Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo (Genetum Gnemon L.)

TINJAUAN PUSTAKA
Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen
dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal
dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau
Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo
lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang
spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di
kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang
dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua
subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam
dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi


: Gymnospermae

Kelas

: Gnetinae

Ordo

: Gnetales

Famili

: Gnetaceae

Genus

: Gnetum

Spesies


: Gnetum gnemon (melinjo)
Jenis ini dikatakan sebagai bentuk peralihan antara Gymnospermae dan

Angiospermae (Tim Penulis PS, 2002).
4
Universitas Sumatera Utara

5

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat
dibedakan atas akar, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ ini
mempunyai ciri morfologi tersendiri. Persamaan dan perbedaan dengan tumbuhan
lain inilah yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasiannya.
Akar
Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang,
seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo
yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek,
tidak berakar tunggang.
Batang
Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter.

Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang
pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok
selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat
perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.
Daun
Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm
serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi
rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.
Bunga
Bunga melinjo membentuk kerucut dengan karangan bunga melingkar.
Kerucut bunga jantan panjangnya 3-5 cm dengan 5-8 karangan bunga. Sedangkan
kerucut bunga betina panjangnya 6-10 cm dengan 3-8 karangan bunga.

Universitas Sumatera Utara

6

Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua,
yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan,
pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu

pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.
Kerucut bunga jantan sebenarnya juga berbakal biji, di samping benang
sari, tetapi tidak sempurna sehingga tidak dapat berkembang menjadi biji. Lain
halnya dengan kerucut bunga betina yang bakal bijinya sempurna berbentuk bola.
Bakal biji ini dapat berkembang menjadi biji tanpa melalui proses pembuahan.
Biji
Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing
pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta.
Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah
warna menjadi kuning dan merah tua setelah masak. Sclerotesta (kulit tengah)
berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air
ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan
endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji
melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji
masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama,
bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah
(Tim Penulis PS, 2002).
Varietas
Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk
pohon, variasi bentuk dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa

varietas melinjo.

Universitas Sumatera Utara

7

Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.

Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo

2.

Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil
ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh
cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo
ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku

3.


Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di
hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau
Nusakambangan.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo

bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh,
bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo
bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu
varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).
Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas,
yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar
dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar
diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut,
varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan
emping melinjo.
Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan berkapur.


Universitas Sumatera Utara

8

Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu
tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo
didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan
pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah
pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban
tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim
kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di
daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut
daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).
Panen
Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah
cukup umur karena biji yang masih muda akan mengurangi kualitas emping yang
dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Masa
panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada
istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan MeiJuli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya
disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan

mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).
Pascapanen
Langkah awal perlakuan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan. Buah
melinjo tua dipisahkan dari buah yang masih muda, demikian pula daun dan
bunganya. Buah melinjo yang sudah tua biasanya dicirikan dengan kulit luar yang
berwarna kuning kemerahan atau merah dan bijinya keras. Sedangkan buah yang

Universitas Sumatera Utara

9

masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua,
kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.
Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan
emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya
dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak
berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).
Emping Melinjo
Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil
pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara

fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi
kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil
pertanian dipungut atau dipanen (Heddy, et.al., 1994).
Untuk bahan industri pangan dan nonpangan secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut:

Bahan mentah

Alat peralatan dan mesinmesin. Pengolahan secara
fisik, kimiawi,
mikrobiologi dan biokimia

Hasil olahan

Gambar 1. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan
(Setyohadi, 2006).
Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain
bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat.
Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat
Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang

berasal dari emping melinjo meliputi: kalori, karbohidrat, protein, lemak, kalsium,

Universitas Sumatera Utara

10

fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid).
Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif
dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi setiap saat (Aliudin dan Anggraeni, 2014).
Emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat
dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Harga emping melinjo di pasaran cukup
stabil, artinya belum pernah mengalami kemerosotan harga, lebih-lebih sekarang
Indonesia mulai mengekspor emping melinjo ke beberapa negara. Kualitas
melinjo sangat menentukan kualitas empingnya. Biji melinjo yang kualitasnya
paling baik adalah biji melinjo yang ukurannya terbesar dan sudah tua benar.
Untuk mengetahui apakah biji melinjo itu sudah tua benar adalah:
1. Bila masih berkulit luar maka warna kulit luarnya merah tua, sangat baik
bila melinjo yang berkulit luar merah tua itu jatuh sendiri dari pohon.
2. Bila sudah tidak berkulit luar, maka biji melinjo itu kulit kerasnya berwara

coklat kehitam-hitaman dan mengkilat. Hal ini penting karena pada
umumnya produsen emping mendapatkan biji-biji melinjo dari pedagang
dalam keadaan sudah tidak ada kulit luarnya.
Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan
emping akan mengalami penyusutan.

1
2
3

Jenis biji

Berat biji berkulit keras

Tua benar
Kurang tua
Agak muda

1 kg
1 kg
1 kg

Berat setelah jadi
emping kering
0,65 kg
0,60 kg
0,50 kg

Penyusutan
0,35 kg
0,40 kg
0,50 kg

(Sunanto, 1991).
Biji melinjo yang sudah benar-benar tua itu kadar airnya kecil, sehingga
bila menjadi emping tidak mengalami penyusutan berat yang terlalu besar.

Universitas Sumatera Utara

11

Berdasarkan jenis/ kualitas emping yang dihasilkan, tiap tenaga kerja
pembuat emping dalam sehari mampu memipihkan biji-biji melinjo sekitar :
1.

4 kg untuk emping super (kualitas 1)

2.

6 kg untuk kualitas 2

3.

10 kg untuk emping klutuk

(Sunanto, 1991).
Satu pohon melinjo yang sudah berumur diatas 5 tahun dan terawat baik
dapat menghasilkan biji melinjo sebanyak 50 kg per pohon per tahun dengan
harga Rp. 5000 per kg. Harga melinjo terkadang mengalami kenaikan dan
penurunan, tingginya harga melinjo disebabkan musim panen raya melinjo. Harga
melinjo jika mengalami kenaikan bisa mencapai Rp. 13000 – Rp. 15000 per kg.
Dan jika harga melinjo mengalami kenaikan maka harga emping juga melonjak
mencapai Rp. 32000 – Rp. 34000 per kg (Sujatmiko, 2013).
Kualitas Emping Melinjo
Dalam pemasarannya, ada klasifikasi emping melinjo yang didasarkan
pada kualitasnya, semakin tinggi kualitasnya akan semakin tinggi harganya.
Klasifikasi emping melinjo adalah sebagai berikut :
1.

Kualitas nomor 1
Sering disebut emping super, yang tanda-tandanya adalah :
a. Lempengannya sangat tipis merata
b. Berwarna agak putih dan bening atau transparan
c. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam
d. Langsung bisa digoreng tanpa dijemur lebih dahulu

Universitas Sumatera Utara

12

2.

Kualitas nomor 2
Emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tandanya, antara lain:
a. Lempengannya lebih tebal daripada emping super
b. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening
c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam
d. Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya
baik

3.

Kualitas nomor 3
Emping kualitas ini memiliki tanda-tanda:
a. Lempengannya agak tebal
b. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak bening
c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya

bermacam-macam,

sehingga

garis

tengahnya

juga

bermacam-macam
d. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering, agar hasil
gorengannya baik
(Sunanto, 1991).
Pembuatan Emping Melinjo
Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual
diperlukan beberapa peralatan, yaitu:
1.

Tungku api atau kompor minyak

2.

Wajan dari tanah (kuali) atau dari aluminium

Universitas Sumatera Utara

13

3.

Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas
pemukulan

4.

Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau
dibungkus plastik agar licin

5.

Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji
melinjo yang digoreng sangan

6.

Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur
lempengan emping melinjo

7.

Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan

8.

Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil
lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan
Sebenarnya ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping

melinjo, yakni biji-biji melinjo sebelum dipipihkan itu dipanaskan dahulu dengan
cara digoreng sangan atau dengan cara direbus.
Menurut Sunanto (1991), pada umumnya proses pembuatan emping
melinjo itu menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir,
maka biji-biji melinjo yang akan digoreng sangan akan dapat masak secara
merata, karena pasir sifatnya cepat menerima panas dan dengan mencampurkan
biji-biji melinjo berbaur dengan pasir yang panas sambil dibolak-balik, maka
kemasakan biji melinjo dapat merata. Dengan cara menggoreng sangan, aroma
dan zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo itu tidak hilang, sehingga akan
diperoleh emping melinjo yang rasanya lezat. Lain halnya bila direbus, aroma dan
zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo akan larut dalam air rebusan.

Universitas Sumatera Utara

14

Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu banyak
berkurang.
Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
Kerangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang
terbuat dari besi.
Saluran pemasukan bahan (Hopper)
Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan dengan proses pengepresan bahan.
Motor Listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut dinamo atau generator. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot
debu.
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).

Universitas Sumatera Utara

15

Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin,
hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur ataupun
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau biila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau
defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin
perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros,
kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang
akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros
harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

Universitas Sumatera Utara

16

4. Korosi
Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama
dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batasbatas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang.
Bantalan (bearing)
Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros
serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
- Bantalan luncur
- Bantalan gelinding
2. Beban terhadap poros
- Bantalan radial
- Bantalan aksial
- Bantalan gelinding khusus
(Sularso dan Suga, 2002).
Puli (Pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli

Universitas Sumatera Utara

17

dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran
transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda
transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.
SDpenggerak = SDyang

digerakkan

................................................. (1)

dimana,
S = Kecepatan putar puli (rpm)
D = Diameter puli (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
(Mabie dan Ocvirk, 1967).
V-Belt (Sabuk V)
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
V dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya

Universitas Sumatera Utara

18

slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau
perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).
Susunan khas sabuk V terdiri atas :
• Bagian elastisyang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

• Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut
(Smith dan Wilkes, 1990).
Menurut

Smith

dan

Wilkes

(1990),

apabila

pemindahan

daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:
L = 2C + 1,57(D + d) +

(D−d)2
4C

............................................................. (2)

dimana:
L = Panjang efektif sabuk (mm)
C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)
D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)
Speed Reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (outputspeed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbdaningan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
N1

i = N2....................................................................................................... (3)

Universitas Sumatera Utara

19

dimana:
i

= Perbandingan reduksi

N1

= Input putaran (rpm)

N2

= Output putaran (rpm)

(Niemann, 1982).
Rancang Bangun (Desain)
Desain adalah penataan suku-suku mesin untuk menunjukkan beda
susunan mesin dari tipe yang sama. Pabrik dapat saja mengeluarkan alat dengan
merek yang sama, tetapi mesinnya belum tentu persis sama. Perbedaan dalam
penyusunan komponen-komponen inilah yang merupakan desain mesin. Dalam
mempelajari konstruksi umum sebuah mesin, perhatikan jumlah suku yang dicor,
roda gigi, tempat terjadinya keausan, dan mudahnya pelumasan dan penyetelan
(Smith dan Wilkes, 1990).
Banyak material yang berbeda-beda digunakan dalam pembuatan mesin
pertanian. Setiap material dipilih untuk setiap karakteristik bagian pada mesin
pertanian tersebut. Beberapa bagian mesin ini ada yang tahan lama dan ada yang
mudah terkikis, dan ada yang terbuat dari baja keras atau besi, sementara bagian
lainnya membutuhkan bahan yang tahan korosi dan untuk tujuan ini maka
digunakan bahan stainlesssteel dan plastik. Sebagai tambahan pada karakteristikkarakteristik tersebut dan untuk biaya pemeliharaan mesin, maka massa dari
material juga harus dipertimbangkan (Harris, et. al., 1965).
Material dalam produk jadi memiliki beberapa sifat (kekuatan, kekerasan,
konduktivitas, densitas, warna dan sebagainya) yang dipilih untuk memenuhi
persyaratan desain. Material akan selamanya mempertahankan sifat tersebut,

Universitas Sumatera Utara

20

asalkan tidak ada perubahan pada struktur internalnya. Namun, apabila produk
mengalami kondisi pemakaian sehingga terjadi perubhan pada struktur internal,
kita harus mengantisipasi bahwa sifat dan perilaku material akan mengalami
perubahan pula. Sebagai contoh, karet mengalami pengerasan secara bertahap
apabila terkena sinar matahari dan udara, aluminium tidak dapat digunakan di
berbagai tempat pada pesawat supersonik, bor dari baja biasa tidak dapat
membuat lubang secepat bor baja kecepatan tinggi, dan semikonduktor dapat
mengalami kerusakan akibat radiasi nuklir (Vlack, 2001).
Pada alat dan mesin pertanian motor listrik sering digunakan sebagai
tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga lainnya. Hal ini disebabkan
motor listrik dapat disesuaikan dan dapat digunakan pada hampir setiap alat yang
membutuhkan putaran (Cooper, 1992).
Pada berbagai mesin perkakas atau pesawat kerja secara umum, proses
transformasi daya secara mekanik merupakan hasil analisis yang seksama
terhadap gerak-gerak mekanik yang seharusnya dilakukan oleh sebuah elemen
kerja. Sementara itu, mengenai bagaimana keadaan gerak sumber daya, kita perlu
menentukan jenis transmisi yang sesuai, serta efektif dan efisien untuk
dipergunakan. Pemakaian transmisi daya dengan rantai dapat mengapresiasi daya
pada berbagai posisi gerak dari beberapa poros, walaupun ada beberapa syarat
konstruksi yang harus dipenuhi. Misalnya, posisi poros harus selalu sejajar, roda
gigi penghantar (sprocket) harus berbeda-beda pada satu bidang, dan ketentuanketentuan teknis lainnya. Rantai-rantai yang terdapat dalam berbagai tipe dan ukuran
ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan daya (Sudjana dan Raya, 2000).

Universitas Sumatera Utara

21

Umur Ekonomis Peralatan
Setiap peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan
sejumlah biaya, yaitu biaya untuk operasi sesuai fungsinya dan biaya
pemeliharaan (termasuk perbaikan) selama operasi. Pada suatu saat karena
operasinya sudah lama (umurnya sudah tua) akan mengalami aus sehingga
produksinya menurun dan biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasiannya tinggi,
sehingga total biaya yang dikeluarkan sudah tidak sesuai lagi dengan nilai jasa
produksi yang dihasilkan. Pada kondisi seperti ini maka peralatan dimaksud
dinyatakan tidak ekonomis lagi untuk dipakai, atau disebut umur ekonomisnya
sudah tercapai. Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya sendirisendiri yang berbeda antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatan lainnya.
Pada umumnya dinyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis
suatu peralatan dapat berubah (menjadi lebih singkat) yang diakibatkan antara lain
karena cara pengoperasian yang tidak baik dan tidak benar serta pemeliharaan dan
perbaikannya tidak baik(Sembiring, 2012).
Umur ekonomis itu sangat tergantung pada jenis-jenisnya masing-masing
dan juga pada kebijakan dan cara menilai dari suatu perusahaan.
1. Bangunan

memiliki

umur

ekonomis

yang

cukup

lama

kecuali

diperuntukan produksi yang cukup berat, misalnya bangunan kantor akan
memiliki umur ekonomis yang lama seperti: 15 sampai 20 tahun.
Sedangkan untuk bangunan gudang atau pabrik bisa memiliki umur 10
sampai 15 tahun.
2. Mesin dan peralatan produksi, serta kendaraan memiliki umur ekonomis
yang tidak terlalu lama. Umur ekonomisnya dalam kisaran 5 sampai 10

Universitas Sumatera Utara

22

tahun. Apalagi yang berhubungan dengan teknologi canggih yang biasanya
perkembangan sangat cepat.
3. Untuk peralatan kantor biasanya kisaran 5 sampai 10 tahun tergantung
kebijakan dan penilaian masing-masing perusahaan.
Pemeliharaan Dan Keselamatan Kerja
Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta
menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pecetak keripik bijibijian agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan
lama.Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat
pencetak keripik biji-bijian, maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai
dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai.
Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai
- Menghindari kerusakan yang lebih berat
- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik
- Hasil yang diharapkan dapat tercapai.
(Sembiring, 2012).

Universitas Sumatera Utara

23

Tabel 2. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak keripik biji-bijian
No

Bagian alat

1.

Sabuk V

2.

Pulley

3.

Silinder pengepres

4.

Hopper

5.

Poros

6.

Wadah penmpung

7.

Gear (gigi)

Bentuk pemeliharaan
Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur
Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang dapat
merusak sabuk
Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan
terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik ke
gear silinder pengepres
Hindari memasukkan bahan yang terbuat dari logam.
Dibersihkan setiap selesai digunakan
Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang
dapat menyebabkan korosi
Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat
menyebabkan korosi
Membersihkan sisa-sisa keripik biji-bijian yang menempel
Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan
terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik
pada gear silinder pengepres

(Sembiring, 2012).
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja.
Keselamatan kerja pada alat pencetak keripik biji-bijian dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Keselamatan alat
- Hindari memasukan bahan yang keras seperti sejenis logam karena
dapat menyebabkan silinder pengepres rusak.
- Hindari motor listrik dari terkena bahan-bahan cair agar tidak terjadi
korsleting listrik.
2. Keselamatan operator
Pada saat mengoperasikan alat, operator juga jangan terlalu dekat dengan
sistem transmisi pulley, gear, silinder pengepres danv-beltpada saat alat
beroperasi untuk menghindari kemungkinan tangan terjepit.
(Sembiring, 2012).

Universitas Sumatera Utara

24

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai kemampuan
alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per satuan waktu. Dari satuan
kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila
alat atau mesin itu menggunakan daya pengerak motor. Persamaan matematisnya
yaitu sebagai berikut:
Kapasitas Alat =

Massa Bahan Diolah
Waktu

........................................................ (4)

Persentase Kerusakan Bahan
Pengukuran persentase bahan rusak dilakukan dengan pengamatan secara
visual setelah proses pencetakan emping. Ditimbang berat emping hasil
pengolahan lalu dihitung persentase bahan rusak dengan rumus:
���������� ����� ����� =

����

dimana,

���

����% ................................................ (5)

BBSP = Berat bahan setelah pengolahan (berat emping)
BBD = Berat bahan yang diolah
(Darun, 2002).
Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengukuran
terhadap nilai/ tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subjektif
karena hasil pengukuran sangat ditentukan oleh yang melakukan pengukuran
(Gusman, 2014).

Universitas Sumatera Utara

25

Analisis Ekonomi
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
BT

Biaya pokok = � x + BTT� C ................................................................. (6)

dimana,
BT

= total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT

= total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x

= total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C

= kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari :
- Biaya penyusutan (metode sinking fund)
Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan penyusutan yang lebih
mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap tahun
umurnya.
Dt = (P – S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t–1) ................................................. (7)
dimana :

/
Dt

= Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun)

P

= Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S

= Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

N

= perkiraan umur ekonomis (tahun)

t

= tahun ke-t

i

= tingkat bunga modal (% tahun)

Universitas Sumatera Utara

26

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya :
I=

i(P)(n+1)
2n

............................................................................................. (8)

dimana,
i = total persentase bunga modal dan asuransi (17%/tahun)
3. Di negara Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk
mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur menganjurkan
bahwa biaya pajak alsin diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.
(Darun, 2002)
Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari :
1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak.
Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi =

1,2%(P−S)
1000 jam

..................................................................... (9)

2. Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji
pertahun dibagi dengan total jam kerjanya
(Darun, 2002).
Break Even Point (BEP)
BEP umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi
untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri
(selffinancing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (selfgrowing). Dalam
analisis ini keuntungan awal dianggap sama dengan nol.
BEP juga digunakan untuk :
1. Perhitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha

Universitas Sumatera Utara

27

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi
3. Tingkat

produksi

dan

penjualan

yang

menghasilkan

ekuivalensi

(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi
(Waldyono, 2008).
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk
dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup
untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.
Untuk mengetahui produksi titik (BEP) maka digunakan rumus sebagai
berikut :
F

N = (R−V) ................................................................................................ (10)
dimana,
N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg)
F = biaya tetap pertahun (Rp)
R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rp)
V = biaya tidak tetap per unit produksi
(Darun, 2002).
Net Present value (NPV)
NPV yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau
tidak untuk digunakan dalam usaha. NPV adalah selisih antara presentvalue dari
investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.
Perhitungan NPV merupakan Net benevit yang telah didiskon dengan
discountfactor. Secara singkat dirumuskan :

Universitas Sumatera Utara

28

��� − ��� ≥ 0 ...................................................................................... (11)

dimana,
CIF

= cashinflow

COF

= cashoutflow
Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF)

= pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF)

= investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan
(Darun, 2002).
Internal Rate of Return (IRR)
IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh
kembali investasi yang sudah dikeluarkan. IRR juga digunakan untuk
memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada
tingkat keuntungan tertentu.
Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discountrate, dimana
diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
NPV 1

IRR = i1 − (NVP 2−NPV 1) (i1 − i2 ) ............................................................ (12)

Universitas Sumatera Utara

29

dimana,
i1

= suku bunga bank paling atraktif

i 2`

= suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i 1
NPV2 = NPV pada i 2
(Kastaman, 2006).

Universitas Sumatera Utara