akan memberikan jawaban yang kurang sesuai.

5.3Saran

Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan, dan segala keterbatasan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Peneliti menyarankan pada peneliti berikutnya untuk menambahkan variabel-variabel independen selain sistem akuntansi keuangan daerah. 2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengganti atau menambahkan objek

penelitian.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan jumlah responden sehingga diharapkan bisa memberikan data yang lebih valid lagi terkait dengan masalah penelitian ini.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengelolaan dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. “Lembaga pemerintah dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti laporan surplus/defisit, laporan realisasi anggaran, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta kinerja yang dinyatakan dalam ukuran financial dan non financial”, Mardiasmo (2009 : 160).

Pelaporan keuangan (financial reporting) dihasilkan dari proses akuntansi keuangan dan merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak eksternal yang menaruh perhatian kepada badan atau organisasi pembuat laporan serta aktivitas-aktivitasnya, pengguna laporan keuangan pemerintah yakni :

1. Masyarakat

2. Para wakil rakyat, Lembaga pengawas, dan Lembaga Pemeriksaan

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman


(29)

Secara umum tujuan dan fungsi pelaporam keuangan pemerintah adalah: 1. Kepatuhan dan pengelolaan

2. Akuntabilitas dan pelaporan 3. Perencanaan dan informasi 4. Kelangsungan organisasi 5. Hubungan masyarakat 6. Sumber fakta dan gambaran

Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah:

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

1. Relevan, 2. Andal,

3. Dapat dibandingkan, dan 4. Dapat dipahami.

Relevan; laporan keuangan yang disusun harus menyediakan informasi yang relevan bagi para pengguna informasi. Karena dengan informasi yang relevan, pengguna informasi dapat membantu pengguna informasi untuk mengevaluasi, memprediksi, dan mengambil suatu keputusan. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya, informasi yang relevan mencakup :

1. Memiliki manfaat umpan balik: informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan akat mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.


(30)

14

2. Memiliki manfaat prediktif: informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

3. Tepat waktu: informasi dijadikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

4. Lengkap: informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin.

5. Andal: keandalan suatu laporan keuangan dapat dinilai dari penyajian laporan keuangan yang tidak menyesatkan dan terbebas dari kesalahan material. Dalam menyajikan laporan keuangan yang andal, maka laporan keuangan tersebut harus menyajikan setiap fakta secara jujur yaitu informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa yang seharusnya disajikan secara wajar. Laporan keuangan yang andal juga harus dapat diverifikasi, yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. Selain itu informasi dalam laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Dapat dibandingkan: informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Hal ini


(31)

dimaksudkan untuk dapat dijadikan acuan dalam penyusunan laporan keuangan sehingga dapat menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi dalam periode selanjutnya.

Dapat dipahami: informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) No 01 – Penyajian Laporan Keuangan, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pokok adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas laporan keuangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pasal 265(1) menerangkan bahwa:

“SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara periodik yang meliputi:

1. Laporan Realisasi Anggarano, 2. Neraca, dan


(32)

16

a. Laporan Realisasi Anggaran

Dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Unsur Laporan Keuangan, “Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan”.

Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut : Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih.

Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam


(33)

penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

b. Neraca

Dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Unsur Laporan Keuangan menjelaskan neraca sebagai berikut, “Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana”.

Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara


(34)

18

c. Catatan atas Laporan Keuangan

Dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Unsur Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan negatif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBN, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.

Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan Menyediakan informasi


(35)

tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.

2.1.2. Aktivitas Pengendalian

Istilah pengendalian berasal dari Bahasa Inggris control. Pengendalian adalah merupakan salah satu fungsi terpenting dari manajemen. Pengendalian secara umum bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya atau seperti apa yang telah direncanakan (Mardiasmo, 2009). Permasalahan lemahnya pengendalian akan membawa dampak kepada kerugian yang besar dan bahkan kemungkinan terjadinya kegagalan organisasi. Mengingat arti pentingnya, pengendalian hampir selalu disebutkan dalam setiap literatur manajemen.

Mardiasmo (2009) menjelaskan, aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian seharusnya efesien dan efektif, menyajikan kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset daerah, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain untuk mencapai tujuan pengendalian itu sendiri. Aktivias pengendalian meliputi : - Pemisahan fungsi/tugas/ wewenang yang cukup

- Otorisasi transaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai - Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan - Evaluasi secara independen atas kinerja


(36)

20

pemrosesan informasi digolongkan menjadi dua, yaitu : (1) Pengendalian umum, (2) Pengendalian aplikasi.

Didalam menjalankan pemerintahan, pemerintah dituntut untuk lebih akuntabel. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pelaksana roda pemerintahan diharapkan lebih terbuka dan berhati-hati dalam menggunakan anggaran atau kekayaan daerah untuk kepentingan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas pengendalian yang nantinya dibuat menjadi laporan hasil evaluasi dari aktivitas pengendalian dan seterusnya mengkomunikasikan kejadian yang relevan, handal, dan tepat waktu.

2.1.3. Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara priodik.

Secara umum Akuntabilitas dipahami sebagai :

1. Kewajiban seseorang/lembaga untuk memberikan laporan yang memuaskan atas tindakan sebagai akibat wewenang yang dimiliki/diterima (satisfactory report);

2. Pengukuran tanggungjawab yang diekspresikan dalam nilai uang, unit kekayaan atau dasar lain yang ditentukan sebelumnya (responsibility);

3. Kewajiban membuktikan kinerja yang baik, sesuai dengan ketentuan (hukum, persetujuan atau kebiasaan).


(37)

Mengacu pada pemahaman di atas, maka jelas bahwa akuntabilitas memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari responsibilitas, karena dalam akuntabilitas, terkandung dimensi kepuasan dari para pihak (stakeholders) yang telah memberikan wewenang kepadanya, serta adanya kewajiban membuktikan bahwa kinerja yang dicapai atas penggunaan wewenang tersebut telah sesuai dengan standar yang telah disetujui sebelumnya.

Selanjutnya sebagaimana dikutip oleh Mardiasmo (2009 : 171) dari Kohler bahwa ada 2 jenis akuntabilitas yaitu :

1. Dollar accountability, berkenaan dengan pendapatan dan pengularan, sumber-sumber aktiva dan penggunaannya (akuntabilitas keuangan).

2. Operation accountability, berkenaan dengan tanggungjawab (responsibility) seorang administrator untuk menggunakan semua harta dan sumber-sumber secara efisien dan efektif (akuntabilitas administrasi). Gejala umum yang terjadi dalam perkembangan keuangan daerah di Indonesia dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas pemerintah daerah. Pada dasarnya, akuntabilitas Pemerintah Daerah terhadap masyarakat (publik) adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclousure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada para pemangku kepentingan. Pemerintah daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak daerah, yaitu hak untuk tahu (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). Governmental Accounting Standars Board (GASB) sebagaimana dikutip oleh Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di lingkungan pemerintahan. Akuntabilitas adalah tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah.

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa akuntabilitas meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pemakai lainnya, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan, bukan hanya aktivitas finansialnya saja, tetapi juga kinerja yang telah disepakati bersama dalam hal ini antara eksekutif daerah


(38)

22

menekankan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus dapat memberikan informasi untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Matrik hasil penelitian sebelumnya yang hampir berhubungan dengan penelitian ini dapat diketahui pada Tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti Variabel yang digunakan Hasil Penelitian 1. Santoso

et.al (2008)

Variabel independen Penerapan Akuntansi Sektor Publik

Variabel Dependen Pengawasan, Akuntabilitas Kinerja

Hasil penelitian Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Instansi Pemerintah akan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah baik secara partial maupun secara bersama-sama.

2. Kluver, Ron and John Tippett (2010)

Accountability, Local Government, Personal values, Compliance, Stewardship

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Accountablity ditentukan oleh faktor 1) information

2) values 3) enforcement 4) relationships. 3. Soleha

(2011)

Variabel independen Pemahaman Sistem

Akuntansi Keuangan Variabel dependen Aktivitas

Pengendalian dan Akuntabilitas

Keuangan sebagai variabel dependen

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa:

(1) penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas

pengendalian berpengaruh secara positif dan signifikan secara simultan terhadap akuntabilitas keuangan sebesar 55,20%, (2) penerapan sistem akuntansi (3) penerapan aktivitas pengendalian berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

akuntabilitas keuangan sebesar 35,15%. 4. Bowta,

Ariessa (2012)

Variabel independenPenerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Variebel dependen

Akuntabilitas Kinerja Instansi

Hasil penelitian membuktikan bahwa sistem akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada dinas kesehatan di Provinsi Gorontalo.


(39)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti Variabel yang digunakan Hasil Penelitian 5. Babatunde

Shakirat Adepeju (2013)

Accountability, Effectiveness, Compliance, Internal Control

Significant correlation both in the perception of respondents that internal control system in the Nigerian public sector affects financial

accountability and in the fact that application of penalty for breach of ethical conduct affects compliance with internal control.It is along the line of these findings that the study concluded that government should take a

principled approach in recognition of the need for an effective internal control orientation backed up by stiff

application of penalty in the Nigerian public sector. These findings provide important

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, dependen, dan variabel moderasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah SAKD (X) dan variabel dependen adalah AKIP (Y). Variabel independen dan variabel dependen tersebut dimoderasi oleh Aktivitas Pengendalian (Z). Hal tersebut dapat terlihat dalam Gambar 2.1 :


(40)

24

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 2.1 menunjukkan hubungan pengujjian pengaruh sebagai berikut:

1. Pengaruh SAKD terhadap AKIP

Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 disebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan merupakan rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah. Laporan keuangan itu pada akhirnya dapat menjadi suatu informasi untuk mengukur dan menilai kinerja pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Bowta (2012) membuktikan bahwa sistem akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada dinas kesehatan di Provinsi Gorontalo.

AKTIVITAS PENGENDALIAN

(Z)

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH DAERAH (AKIP)

(Y) SISTEM

AKUNTANSI KEUANGAN

DAERAH (SAKD) (X)


(41)

2. Aktivitas Pengendalian dalam memoderasi hubungan antara SAKD terhadap AKIP

Dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah dituntut untuk lebih akuntabel. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pelaksana roda pemerintahan diharapkan lebih terbuka dan berhati-hati dalam menggunakan anggaran atau kekayaan daerah untuk kepentingan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas pengendalian yang nantinya dibuat menjadi laporan hasil evaluasi dari aktivitas pengendalian dan seterusnya mengkomunikasikan kejadian yang relevan, handal, dan tepat waktu.

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai variabel moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan).


(42)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Upaya peningkatan dan perbaikan dibidang penyajian pelaporan keuangan daerah semakin hari semakin bertambah semangatnya. Upaya reformasi dibidang pemerintahan terus menggelora hingga saat ini. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa terus digaungkan. Tetapi hingga kini upaya reformasi penyajian pelaporan keuangan daerah nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah maupun di jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah. Perubahan pendekatan akuntansi pemerintah daerah dari single entry menuju double entry merupakan perubahan yang cukup revolusioner. Disisi lain, publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lain nampaknya belum menjadi hal yang umum bagi sebagian daerah.

Dalam mengelola keuangan daerah, pemerintah daerah menggunakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi dalam pertanggungjawaban penggunaan dana.


(43)

Beberapa karakteristik akuntansi keuangan daerah yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan sistem akuntansi keuangan daerah adalah : a. Kebijakan akuntansi yang akan diterapkan (berhubungan dengan

asset/kekayaan, kewajiban, modal, pelaporan dll),

b. Perlakuan akuntansi untuk berbagai hal (pendapatan, belanja/ pengadaan, pembentukkan dana cadangan, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan), c. Kode rekening yang berlaku standar,

d. AKIP

e. Perlu diciptakan formulir-formulir standar.

Pada dasarnya Pemerintah Daerah telah berupaya untuk menyusun laporan keuangan dengan menggunakan sistem akuntansi keuangan daerah yang diharapkan mampu mewujudkan tercapainya transparansi dan akuntabilitas.Pengembangan sebuah sistem yang tepat untuk dapat di implementasikan di daerah menghasilkan suatu sistem akuntansi keuangan daerah yang diharapkan dapat mengganti sistem akuntansi.Dengan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) diharapkan transparansi dan akuntabilitas yang diharapkan dalam pengelolaan keuangan daerah dapat tercapai (Halim, 2010).

Adapun manfaat penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (2005 : 11) adalah bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan.


(44)

3

waktu.Pemerintah Kota Medan adalah salah satu pemerintah daerah di Sumatera Utara yang menerapkan SIMDA melalui kerjasama dengan BPKP Perwakilan Sumatera Utara.Kerjasama asistensi penyusunan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) antara BPKP Perwakilan Sumatera Utara dengan Pemko Medan dalam menerapkan aplikasi SIMDA keuangan secara penuh dimulai sejak tahun anggaran 2009.Pada tahun 2007 SIMDA belum dapat diterapkan karena praktek penganggaran dan penatausahaan keuangan di Pemko Medan belum sesuai dengan Permendagri 13/2006 dan Permendagri 59/2007.Tahun 2008, SIMDA diterapkan dalam taraf merekam/menginput kembali atas transaksi manual yang telah dilakukan melalui penganggaran, penatausahaan dan pelaporan.

Dalam rangka implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yang selanjutnya disebut dengan Permendagri 21 Tahun 2011, tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, maka setiap pemerintah daerah harus dapat mempersiapkan diri untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Untuk keberhasilan pelaksanaan Permendagri 21 tersebut, maka setiap pemerintah daerah diharuskan untuk melakukan pembenahan diri baik dalam sumber daya manusia (SDM) maupun dalam hal lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tersebut.

Dari aktivitas penginputan kembali transaksi manual ke dalam SIMDA, diketahui banyak hal yang perlu diperbaiki oleh Pemko Medan agar praktik pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan aturan yang ada.Tahun 2009 SIMDA mulai secara utuh diterapkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan berlanjut ke Tahun Anggaran 2013 dan 2014.


(45)

Dewasa ini, akuntabilitas publik juga menjadi kajian dan fokus bahasan yang marak.Tuntutan akuntabilitas telah menjadi tema sentral yang disuarakan masyarakat konsumen, lembaga-lembaga non-pemerintah, mahasiswa, maupun masyarakat awam di Indonesia kepada pemerintah, wakil-wakil rakyat di DPR/DPRD, perusahaan-perusahaan negara maupun swasta, serta berbagai institusi negara.

Menurut Kluvers (2010), seseorang itu bertanggung jawab (accountable) jika ia berkewajiban menjawab pertanyaan atas kebijakan serta tindakan-tindakan yang bersumber dari otoritas untuk melakukan sesuatu perbuatan atas nama individu, kelompok orang atau institusi tertentu (sebagai agen pemberi otoritas atau principal). Berawal dari konsep akuntabilitas seperti itulah, maka penyediaan informasi yang relevan menggambarkan kinerja (performance) sektor publik yang esensial bagi sektor publik dalam memberikan pertanggungjawaban akan segala aktivitasnya kepada semua pihak yang berkepentingan.

Fenomena yang terjadi dalam pengembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah.Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik.

Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan


(46)

5

mengenai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 7/1999 serta Keputusan Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 598/IX/6/Y/99 juncto Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003.

Namun demikian, mekanisme akuntabilitas sebagaimana diatur oleh sejumlah peraturan tersebut belum memenuhi kriteria akuntabilitas publik. Mekanisme akuntabilitas yang diatur dalam LAKIP hanya ditujukan secara internal kepada atasan saja serta hanya mengukur sejauhmana target yang sudah ditetapkan telah tercapai dalam rangka pelaksanaan misi organisasi.

Pada pelaksanaan penggunaan APBD terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dilapangan meliputi :

1. Adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Kepatuhan terhadap Perundang-undangan.

2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang disampaikan untuk diperiksa melalui Sekretaris Daerah Langkat belum menyajikan laporan keuangan secara lengkap yang terdiri dari Neraca Daerah, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

3. Proses penyusunan laporan keuangan masih dilakukan secara terpusat oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah. Untuk itu setiap SKPD harus menyusun dan melakukan konsolidasi pada Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah.

4. Pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pemerintah Daerah masih menggunakan sistem pembukuan tunggal (single entry) dengan


(47)

dasar kas (cash basis), yang belum sepenuhnya mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu menganut pembukuan ganda (double entry book keeping) dan akrual basis yang dimodifikasi (acrual basis modified).

Akuntabilitas publik yang seharusnya dibangun dalam pandangan para pakar sebagaimana dikutip oleh Callahan (2007) adalah akuntabilitas publik yang tidak hanya ditujukan secara internal (pemerintah atasan saja) tetapi juga ditujukan kepada para pemangku kepentingan lainnya seperti masyarakat.Selain itu, mekanisme akuntabilitas publik juga tidak hanya ditujukan untuk mengukur kinerja, tetapi juga dapat memantau perilaku dari pejabat publik agar sesuai dengan etika dan aturan hukum yang berlaku.

Salah satu masalah yang sangat kritis diperhatikan oleh sebagian besar masyarakat adalah akuntabilitas keuangan.Akuntabilitas keuangan bagi pemerintah (khususnya pemerintah daerah) memberikan arti bahwa aparatur pemerintah wajib mempertanggungjawabkan setiap rupiah uang rakyat yang ada dalam anggaran belanjanya yang bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi. Format baru yang perlu dikembangkan dan diterapkan oleh pemerintah daerah agar terciptanya pemerintah yang bersih dan good governance adalah dengan cara adanya akuntabilitas dari penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu bagian dari akuntabilitas yang dapat diciptakan oleh aparatur pemerintah daerah adalah


(48)

7

akan tercapai adalah dengan dilaksanakannya sistem akuntansi keuangan daerah yang baru yang sesuai dengan paradigma good governance, dimana akuntabilitas merupakan kunci dalam mewujudkan good governance.

Beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran daerah.Melihat pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat tentang akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja.Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif.

Menurut Gade (2002) salah satu fungsi akuntansi pemerintah adalah akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengurusan keuangan Negara, Seiring dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang pengelolaan keuangan daerah maka tuntutan akuntabilitas sektor publik lebih tertuju kepada pemerintahan daerah. Disamping itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pasal 30 bahwa aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang. Dimana laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan tersebut dihasilkan oleh sistem akuntansi keuangan daerah.

Agar akuntabilitas sektor publik terjamin, diperlukan sistem akuntansi, karena sistem akuntansi merupakan pendukung terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang transparan, adil, efektif dan efisien.Dengan diterapkannya Sistem


(49)

Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) diharapkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan dapat tercapai khususnya akuntabilitas pada SKPD, dimana laporan keuangan SKPD merupakan dasar laporan keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Renovator (2004) tentang peran sistem akuntansi keuangan daerah dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah Jawa Barat, menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka akan tercipta akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat belum sepenuhnya melakukan penyusunan laporan keuangan daerah dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah, penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu.

Dalam hal ini, Pemerintah Kota Medan sedang melakukan pendekatan akuntabilitas publik terhadap masyarakat Pemerintah Kota Medan.Dalam pendekatan akuntabilitas publik, kebebasan informasi merupakan kewajiban lembaga atau badan publik untuk menyebarluaskan produk kebijakan, aturan, rencana, dan hasil itu sebagai pengetahuan untuk mengikuti penyelenggaraan negara yang transparan dan berpola umpan balik. Pada Pemerintah Kota Medan, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan UU No.14/2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik, dimana UU tersebut memudahkan masyarakat untuk dapat mengakses segala informasi publik. Dokumen-dokumen seperti rincian APBD, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota, serta BUMD kini


(50)

9

dalam pemeriksaan laporan keuangan, pelaporan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini meneliti pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu Soleha (2011) dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD di Pemerintahan Provinsi Banten. Perbedaan utama dan mendasar yaitu: 1. Independen variabel penelitian ini adalah Penerapan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (SAKD).

2. Penelitian ini menggunakan variabel moderating yaitu Aktivitas pengendalian sedangkan pada penelitian sebelumnya variabel tersebut sebagai variabel independen.

3. Penelitian ini dilakukan pada SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Medan sedangkan pada penelitian sebelumnya dilakukan di Pemprov Banten.

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas publik, maka peneliti melakukan analisis dan penelitian untuk dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP)


(51)

dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)”.

1.2.Rumusan Masalah

Apakah Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan).

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan).

1.4.Manfaat Penelitian

Urgensi penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan).

2. Bagi Pemerintah agar dapat melakukan perbaikan dan pembenahan dalam sistem penatausahaan dan pertanggungjawaban pada masing-masing SKPD. 3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dan bahan kajian


(52)

11

4. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pijakan selanjutnya untuk meneliti tingkat efektivitas sistem penatausahaan dan pertanggungjawaban SKPD. Selain itu juga bisa digunakan untuk mengetahui pelaksanaan operasional dan kinerja satuan kerja perangkat daerah di Indonesia.


(53)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD) TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

(AKIP) DENGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING(STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA MEDAN)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan aktivitas pengendalian sebagai pemoderasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primeryang diperoleh dari hasil kuesioner.Lingkup lokasi penelitian ini adalah 18 SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Medan dengan populasi yaitu bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebanyak 36 orang.Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis menggunakan Structural Equation Modeling.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan mencapai 14,1% terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dan aktivitas pengendalian signifikan dalam memoderasi hubungan antara penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.

Kata kunci: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Akntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Aktivitas Pengendalian


(54)

ABSTRACT

EFFECT OF FINANCIAL ACCOUNTING SYSTEM IMPLEMENTATION ON LOCAL GOVERNMENT ACCOUNTABILITY PERFORMANCE WITH

CONTROL ACTIVITIES AS MODERATING VARIABLE (CASE STUDY GOVERNMENT OF MEDAN CITY)

This study aimed to determine the effect of financial accounting system implementation on local government accountability performance with control activities as moderating.

Data used in this study are primary data obtained from the questionnare. The scope of this study is 18 Regional Work Unit in the government of Medan city with population that is 36 people of treasurers. Methods of data analysis used in this research is hypothesis testing using Structural Equation Modeling.

The hypothesis testing results indicate that financial accounting system implementation positively has significant effect ammounted to 14.1% on the performance accountability of local government and control activities is significant in moderating between financial accounting system implementation on local government accountability performance.

Keywords: Financial Accounting System Implementation, Regional Work Unit, Government Accountability Performance, Control Activities


(55)

SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD) TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

(AKIP) DENGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA MEDAN)

OLEH

FLORIDA INDAH KARYNA 120503360

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(56)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas dan Bisnis Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2016

NIM : 12050360 Florida Indah Karyna


(57)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD) TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

(AKIP) DENGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING(STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA MEDAN)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan aktivitas pengendalian sebagai pemoderasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primeryang diperoleh dari hasil kuesioner.Lingkup lokasi penelitian ini adalah 18 SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Medan dengan populasi yaitu bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebanyak 36 orang.Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis menggunakan Structural Equation Modeling.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan mencapai 14,1% terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dan aktivitas pengendalian signifikan dalam memoderasi hubungan antara penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.

Kata kunci: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Akntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Aktivitas Pengendalian


(58)

ABSTRACT

EFFECT OF FINANCIAL ACCOUNTING SYSTEM IMPLEMENTATION ON LOCAL GOVERNMENT ACCOUNTABILITY PERFORMANCE WITH

CONTROL ACTIVITIES AS MODERATING VARIABLE (CASE STUDY GOVERNMENT OF MEDAN CITY)

This study aimed to determine the effect of financial accounting system implementation on local government accountability performance with control activities as moderating.

Data used in this study are primary data obtained from the questionnare. The scope of this study is 18 Regional Work Unit in the government of Medan city with population that is 36 people of treasurers. Methods of data analysis used in this research is hypothesis testing using Structural Equation Modeling.

The hypothesis testing results indicate that financial accounting system implementation positively has significant effect ammounted to 14.1% on the performance accountability of local government and control activities is significant in moderating between financial accounting system implementation on local government accountability performance.

Keywords: Financial Accounting System Implementation, Regional Work Unit, Government Accountability Performance, Control Activities


(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)

terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM., Ak., CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak., CA selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, S.E, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Hasan Sakti


(60)

Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Orangtua terkasih P.G.M. Rajagukguk dan L. Gultom yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil yang tiada hentinya. Adik-adik tersayang Yustica Moranita Rajagukguk dan Josua N.W. Rajagukguk yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan doa selama pengerjaan skripsi.

6. Sahabat-sahabat terbaik Aulia Sakina H., Gemala Sophia Sitorus, dan Inggrieny A.E. Pakpahan, serta teman-teman Akuntansi 2012 teristimewa SG Squad (Bani Arnold Purba, Claudya Christy Stephanie Lumban Toruan, Emy Hasina Simamora, Fhilipus Hasudungan Sinaga, Fitri Andiyani Sembiring, Lois Ellen Margareth Lumban Tobing, Margaretha Hasianni Pardede, Nidya Sharon Angela Simamora, Nora Anastasia Simbolon, Sarah Deasy Rumapea, Sri Devi D. Pasaribu, Stephanie Siska Sitompul, Veronika Sinamo, dan Yunri Gultom) yang selalu memberikan motivasi, penghiburan, dan bantuan sepanjang masa perkuliahan. Serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.


(61)

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2016 Penulis,

NIM: 120503360 Florida Indah Karyna


(62)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 12

2.1.2 Aktivitas Pengendalian ... 19

2.1.3 Akuntabilitas ... 20

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Jenis Data ... 26

3.3 Lokasi Penelitian ... 26

3.4 Populasi dan Sampel ... 26

3.5 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian ... 27

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.7 Metode Analisis Data ... 28

3.7.1 Uji Hipotesis ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 30

4.2 Uji Asumsi Normalitas ... 32

4.3 Uji Asumsi Multikolinearitas ... 33

4.4 SEM dengan Metode Estimasi Bayes ... 33

4.5 Pengujian Penerapan SAKD terhadap AKIP ... 36

4.6 Menguji Pengaruh Aktivitas Pengendalian dalam Memoderasi Hubungan antara Penerpan SAKD terhadap AKIP ... 38


(63)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 40

5.3 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(64)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal.

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 22

3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel... 27

4.1 Statistik Deskriptif dari Penerapan SAKD ... 30

4.2 Statistik Deskriptif dari AKIP ... 31


(65)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal.

2.1 Kerangka Konseptual ... 24

4.1 Uji Normalitas dengan AMOS 22 ... 32

4.2 Uji Multikolinearitas dengan AMOS 22 ... 33

4.3 Metode Estimasi Bayes dan Maximum Likelihood ... 36

4.4 Hasil AMOS dengan Metode Bayes ... 37

4.5 Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood ... 37

4.6 Hasil AMOS dengna Metode Maximum Likelihood ... 37

4.7 Koefisien Determinasi ... 38


(66)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Hal.

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian 33


(1)

vi

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2016 Penulis,

NIM: 120503360 Florida Indah Karyna


(2)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 12

2.1.2 Aktivitas Pengendalian ... 19

2.1.3 Akuntabilitas ... 20

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.3Kerangka Konseptual ... 23

2.4Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 26

3.2Jenis Data ... 26

3.3Lokasi Penelitian ... 26

3.4Populasi dan Sampel ... 26

3.5Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian ... 27

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.7Metode Analisis Data ... 28

3.7.1 Uji Hipotesis ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Analisis Statistik Deskriptif ... 30

4.2Uji Asumsi Normalitas ... 32

4.3Uji Asumsi Multikolinearitas ... 33

4.4SEM dengan Metode Estimasi Bayes ... 33

4.5Pengujian Penerapan SAKD terhadap AKIP ... 36

4.6Menguji Pengaruh Aktivitas Pengendalian dalam Memoderasi Hubungan antara Penerpan SAKD terhadap AKIP ... 38


(3)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ... 40

5.2Keterbatasan Penelitian ... 40

5.3Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(4)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal.

2.1Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 22

3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel... 27

4.1 Statistik Deskriptif dari Penerapan SAKD ... 30

4.2 Statistik Deskriptif dari AKIP ... 31


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal.

2.1Kerangka Konseptual ... 24

4.1 Uji Normalitas dengan AMOS 22 ... 32

4.2 Uji Multikolinearitas dengan AMOS 22 ... 33

4.3 Metode Estimasi Bayes dan Maximum Likelihood ... 36

4.4 Hasil AMOS dengan Metode Bayes ... 37

4.5 Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood ... 37

4.6 Hasil AMOS dengna Metode Maximum Likelihood ... 37

4.7 Koefisien Determinasi ... 38


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Hal.

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian 33


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah Pemerintah Kota Subang

0 6 1

PENGARUH KOMPETENSI PEGAWAI DAN PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD) TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN.

0 1 27

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 11

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 29

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

1 6 3

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 8

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU

0 0 24

EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (AKIP)

0 3 8