Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Genetum Gnemon L.)

51

Lampiran 1. FlowChart pelaksanaan penelitian.
Mulai

Dirancang bentuk alat

Digambar dan
ditentukan ukuran alat

Dipilih bahan

Diukur bahan yang
akan digunakan

Dipotong bahan sesuai
ukuran yang sudah
ditentukan
Dirangkai alat

Pengelasan


Digerinda permukaan
yang kasar

Pengecatan

b

a

Universitas Sumatera Utara

52

b

a

Pengujian alat


tidak

Uji
kelayakan
ya
Pengukuran parameter

Analisis data

selesai

Universitas Sumatera Utara

53

Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak
Kapasitas

efektif


alat

menunjukkan

produktivitas

alat

selama

pengoperasian tiap satuan waktu.
Tabel 7. Data Kapasitas Alat dan Persentase Bahan Rusak
Ulangan

M 0 (gram)

M t (gram)

t (detik)


I
II
III
Total
Rata-rata

500
500
500
1500
500

450
494
433
1377
459

635
647

630
1912
637,33

Bahan
rusak
(gram)
50
31
40
121
40,33

Persentase
bahan
rusak (%)
10
6,2
8
24,2

8,07

Kapasitas
alat
(kg/jam)
2,83
2,78
2,86
8,47
2,82

Perhitungan
Ulangan I
Massa Awal 500gram
=
= 2,83kg/jam
635detik
waktu
BBR
50

persentase bahan rusak =
x100% =
x100% = 10%
BBD
500

kapasitas alat =

Ulangan II
Massa Awal 500gram
=
= 2,78kg/jam
waktu
494detik
31
BBR
x100% =
x100% = 6,2%
persentase bahan rusak =
500

BBD

kapasitas alat =

Ulangan III
Massa Awal 500gram
=
= 2,86kg/jam
waktu
433 detik
40
BBR
x100% =
x100% = 8%
persentase bahan rusak =
500
BBD

kapasitas alat =


Universitas Sumatera Utara

54

Lampiran 3. Uji Organoleptik Keripik Biji-bijian
Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamati ketebalan
hasil cetakan, warna, dan rasa keripik biji-bijian yang dihasilkan. Pada uji
organoleptik dilakukan pengambilan beberapa sampel secara acak dan diberikan
kepada 10 orang panelis untuk diamati organoleptiknya.
Tabel 8. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

Nama Panelis
M. Satria Sebayang
Adella Ginting
Erdi K.L. Tobing
Rosianna Sianturi
Ade Rina Manik
Julianto Wijaya
Alex Candra Pardede
Siti Aisyah Ritonga
Siska Willyana M.
Rizki Aminullah Lubis
Rata-rata

Warna
1
3
2
2

1
1
1
3
2
1
1,7

Ketebalan
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
1,4

Rasa
3
3
2
2
4
2
1
2
1
1
2,1

Kategori
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Kurang suka
4 = Tidak suka
5 = Sangat tidak suka
Dari rata-rata hasil uji organoleptik yang diberikan kepada 10 orang
panelis, diperoleh organoleptik warna yaitu 1,7 ~ 2 (warna emping melinjo yang
dihasilkan disukai), organoleptik ketebalan yaitu 1,4

~ 1 (ketebalan emping

melinjo yang dihasilkan sangat disukai) dan untuk organoleptik rasa yaitu 2,1 ~ 2
(rasa emping melinjo yang dihasilkan disukai).

Universitas Sumatera Utara

55

Lampiran 4. Biaya Pemakaian Alat
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi
dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
1. Unsur Produksi
1.

Biaya Pembuatan Alat (P)

= Rp. 5.000.000

2.

Umur ekonomi (n)

= 5 tahun

3.

Nilai akhir alat (S)

= Rp. 500.000

4.

Jam kerja

= 8 jam/hari

5.

Produksi/hari

= 22,56 kg/hari

6.

Biaya operator

= Rp. 80.000/ hari (1 jam=Rp. 10.000)

7.

Biaya listrik

= Rp. 250,5/ jam

8.

Biaya perbaikan

= Rp. 22,5/ jam

9.

Bunga modal dan asuransi

= Rp. 240.000/ tahun

10. Biaya sewa gedung

= Rp. 50.000/ tahun

11. Pajak

= Rp. 100.000 / tahun

12. Jam kerja alat per tahun

= 2400 jam/tahun ( asumsi 300 hari
efektif berdasarkan tahun 2014)

Universitas Sumatera Utara

56

Lampiran 5. Biaya Produksi
1. Biaya tetap (BT)
1.

Biaya penyusutan (D)
Dt = (P − S)(A⁄F . i, n)(F⁄P , i, t − 1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir Tahun Ke
0
1
2
3
4
5

2.

(P-S) (Rp)

(A/F, 6%, n)

(F/P, 6%, t-1)

1
0,4854
0,3141
0,2286
0,1774

1
1,06
1,1236
1,191
1,2625

4.500.000
4.500.000
4.500.000
4.500.000
4.500.000

Dt
4.500.000
2.315.358
1.588.152,42
1.225.181,7
1.007.853,75

Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 6% dan Asuransi 2%
I=

i(P)(n + 1)
2n

I=

8%(Rp 5.000.000)(5 + 1)
2(5)

I = Rp 240.000/tahun
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5

D (Rp)
4.500.000,00
2.315.358,00
1.588.152,42
1.225.181,70
1.007.853,75

I (Rp)/tahun
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000

Biaya tetap (Rp)/tahun
4.740.000,00
2.555.358,00
1.828.152,42
1.465.181,70
1.247.853,75

total biaya tetap = Rp. 1.247.853,75/tahun

Universitas Sumatera Utara

57

2. Biaya tidak tetap (BTT)
1.

Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi =

Biaya reparasi =

1,2%(P−S)
X
1,2%(Rp .5.000.000−Rp .500.000)
2400 jam

Biaya reparasi = Rp. 22,5/jam
2.

Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW
Biaya listrik = 0.75 KW x Rp. 334/KWH
Biaya listrik = Rp.250,5/H
Biaya listrik = Rp.250,5/jam
3.

Biaya operator

Biaya operator = Rp. 10.000/jam
Total biaya tidak tetap = Rp. 10.273/jam
3. Biaya Produksi Pembuatan Emping Melinjo
Biaya pokok = [

BT
x

+ BTT]C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun

BT (Rp/tahun)

X (jam/tahun)

1
2
3
4
5

4.740.000,00
2.555.358,00
1.828.152,42
1.465.181,70
1.247.853,75

2.400
2.400
2.400
2.400
2.400

BTT
(Rp/jam)
10.273
10.273
10.273
10.273
10.273

C (jam/kg)

BP (RP/kg)

0,35
0,35
0,35
0,35
0,35

4.286,8
3.968,21
3.862,16
3.809,22
3.777,53

Universitas Sumatera Utara

58

Lampiran 6. Break even point
Biaya tetap (BT)
Tahun
1
2
3
4
5

Biaya Tetap (Rp)/tahun
4.740.000,00
2.555.358,00
1.828.152,42
1.465.181,70
1.247.853,75

Biaya tidak tetap (BTT)

Biaya Tetap (Rp)/jam
1975,00
1064,73
761,73
610,49
519,94

Biaya Tetap (Rp)/kg
700,35
377,56
270,12
216,49
184,38

= Rp. 10.273/jam (1 jam = 2,82kg)
= Rp. 3.642,91/kg

Penerimaan setiap kg produksi (R) = Rp. 20.000/kg
Alat akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan
empingsebanyak :
Tahun
1
2
3
4
5

Biaya Tetap (Rp)/tahun
4.740.000,00
2.555.358,00
1.828.152,42
1.465.181,70
1.247.853,75

BEP (kg/tahun)
289,78
156,22
111,77
89,57
76,29

Universitas Sumatera Utara

59

Lampiran 7. Net present value
CIF – COF ≥ 0 ............................................................................ (10)
dimana :
CIF = Cash inflow
COF = Cash outflow
Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF)

= pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF)

= investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu :
-

NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

-

NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan

-

NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:
CIF-COF ≥ 0
Investasi

= Rp. 5.000.000

Pendapatan

= Rp. 135.360.000/ tahun

Nilai akhir

= Rp. 500.000

Suku bunga bank

= Rp 6%

Suku bunga coba-coba

= Rp 8%

Umur alat

= 5 tahun

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun

BP (Rp/kg)

1
2
3
4
5

4.286,8
3.968,21
3.862,16
3.809,22
3.777,53

Kap. Alat
(kg/jam)
2,82
2,82
2,82
2,82
2,82

Jam kerja (jam/tahun)

Pembiayaan

2400
2400
2400
2400
2400

29.013.062,40
26.856.845,28
26.139.098.88
25.780.800,96
25.566.323,04

Cash in Flow 6%
1.

Pendapatan

= Pendapatan x (P/A, 6%,5)
= Rp. 135.360.000/ tahun x 4,2124
= Rp. 570.190.464/tahun

2.

Nilai akhir

= Nilai akhir x (P/F, 6%,5)
= Rp 500.000 x 0,7473
= Rp. 373.650

Jumlah CIF = Rp. 570.564.114
Cash out Flow 6%
1.

Investasi

= Rp. 5.000.000

2.

Pembiayaan

= Pembiayaan × (P/F, 6%,n)

Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Total

Biaya
29.013.062,40
26.856.845,28
26.139.098.88
25.780.800,96
25.566.323,04

(P/F, 6%, n)
0,9434
0,89
0,8396
0,7921
0,7473

Pembiayaan (Rp)
27.370.923,07
23.902.592,30
21.946.387,42
20.420.972,44
19.105.713,21
112.746.588,44

Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 112.746.588,44
= Rp. 117.746.588,44

Universitas Sumatera Utara

61

NPV 6%

= CIF – COF
= Rp. 570.564.114 - Rp. 117.746.588,44
= Rp. 452.817.525,6

Jadi besarnya NPV 6% adalah Rp. 452.817.525,6> 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.

Universitas Sumatera Utara

62

Lampiran 8. Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu.Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :


IRR = p% + �+� x (q% - p%) (positif dan negatif)
dan



IRR = q% + �− �x (q% - p%) (positif dan positif)
Dimana: p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (p) = 6%
Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 8%
Cash in Flow 8%
1. Pendapatan

= Pendapatan × (P/A, 8%,5)
= Rp. 135.360.000 ×3,9927
= Rp. 540.451.872

2. Nilai akhir

= Nilai akhir × (P/F, 8%,5)
= Rp. 500.000 × 0,6806
= Rp. 340.300

Jumlah CIF

= Rp. 540.451.872+ Rp. 340.300
= Rp. 540.792.172

Universitas Sumatera Utara

63

Cash out Flow 8%
1. Investasi

= Rp. 5.000.000

2. Pembiayaan

= Pembiayaan × (P/A, 8%,5)

Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Total

Biaya
29.013.062,40
26.856.845,28
26.139.098.88
25.780.800,96
25.566.323,04

(P/A, 8%, n)
0,9259
0,8573
0,7938
0,7350
0,6806

Pembiayaan (Rp)
26.863.194,48
23.024.373,46
20.749.216,69
18.948.888,71
17.400.439,46
106.986.112,80

Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 106.986.112,80
= Rp. 111.986.112,80
NPV 8%

= CIF – COF
= Rp. 540.792.172 – Rp. 111.986.112,80
= Rp. 428.806.059,2

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
IRR



= q% + �− �x (q% - p%)

452.817.525,6

= 8% + 452.817.525,6−428.806.059,2 × (8% - 6%)

= 8% + (18,86 × 2%)
= 45,72%

Universitas Sumatera Utara

64

Lampiran 9. Rotasi per menit pada pengepress (RPM)
Dik

: D 1 = 3inci (puli bawah)
D 2 = 5 inci (puli atas)
Rpm pada dinamo = 1400 rpm
Speed reducer = 1 : 18
S 1 = 1400 rpm x 1/20 = 77,78 rpm

Dit

: S 2 ...?

Perhitungan
S1 D1 = S2 D2
77,78rpm × 3inci = S2 × 5inci
S2 = 47 rpm
Maka rpm yang digunakan pada pengepres yaitu 47 rpm.

Universitas Sumatera Utara

65

Lampiran 10. Panjang Efektif V-belt
(D − d)2
L = 2C + 1,57(D + d) +
4C
L = 2(74cm) + 1,57(20,32cm) +

(5,08)2
4(74cm)

25,81cm2
L = 148cm + 31,90cm +
296cm
L = 148cm + 31,90cm + 0,087cm
L = 179,99cm ~ 180cm

Universitas Sumatera Utara

66

Lampiran 11. Spesifikasi Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
Dimensi
Panjang

:40 cm

Lebar

:45 cm

Tinggi

:105 cm

Silinder pengepres
Diameter

:17 cm

Lebar

:30 cm

Kapasitas efektif

:7,86 kg/jam

Persentase biji hilang

: 8,07 %

Bahan
Silinder Pengepres

: Stainless steel

Wadah penampung

: Stainless steel

Scrub

: Stainless steel

Rangka

: Besi UNP dan besi siku

Tenaga
Motor listrik

: 1 HP

Speed reducer

: 1 : 18

Transisi
Puli motor listrik - speed reducer

: 3 inch

Puli speed reducer - silinder pengepres

: 5 inch

V-belt motor listrik - speed reducer

: A-24

V-belt speed reducer - silinder pengepres

: A-64

Universitas Sumatera Utara

67

Lampiran 12. Panjang sabuk V standar
Nomor nominal
(inch)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

(mm)
254
279
305
330
356
381
406
432
457
483
508
533
559
584
610
635
660
688
711
737
762
787
813
838
864
889
914
940
965
991
1016
1041
1067
1092
1118

Nomor nominal
(inch)
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

(mm)
1143
1168
1194
1219
1245
1270
1295
1321
1346
1372
1397
1422
1448
1473
1499
1524
1549
1575
1600
1626
1651
1676
1702
1727
1753
1778
1803
1829
1854
1880
1905
1930
1956
1981
2007

Nomor
nominal
(inch)
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114

Nomor nominal
(mm)
2032
2057
2083
2108
2134
2159
2184
2210
2235
2261
2286
2311
2337
2362
2388
2413
2438
2464
2489
2515
2540
2565
2591
2616
2642
2667
2692
2718
2743
2769
2794
2819
2845
2870
2896

(inch)
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149

(mm)
2921
2946
2972
2997
3023
3048
3073
3099
3124
3150
3175
3200
3226
3251
3277
3302
3327
3353
3378
3404
3429
3454
3480
3505
3531
3556
3581
3607
3632
3658
3683
3708
3734
3759
3785

Universitas Sumatera Utara

68

Lampiran 13. Spesifikasi alat pencetak emping yang lain
- Alat pembuat emping melinjo tipe jepit (manual)
Merk

: BMI

Tipe

: PJM-3e

Penggerak

: Manual

Ukuran
Panjang

: 600 mm

Lebar

: 300 mm

Tinggi

: 400 mm

Berat

: ±40 kg

Bahan
Roll vertikal penjepit

: Stainless steeldan cor aluminium

Pengepres

: Stainless steeldan cor aluminium

Piringan penampung

: Stainless steeldan cor aluminium

Prinsip kerja
Biji

melinjo

yang telah

disangrai

dimasukkan

kedalam

lubang

inletdenganmenggunakan proses disk millingbiji melinjo dipipihkan menjadi
emping.
- Mesin pemipih emping melinjo
Tipe

: PJM-3h

Penggerak

: Elektromotor ½ HP

Universitas Sumatera Utara

69

Ukuran
Panjang

: 960 mm

Lebar

: 630 mm

Tinggi

: 620 mm

Berat

: ±80 kg

Prinsip kerja
Biji melinjo yang telah disangrai dimasukkan satu per satu ke dalam
cetakan,

lalu

biji

melinjo

dipipihkan

dengan

menggunakan

proses

penumbukan.

Universitas Sumatera Utara

70

Lampiran 14. Gambar Melinjo

Gambar 1. Biji Melinjo Tua

Gambar 2. Biji Melinjo tanpa kulit luar

Gambar 3. Biji melinjo yang sudah dikupas

Universitas Sumatera Utara

71

Gambar 4. Emping Melinjo

Gambar 5. Emping yang rusak

Universitas Sumatera Utara

72

Lampiran 15. Gambar Alat

Gambar 6. Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Gambar 7. Tampak atas

Universitas Sumatera Utara

73

Gambar 8. Tampak atas dengan hopper

Gambar 9. Tampak depan

Universitas Sumatera Utara

74

Gambar 10. Tampak samping kiri

Gambar 11. Tampak samping kanan

Universitas Sumatera Utara

75

Gambar 12. Tampak belakang

Universitas Sumatera Utara

76

Lampiran 16. Gambar Teknik Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Universitas Sumatera Utara

77

Universitas Sumatera Utara

78

Universitas Sumatera Utara

79

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Aak, 1997. Budidaya Durian. Kanisius, Yogyakarta.
Aliudin dan D. Anggraeni, 2014. Nilai Tambah Emping melinjo melalui
Teknologi produksi Konvensional di Desa Menes Kecamatan Menes
Kabupaten Pandegelang. Download.portalgaruda.org.
[Diakses pada 15 Maret 2014].
Christiani, C. A., 2011. Perbanyakan Melinjo (Gnetum gnemon) dengan Teknik
Cangkok di Kebun Benih Holtikultura Tejomantri Woonorejo Polokarto
Sukoharjo. eprints.uns.ac.id. [Diakses pada: 18 Maret 2014].
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
USU, Medan.
Daryanto, 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Gusman, 2014. Pengujian Organoleptik. Tekpan.unimus.ac.id.
[Diakses pada: 29 Oktober 2014.
Harfianto, M. N. dan T. Ismail, 2009. Rancang Bangun Mesin Press dengan
Sistem Hidraulik. Digilib.its.ac.id. [Diakses pada 27 Maret 2014].
Harris, A. G., T. B. Muckle danJ. A. Shaw, 1965. FarmMachinery. Oxford
UniversityPress, New York.
Heddy, S., W. H. Susanto dan M. Kurniati., 1994. Pengantar Produksi Tanaman
dan Penanganan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Kusumanto, I., 2014. Net present value (NPV) &internal rate of return (IRR).
Kuliah-ft.umm.ac.id. [diakses pada : 01 September 2014].
Mabie, H. H. danF. W. Ocvirk., 1967. Mechanics dan Dinamycs of Machinery.
Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, 2014. Tanaman Perkebunan. http://www.ristek.go.id.
[Diakses pada: 18 Maret 2014].
Nazaruddin dan Muchlisa, F., 1994. Buah komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nieman, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta.

48
Universitas Sumatera Utara

49

Parhusip, A. J. N. dan A. B. Sitanggang. 2011. Antimicrobial Activity of Melinjo
Seed dan peel Extract (Gnetum gnemon) Against Selected Pathogenic
Bacteria. Boing.lipan.staff.ipb.ac.id. [Diakses pada 15 Maret 2014].
Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU,
Medan.
Sari, D. P., D. Pujotomo dan M. T. Tutuarima, 2014. Analisa Kelayakan
Ekonomis pada Pembangunan Instalasi untuk Proses Fertilisasi In Vitro
(FIV). ejournal.undip.ac.id. [Diakses pada: 19 Maret 2014].
Setyohadi, 2006., Agroindustri, Hasil Tanaman Perkebunan. Jurusan THP, FP
USU, Medan.
Sembiring, D., 2012. Rancang Bangun Multifucer Tipe DiskMill Pada Berbagai
Komoditi. FP USU, Medan.
Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M. P. Sari, 2010. Analisis Sensori Untuk
Industri Pangan dan Agro, IPB Press, Bogor.
Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Soenarta, N. dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kross., 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sudjana, H. dan H. S. Raya, 2000. Teknik Otomasi Mesin. Humaniora Utama
Press, Bandung.
Sujatmiko, T., 2013. Harga Melinjo. Krjogja.com. [Diakses pada 27 Maret 2014].
Sukirno, 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM, Yogyakarta.
Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sunanto, H., 1991. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Kanisius,
Yogyakarta.
Tamba, J. P., 2011. Perancangan Alat Penggerak Secara Manual Untuk Memutar
Alat Pencuci Biji Kakao. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tim Penulis PS, 2002. Budidaya dan Pengolahan Melinjo. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

50

Vlack, L. H. V., 2001. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Erlangga,
Jakarta.
Waldyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilaksanakan pada bulan April – Agustus 2014 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin las,
mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, kikir, obeng, meteran, jangka
sorong,stopwatch, kompor minyak, kuali, sendok, ember, neraca, kalkulator dan
komputer.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bijimelinjo, air, pelat stainless steel, pelat aluminium, baut dan mur, pelat besi,
silinder pengepres, baja, skrup, motor listrik, kabel, minyak tanah sebanyak 2 liter,
minyak goreng sebanyak 1,5 kg,cat dan thinner.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(kepustakaan), lalu melakukan pengamatan tentang alat pencetak emping ini.
Selanjutnya dilakukan perancangan bentuk, pembuatan/perangkaian komponenkomponen, kemudian dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.
Pelaksanaan Penelitian
a. Perancangan dan pembuatan alat
Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pencetak keripik biji-bijian
yaitu :

30
Universitas Sumatera Utara

31

1. Dirancang bentuk alat pencetak keripik biji-bijian.
2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pencetak keripik biji-bijian.
3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak keripik
biji-bijian.
4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
5. Dipotong bahan sesuai ukuran yang telah ditentukan.
6. Dibentuk dan dilas plat bahan untuk membentuk kerangka alat.
7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.
8. Dirangkai komponen-komponen alat pencetak keripik biji-bijian.
9. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan
menambah daya tarik alat.
b. Bahan yang digunakan
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah biji melinjo sebanyak 1,5
kg. Ditimbang bahan yang akan dicetak dan diletakkan di hopper sebanyak 0,5 kg
lalu dicetak menjadi keripik biji melinjo (emping melinjo).
Prosedur Penelitian
1.

Ditimbang bahan (biji melinjo) sebanyak 0,5 kg.

2.

Disangrai bahan yang akan dicetak selama 10 menit

3.

Dihidupkan motor listrik pada alat pencetak keripik biji-bijian.

4.

Dimasukkan bahan ke dalam hopper.

5.

Ditunggu bahan sampai selesai dicetak.

6.

Dilakukan pengujian parameter.

7.

Digoreng emping melinjo.

31
Universitas Sumatera Utara

32

8.

Dilakukan uji organoleptik rasa pada emping melinjo.

9.

Diulangi langkah 1-8 sebanyak tiga kali ulangan.

Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat (kg/jam)
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat melinjo yang
diolah terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengolahan. Kapasitas efektif alat
dapat dihitung dengan persamaan (4).
Persentase bahan rusak (%)
Pengukuran persentase bahan rusak dilakukan dengan pengamatan secara
visual setelah proses pencetakan emping. Persentase bahan rusak dapat dihitung
dengan persamaan (5).
Uji Organoleptik Emping Melinjo
Uji organoleptik emping melinjo dilakukan dengan mengamati ketebalan
emping melinjo hasil cetakan, warna emping melinjo, ketebalan emping melinjo
dan rasa emping melinjo yang sudah diolah.
Uji organoleptik dilakukan dengan mengambil beberapa sampel secara
acak dan diberikan kepada 10 panelis untuk diamati dengan kode tertentu.
Parameter yang diamati adalah warna, ketebalan, dan rasa emping melinjo hasil
cetakan.
Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala
yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik
dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat
dilakukan analisis secara parametrik. Skor penerimaan relatif juga dapat
menunjukkan kesukaan, contoh dengan skor tertinggi berarti lebih disukai. Hasil

Universitas Sumatera Utara

33

yang paling baik diperoleh dari skala yang seimbang yaitu jumlahnya ganjil,
misalnya skala 1-3, 1-5, 1-7 dan 1-9. Kategori skala hedonik untuk uji
organoleptik warna, ketebalan dan rasa emping melinjo yang digunakan yaitu:
1 = Sangat Tidak Suka
2 =Tidak Suka
3 = Agak Suka
4 = Suka
5 = Sangat Suka
(Setyaningsih, 2010).
Analisis ekonomi
Biaya Pemakaian Alat (Rp/kg)
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok). Hal
ini dapat dihitung dengan persamaan (6).
a. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari :
1. Biaya penyusutan (metode sinking fund). Hal ini dapat dihitung dengan
persamaan (7).
2. Biaya bunga modal dan asuransi Hal ini dapat dihitung dengan persamaan
(8).
3. Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 2% per tahun dari nilai awalnya.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari :
1. Biaya listrik (Rp/Kwh)

Universitas Sumatera Utara

34

2. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Hal
ini dapat dihitung dengan persamaan (9).
3. Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau
gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya
(Darun, 2002).
Break Even Point (BEP)
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk
dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup
untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mengetahui
produksi titik (BEP) dapat dihitung dengan persamaan (10).
Net Present value (NPV)
Net Present value(NPV) yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk digunakan dalam usaha. NPV adalah selisih
antara presentvalue dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan
menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Untuk
menghitung NPV digunakan persamaan (11).
Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak
menguntungkan

Universitas Sumatera Utara

35

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan
Internal Rate of Return (IRR)
IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh
kembali investasi yang sudah dikeluarkan. IRR juga digunakan untuk
memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada
tingkat keuntungan tertentu. Untuk menghitung IRR digunakan persamaan (12).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan harus mendapatkan
penanganan pasca panen yang baik, salah satunya dengan memperhatikan tingkat
standarisasi mutu yang diizinkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak
buruk pada kualitas bahan yang dihasilkan seperti harga jual yang rendah yang
akan menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan pencetakan biji melinjo menjadi keripik biji
melinjo (emping melinjo). Pada penelitian ini biji melinjo yang digunakan pada
setiap ulangan yaitu 0,5 kg (±362 biji melinjo). Biji melinjo dicetakdengan
menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian yang dirancang menggunakan
motor listrik sebagai tenaga penggeraknya. Motor listrik kemudian akan
menggerakkan silinder pengepres untuk mengepres biji menjadi emping melinjo.
Pada penelitian ini emping melinjo yang dihasilkan mempunyai bentuk yang
tidak seragam, karena satu emping melinjo hanya berasal dari satu biji melinjo
ataupun beberapa biji melinjo, tetapi ketebalan dari emping melinjo yang
dihasilkan seragam yaitu 0,1 mm. Kualitas emping melinjo yang dihasilkan adalah
nomor 2 yaitu ketebalannya seragam, berwarna putih tetapi tidak bening,
bentuknya beragam, bisa langsung digoreng tetapi untuk penyimpanan harus
dikeringkan (kering angin) terlebih dahulu.
Perancangan Alat dan Prinsip Kerja yang Diharapkan
Tahap pertama yang harus dikerjakan adalah merancang alat. Alat
terlebihdahulu dirancang bentuknya lalu digambar sampai menjadi sebuah alat
pencetak keripik biji-bijian. Dalam perancangan ini, tidak lupa juga harus
memperhatikanprinsip kerja alat yang akan dirancang dimana prinsip kerja yang
36
Universitas Sumatera Utara

37

diharapkanbekerja dengan menggunakan dua silinder pengepres yang berputar
berlawanan arah dimana biji masuk ke dalam hopper dan langsung melewati
silinder pengepres yang digerakkan oleh elektromotor sehingga biji yang masuk
langsung dicetak menjadi emping melinjo yang selanjutnya langsung ditampung
di wadah penampung.
Pemilihan Bahan
Pemilihan bahan dan spesifikasi dari alat mempengaruhi kinerja alat
yangdirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat
adalah baja, besi dan stainless steel.Pada waktu pemilihan bahan diusahakan
bahan yang dipakai adalah bahan yang kokoh danmampu mendukung kinerja alat.
Namun juga diusahakan mudah diperoleh untukmenjaga kesinambungan bahan
baku apabila ada usaha untuk memproduksi alatdalam jumlah besar. Pemilihan
bahan yang berkualitas namun murah juga sangatmempengaruhi biaya produksi
alat.
Pengukuran dan Pemotongan Bahan
Bahan

yang

sudah

tersedia

diukur

dengan

meteran

sesuai

dengandimensinya masing-masing. Kemudian dipotong dengan gergaji atau
gerinda sesuai denganukuran yang sudah digambar. Pengukuran dan pemotongan
bahan dilakukandengan teliti supaya hasil potongan baik dan alat yang dihasilkan
sesuai.
Pada penelitian ini, terdapat beberapa ukuran pada bahan yang digunakan.
Untuk silinder pengepres mempunyai diameter 17 cm dan lebar 30,5cm. Alat ini
mempunyai ukuran panjang 40 cm, lebar 45 cm dan tinggi 105 cm.

Universitas Sumatera Utara

38

Perakitan Bahan
Bahan-bahan yang telah dipotong selanjutnya dirakit. Pada bahan stainless
steel,hasil potongan disatukan dengan menggunakan las. Pada bahan besi,
dapatdisatukan dengan menggunakan las atau baut dan mur, sedangkan baja
dilengketkan ke bahan juga menggunakan baut dan mur. Bila bahan-bahan ini
selesai disatukan, selanjutnya adalah merakit menjadisatu semua bahan-bahan
yang telah siap menjadi satu dimana bagian-bagiannyaterdiri dari hopper,
kerangka, pengepres dan saluran pengeluaran bahan.
Finishing
Kegiatan

terakhir

setelah

perancangan

alat

adalah

finishing

yaitumelakukan pengecatan pada alat. Alat dicat sedemikian rupa agar daya tahan
alatmenjadi lebih lama dan lebih indah dipandang. Selain itu, dengan
melakukanpengecatan akan menambah daya jual alat karena orang akan semakin
tertarikmelihatnya.
Proses Sangrai
Proses sangrai biji melinjo sangat menentukan rasa dan bentuk emping
melinjo.Pada

umumnya

proses

sangrai

biji

melinjo

dilakukan

dengan

menggunakan pasir, agar panas yang diperoleh oleh tiap biji merata dan proses
sangrainya lebih cepat. Jika menggunakan pasir untuk menyangrai 500 gram biji
melinjo hanya dibutuhkan waktu 3,5 menit.
Pada penelitian ini, proses sangrai dilakukan tanpa menggunakan pasir.
Hal ini dilakukan untuk menjaga organoleptik dan kualitas dari emping yang
dihasilkan, karena untuk diolah menggunakan alat ini biji melinjo harus dikupas
terlebih dahulu kulit dalamnya. Jika digunakan pasir untuk menyangrai, maka ada

Universitas Sumatera Utara

39

kemungkinan pasir akan menempel pada emping hasil cetakan. Sebelum
dilakukan penyangraian biji melinjo,kuali yang digunakan dipanaskan terlebih
dahulu selama 2 menit. Setelah kuali panas, dilakukan penyangraian biji melinjo
sebanyak 500 gram dengan waktu 10 menit.
Prinsip penyangraian harus dengan waktu yang tepat dan temperatur yang
tepat. Biji yang disangrai lama pada temperatur rendah akan menyebabkan
minyak dan senyawa-senyawa kimia penting terbang sehingga emping terasa
hambar. Biji yang disangrai singkat pada temperatur tinggi akan menyebabkan biji
tidak matang merata, artinya kulit luar terlihat matang tapi bagian dalam tidak
matang. Lama sangrai dan temperatur disesuaikan terhadap hasil akhir yang akan
dicapai. Setelah tingkat sangrai dicapai, keluarkan biji dari wadah, dan selanjutnya
proses pencetakan dapat dilakukan.
Proses Pencetakan
Proses pencetakanini dilakukan dengan terlebih dahulu menyangrai biji
melinjo.Bahan yang siap untuk dicetak selanjutnya dimasukkan ke dalam hopper.
Hopper pada alat ini berfungsi sebagai wadah pemasukan bahan sebelum menuju
silinder pengepres dan memiliki daya tampung 0,5 kg. Selanjutnya bahan akan
diteruskan pada silinder pengpres yang terbuat dari bahan stainless steel.
Pada penelitian ini, putaran pada silinder pengepres dihasilkan oleh
putaran pada motor listrik yang dialirkan ke pulley dengan menggunakan v-belt.
Pulley ini terhubung dengan poros yang juga terhubung dengan gigi (gear) yang
berfungsi untuk memutar arah putaran sehingga silinder pengepres dapat berputar
berlawanan arah agar dapat mengepres biji.

Universitas Sumatera Utara

40

Pada bagian pengepresan ini terdapat 2 buah silinder pengepres dengan
ukuran diameter 17 cm yang berputar berlawanan arah. Setelah bahan selesai
dicetak, maka hasil pencetakantersebut akan berada di wadah penampung bahan.
Wadah penampung bahan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Bahan yang
sudah dicetakditandai dengan dihasilkankeripik biji melinjo (emping melinjo)
yang kemudian ditampung pada wadah penampung bahan.
Pencetakan bahandilakukakan untuk memipihkan atau mengepres biji
menjadi keripik biji dalam penelitian ini digunakan biji melinjo. Tujuan dilakukan
pencetakan ini yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomi dari biji melinjo tersebut.
Hal ini sesuai dengan literatur Sunanto (1991) yang menyatakan bahwa emping
melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat dibuat dari biji
melinjo yang sudah tua dan harganya di pasaran cukup stabil.
Track Record Penelitian
Bila dibandingkan dengan alatpencetak keripik lain yaitu alat pembuat
emping melinjo tipe jepit (manual), mesin press melinjo sistem hidraulik dan
mesin pemipih emping dengan kapasitas 2-5 kg/jam, maka kapasitas alat
inidikategorikan sama dengan alat tersebut, yang menjadi perbedaan yaitu pada
alat pembuat emping melinjo tipe jepit pengerjaannya dilakukan secara manual.
Sedangkan jika dibandingkan dengan mesin press melinjo sistem hidraulik
maupun

mesin

pemipih

emping,

perbedaannya

terdapat

pada

proses

loading(pemasukan) bahan yang dilakukan secara manual, karena pada mesin
tersebut biji melinjo dimasukkan kedalam cetakan yang berada dibawah
pengepres hidraulik selanjutnya setelah selesai dicetak emping tersebut
dipindahkan ke dalam wadah penampungan. Hal ini sesuai dengan literatur

Universitas Sumatera Utara

41

Harfianto dan Ismail (2009) yang menyatakan bahwa salah satu masalah yang
terjadi pada mesin press melinjo sistem hidraulik yaitu proses loading (pemasukan
bahan) dan unloading (pengeluaran bahan) yang kurang optimal, membuat
kesulitan dalam pengambilan hasil pengepresan.Selain itu terdapat perbedaan
pada hasil cetakan dengan menggunakan mesin press melinjo sistem hidraulik,
yaitu ukuran emping melinjo yang dihasilkan lebih besar dan seragam karena pada
satu emping melinjo bisa berasal dari beberapa biji melinjo.
Kapasitas Efektif Alat
Alat pencetak keripik biji-bijianmenggunakan motor listrik dengan daya 1
HP dan menggunakan speedreducer 1:18 sehingga putaran motor listrik pada
silinder pengepres yaitu 47 rpm dengan diameter pulleypada motor listrik sebesar
3 inci dan pulley pada silinder pengepres sebesar 5 inci. Keamanan pada alat
pencetak keripik biji-bijian masih kurang terjamin karena elemen mesin yang
berputar yaitu pulley, geardan v-belttidak dilengkapi dengan penutup. Sehingga
keselamatan kerja sangat perlu diperhatikan, keselamatan kerja dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mengindari terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan selama proses kerja.
Kapasitas efektif alat diperoleh dengan melakukan pengepresan biji
melinjo sebanyak tiga kali ulangan, kemudian dihitung kapasitas efektif alat ratarata. Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat bahan
yang dicetak terhadap waktu yang dibutuhkan (persamaan 4). Kapasitas efektif
suatu alat menunjukkan produktivitas alat selama pengoperasian tiap satuan
waktu.

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 4. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji melinjo)
Ulangan

M 0 (gram)

M t (gram)

t (detik)

I
II
III
Total
Rata-rata

500
500
500
1500
500

450
494
433
1377
459

635
647
630
1912
637,33

Bahan
rusak
(gram)
50
31
40
121
40,33

Persentase
bahan
rusak (%)
10
6,2
8
24,2
8,07

Kapasitas
alat
(kg/jam)
2,83
2,78
2,86
8,47
2,82

Tabel 4diperoleh kapasitas efektif rata-rata alat pencetak keripik bijibijian ini sebesar 2,82 kg/jam untuk biji melinjo. Hasil tersebut didapat dari hasil
penelitian yang dilakukan dengan mencetak bahan sebanyak tiga kali ulangan,
dengan setiap ulangan perlakuan menggunakan bahan seberat 0,5kg.
Hasil pengujian menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
menghasilkan emping melinjo (proses persiapan bahan, penyangraian dan
pencetakan) seberat 0,5 kg adalah sebesar 637,33 detik.Waktu pencetakan biji
melinjo pada setiap ulangan berbeda dipengaruhi oleh penyangraian.
PersentaseKerusakan Bahan
Kerusakan bahanditandai dengan biji yang tidak tercetak, terbuang atau
bentuknya rusak setelah dicetak. Pengukuran persentasekerusakan bahandilakukan
dengan pengamatan secara visual hasil pencetakan. Persentase kerusakan
bahandiperoleh dengan membandingkan antara berat bahan rusakdengan berat
awal bahan yang dinyatakan dalam persen.
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase rata-rata
kerusakan bahan adalah sebesar8,07%.
Analisis Ekonomi
Biaya pemakaian alat
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.Dengan analisis ekonomi dapat

Universitas Sumatera Utara

43

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Harga bahan baku biji melinjo yaitu Rp 11.000/kg.
Dari analisis biaya, diperoleh biaya pengepresan biji melinjo dengan alat
ini sebesar Rp.3.777,53/kg untuk setiap komoditi, yang merupakan hasil
perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak
keripik biji-bijian.Dari analisis biaya, diperoleh total biaya tetap sebesar
Rp.1.247.853,75/tahundan total biaya tidak tetap sebesarRp.10.273/jam.
Tabel 5. Biaya pokok pembuatan emping melinjo
Tahun
1
2
3
4
5

Biaya Pokok (Rp/kg)
4.286,8
3.968,21
3.862,16
3.809,22
3.777,53

Gambar 2. Grafik Biaya Pokok Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

Biaya Pokok (Rp/kg)
4.400,00
4.200,00
4.000,00
3.800,00

Biaya Pokok (Rp/kg)

3.600,00
3.400,00
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan biaya pokok tiap tahunnya
untuk pembuatan emping melinjo dengan alat pencetak keripik biji-bijian. Hal ini
dipengaruhi oleh biaya penyusutan (biaya tetap) pada alat yang semakin tinggi
tiap tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

44

Break even point
Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing) dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Maka dari itulah penulis menghitung analisa
titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan
alat ini agar mencapai titik impas.
Tabel 6. BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
Tahun
1
2
3
4
5

BEP (kg/tahun)
289,78
156,22
111,77
89,57
76,29

Gambar 3. Grafik BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

BEP (kg/tahun)
400
300
200
BEP (kg/tahun)
100
0
Tahun I

Tahun II

Tahun III

Tahun IV

Tahun V

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan BEP tiap tahunnya untuk
pembuatan emping melinjo dengan alat pencetak keripik biji-bijian. Hal ini
dipengaruhi oleh biaya tetap (biaya penyusutan) pada alat yang semakin tinggi
tiap tahunnya. Jadi, biaya tetap dengan BEP nilainya berbanding terbalik.

Universitas Sumatera Utara

45

Net present value
Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha
maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa
finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat
diketahui

besarnya

nilai

Jadi

besarnya

NPV

6%

adalah

Rp

452.817.525,6Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 428.806.059,2.Hal ini berarti usaha
ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar atau sama dengan nol.
Internal rate of return
Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha
dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang
ingin dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka hasil yang didapat dari penelitian ini
adalah sebesar 45,72%artinya usaha pencetakan emping melinjo masih layak
untuk dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku
bunga di bawah 45,72%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka
keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Alat pencetak keripik biji-bijian berfungsi untuk mencetak biji-bijian yang
mengandung pati menjadi keripik dengan cara mengepres.
2. Sebelum dilakukan pengepresan, biji harus melalui proses penyangraian, untuk
biji melinjo dibutuhkan waktu 10 menit untuk proses penyangraian.
3. Kapasitas efektif rata-rata pada alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar
2,82kg/jam untuk biji melinjo.Persentasebahan yang rusak adalah sebesar
8,07%.
4. Emping melinjo yang dihasilkan dikategorikan pada kualitas 2, yaitu bentuk
tidak seragam, berwarna putih tetapi tidak bening, ketebalan seragam, dan bisa
langsung digoreng setelah selesai dicetak.
5. Analisis ekonomi pada alat pencetak keripik biji-bijian ini meliputi biaya
pokok dari tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp.
4.286,8/kg, Rp. 3.968,21/kg, Rp. 3.862,16/kg, Rp. 3.809,22/kg dan Rp.
3.777,53/kg.Nilai titik impas (BEP)dari tahun pertama sampai tahun kelima
sebanyak 289,78 kg/tahun, 156,22 kg/tahun, 111,77 kg/tahun, 89,57 kg/tahun
dan

76,29

kg/tahun.

Net

present

value(NPV)

6%

adalah

Rp.452.817.525,6Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 428.806.059,2 danInternal
rate of return alat ini adalah sebesar 45,72%.
6. Komponen alat pencetak keripik biji-bijian yaitu hopper, silinder pengepres,
wadah penampung, kerangka alat, pulley, v-belt, gear, dinamo, speed reducer.
7. Alat pencetak keripik biji-bijian ini lebih ramah lingkungan karena
menggunakan motor listrik sebagai tenaga penggerak.
46
Universitas Sumatera Utara

47

Saran
1. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk meningkatkan kapasitas kerja alat
dan kesempurnaan alat pencetak keripik biji-bijian.
2. Diharapkan ada penelitian tentang alat untuk mengupas kulit ari biji melinjo
serta alat penyangrai biji melinjo.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen
dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal
dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau
Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo
lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang
spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di
kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang
dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua
subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam
dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Gymnospermae

Kelas

: Gnetinae

Ordo

: Gnetales

Famili

: Gnetaceae

Genus

: Gnetum

Spesies

: Gnetum gnemon (melinjo)
Jenis ini dikatakan sebagai bentuk peralihan antara Gymnospermae dan

Angiospermae (Tim Penulis PS, 2002).
4
Universitas Sumatera Utara

5

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat
dibedakan atas akar, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ ini
mempunyai ciri morfologi tersendiri. Persamaan dan perbedaan dengan tumbuhan
lain inilah yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasiannya.
Akar
Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang,
seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo
yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek,
tidak berakar tunggang.
Batang
Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter.
Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang
pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok
selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat
perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.
Daun
Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm
serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi
rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.
Bunga
Bunga melinjo membentuk kerucut dengan karangan bunga melingkar.
Kerucut bunga jantan panjangnya 3-5 cm dengan 5-8 karangan bunga. Sedangkan
kerucut bunga betina panjangnya 6-10 cm dengan 3-8 karangan bunga.

Universitas Sumatera Utara

6

Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua,
yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan,
pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu
pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.
Kerucut bunga jantan sebenarnya juga berbakal biji, di samping benang
sari, tetapi tidak sempurna sehingga tidak dapat berkembang menjadi biji. Lain
halnya dengan kerucut bunga betina yang bakal bijinya sempurna berbentuk bola.
Bakal biji ini dapat berkembang menjadi biji tanpa melalui proses pembuahan.
Biji
Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing
pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta.
Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah
warna menjadi kuning dan merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah)
berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air
ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan
endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji
melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji
masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama,
bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah
(Tim Penulis PS, 2002).
Varietas
Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk
pohon, variasi bentuk dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa
varietas melinjo.

Universitas Sumatera Utara

7

Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.

Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo

2.

Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil
ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh
cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo
ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku

3.

Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di
hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau
Nusakambangan.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo

bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh,
bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo
bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu
varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).
Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas,
yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar
dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar
diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut,
varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan
emping melinjo.
Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan berkapur.

Universitas Sumatera Utara

8

Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu
tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo
didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan
pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah
pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban
tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim
kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di
daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut
daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).
Panen
Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah
cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang
dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa
panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada
istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan MeiJuli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya
disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan
mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).
Pascapanen
Langkah awal perlakuan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan. Buah
melinjo tua dipisahkan dari buah yang masih muda, demikian pula daun dan
bunganya. Buah melinjo yang sudah tua biasanya dicirikan dengan kulit luar yang
berwarna kuning kemerahan atau merah dan bijinya keras. Sedangkan buah yang

Universitas Sumatera Utara

9

masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua,
kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.
Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan
emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya
dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak
berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).
Emping Melinjo
Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil
pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara
fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi
kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil
pertanian dipungut atau dipanen (Heddy, et.al., 1994).
Untuk bahan industri pangan dan nonpangan secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut:

Bahan mentah

Alat peralatan dan mesinmesin. Pengolahan secara
fisik, kimiawi,
mikrobiologi dan biokimia

Hasil olahan

Gambar 1. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan
(Setyohadi, 2006).
Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain
bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat.
Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat
Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang
berasal dari emping melinjo meliputi: kalori, karbohidrat, protein, lemak, kalsium,

Universitas Sumatera Utara

10

fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid).
Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif
dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga
kebutuhan konsumen dapat