p=0,011 menunjukkan kebersihan pakaian mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan handuk yang baik dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 64,7, kebersihan handuk yang
baik dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 35,3, sedangkan kebersihan handuk yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit
sebanyak 22,5, dan kebersihan handuk yang buruk dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebesar 77,5. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai
X
2
=11,469; p=0,001 menunjukkan kebersihan handuk mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan tempat tidur dan sprei yang baik dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 39,6, kebersihan
pakaian yang baik dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 60,4, sedangkan kebersihan kulit yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit
kulit sebanyak 17,1, dan kebersihan kulit yang buruk dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebesar 82,9. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai
X
2
=5,009; p=0,025 menunjukkan kebersihan tempat tidur dan sprei mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
4.3.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit
Adapun hasil analisa bivariat sanitasi lingkungan dengan keluhan penyakit kulit yang meliputi sarana air bersih, jamban, sarana pembuangan air limbah dan sara
pembungan sampah dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95 disajiakan pada tabel 4.21. berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit Responden di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun
2012
Sanitasi Lingkungan
Keluhan Penyakit Kulit X
2
p-value Tidak
Ya N
N
1. Sehat
2.
Tidak sehat
9 18
56,3 25,0
7 54
43,8 75,0
6,011 0,014
Signifikan pada
p-value
0,05 Hasil penelitian menunjukkan proporsi sanitasi lingkungan yang sehat tidak
mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 56,3, sanitasi lingkungan yang sehat mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 43,8, sedangkan sanitasi lingkungan
yang tidak sehat dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak25,0, dan sanitasi lingkungan yang tidak sehat dengan mengalami keluhan penyakit kulit
sebesar 75,0. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai X
2
=6,011; p=0,014 menunjukkan sanitasi lingkungan mempunyai hubungan signifikan dengan
keluhan penyakit kulit pada respoden.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Tingkat pendidikan seseorang akan memiliki andil besar dalam pola pikir dan masalah kesehatan. Tingkat pendidikan juga menentukan pengetahuan terhadap
sesuatu khususnya pengetahuan tentang kondisi lingkungan dalam penanganan keluhan penyakit kulit. Tingkat pendidikan pada responden memengaruhi personal
hygiene dari segi kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan pakaian, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur dan sprei. Pemilihan responden
berdasarkan data Puskesmas Medan Denai yaitu paling banyak penderita penyakit kulit berkisar 10-14 tahun dengan jenis kelamin perempuan.
Menurut Notoatmodjo 2003, tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang kesehatan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mereka tahu bagaimana cara pencegahan dan penularan penyakit kulit.
Orangtua memiliki andil yang besar dalam pemeliharaan kesehatan bagi anak- anak karena anak-anak masih memiliki kesadaran dan pengetahuan yang rendah.
Status ekonomi juga memiliki andil yang besar dalam memenuhi fasilitas sanitasi dasar dan kebutuhan sehari-hari untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran.
5.2. Personal Hygiene 5.2.1. Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit pada responden paling banyak masuk dalam kategori buruk. Responden adalah perempuan yang berumur 10-14 tahun. Anak-anak belum
Universitas Sumatera Utara