Perlindungan Konsumen PERJANJIAN LEASING DI PT OTO MULTIARTHA FINANCE

1. Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor disebut juga sebagai investor, equity holder, owner participants, atau truster owners. 2. Lessee, yaitu pihak yang memerlukan barang modal, barang modal mana dibiayai oleh Lessor dan diperuntukan kepada Lessee. 3. Kreditur atau lender, yaitu pihak yang disebut juga dengan debt holders atau loan participants dalam suatu transaksi leasing. Umumnya kreditur atau lender terdiri dari bank, insurance company trust dan yayasan. 4. Supplier, yaitu penjual atau pemilik barang yang disewakan, dapat terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri. 5. Surveyor atau pihak peneliti dan pemeriksa. 6. Pejabat Pembuat Akta Perjanjian Notaris. 30

E. Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Definisi Perlindungan Konsumen terdapat pada Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “ Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada Konsumen.” Rumusan pengertian Perlindungan Konsumen yang terdapat dalam pasal tersebut, cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “ segala upaya yang 30 ibid menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang – wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen, begitu pula sebaliknya menjamin kepastian hukum bagi konsumen.31 Pengertian Perlindungan Konsumen di kemukakan oleh berbagai sarjana hukum salah satunya Az. Nasution, Az.Nasution mendefinisikan Perlindungan Konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas – asas atau kaidah – kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan Konsumen. Adapun hukum Konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas – asas dan kaidah – kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barangjasa Konsumen dalam pergaulan hidup.32 Setiap orang pada suatu waktu dalam posisi tunggalsendiri maupun berkelompok bersama orang lain dalam keadaan apapun pasti menjadi Konsumen untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya kelemahan pada Konsumen sehingga Konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “aman”. Oleh karena itu secara mendasar Konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal juga. Mengingat lemahnya kedudukan Kosumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan 31 Ahamadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsume,Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2004 hal.1. 32 Az. Nasution,Aspek Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta:PT.Raja GrafindoPersada,2000hal.22. produsen yang relative lebih kuat dalam banyak hal misalnya dari segi ekonomi maupun pengetahuan mengingat produsen lah yang memproduksi barang sedangkan Konsumen hanya membeli produk yang telah tersedia di pasaran maka pembahasan perlindungan Konsumen akan selalu terasa actual dan selalu penting untuk dikaji ulang serta masalah perlindungan konsumen ini terjadi di dalam kehidupan sehari –hari. Perlindungan terhadap Konsumen dipandang secara materiil maupun formil makin terasa sangat penting mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung atau tidak langsung maka Konsumenlah yang pada umumnya merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya – upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan Konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya terutama di Indonesia mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan Konsumen lebih – lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang guna melindungi hak – hak konsumen yang sering diabaikan produsen yang hanya memikirkan keuntungan semata dan tidak terlepas untuk melindungi produsen yang jujur. Pada era perdagangan bebas dimana arus barang dan jasa dapat masuk kesemua Negara dengan bebas maka yang seharusnya terjadi adalah persaingan yang jujur persaingan yang jujur adalah suatu persaingan dimana Konsumen dapat memilih barang atau jasa karena jaminan kualitas dengan harga yang wajar. Oleh karena itu pola perlindungan Konsumen perlu diarahkan pada pola kerjasama antar Negara antara semua pihak yang berkepentingan agar terciptanya suatu model perlindungan yang harmonis berdasarkan atas persaingan jujur, hal ini sangat penting tidak hanya bagi konsumen tetapi bagi produsen sendiri diantara keduanya dapat memperoleh keuntungan dengan kesetaraan posisi antara produsen dan kosumen, perlindungan terhadap konsumen sangat menjadi hal yang sangat penting di berbagai Negara bahkan Negara maju misalnya Amerika Serikat yang tercatat sebagai Negara yang banyak memberikan sumbangan dalam masalah perlindungan konsumen.33 Hakekatnya, terdapat dua instrument hukum penting yang menjadi landasan kebijakan perlindungan Konsumen di Indonesia, yakni :Pertama, Undang – Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui system pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan mengembangkan dunia yang meproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. 33 Husni Syawani dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung:Mandar Maju,2000,hal.33. Kedua, Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK. Lahirnya Undang – Undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi Konsumen dan tentunya perlindungan Konsumen tersebut tidak pula merugikan Produsen, namun karena kedudukan konsumen yang lemah maka Pemerintah berupaya untuk memberikan perlindungan melalui peraturan perundang – perundangan yang berlaku dan Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap dilaksanakannya peraturan perundang – undangan tersebut oleh berbagai pihak yang terkait. Pasal 3 Undang – Undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari Perlindungan Konsumen adalah: 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian Konsumen untuk melindungi diri 2. Mengangkat harkat dn martabat Konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negative pemakaian barang dan atau jasa 3. Meningkatkan pemberdayaan Konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak – haknya sebagai Konsumen 4. Menciptakan system perlindungan Konsumen yang mengandung unsure kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan Kosumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha 6. Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan Konsumen. Penting pula untuk mengetahui landasan perlindungan konsumen berupa azas – azas yang terkandung dalam perlindungan konsumen yakni: a. Asas Manfaat: mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan Konsumen harus memberikan manfaat sebesar – besarnya bagi kepentingan Konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan b. Azas Keadilan : partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada Konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil c. Azas Keseimbangan: memberikan keseimbangan antar kepentingan Kosumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual d. Azas Keamanan dan Keselamatan Konsumen: memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada Konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan e. Azas Kepastian Hukum: baik pelaku usaha maupun Konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan Konsumen serta Negara menjamin kepastian hukum.34

2. Pengertian dan Hak serta Kewajiban Konsumen

Istilah Konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer Inggris-Amerika, atau consumentKonsument Belanda. Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harfiah arti kata consumer adalah lawan dari produsen Setiap orang yang menggunakan barang. Indonesia telah banyak menyelenggarakan studi baik yang bersifat akademis maupun untuk tujuan mempersiapkan dasar – dasar penerbitan suatu peraturan perundang-undangan tentang perlindungan Konsumen. Dalam naskah – naskah akademik danatau berbagai naskah pembahasan rancangan peraturan perundang – undangan cukup banyak di bahas dan dibicarakan tentang berbagai peristilahan yang termasuk dalam lingkup perlindungan Konsumen. Dari naskah – naskah akademik itu yang patut mendapat perhatian antara lain: a. Badan Pembinaan Hukum Nasional – Departemen Kehakiman BPHN, menyusun batasan tentang Konsumen akhir yaitu pemakai 34 www.Direktorat Perlindungan Konsumen direktorat jendral perdagangan dalam negeri situs perlindungan Konsumen.com diakses pada tanggal 25 September 2011. akhir dari barang digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain dan tidak diperjualbelikan b. Batasan Konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia: Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali. c. Sedangkan dalam naskah akademis yang dipersiapkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia FH-UI bekerjasama dengan Departemen Perdagangan RI, berbunyi: Konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan. Pengertian Yuridis formal ditemukan dalam pasal 1 angka 2 UUPK dinyatakan bahwa: ” Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa Konsumen adalah pihak yang memakai, membeli,menikmati, menggunakan barang danatau jasa dengan tujuan untuk kepentingan pribadi,keluarga dan rumah tangganya. Menurut pasal 1 angka 2 UUPK dikenal istilah Konsumen akhir dan Konsumen antara. Konsumen akhir adalah penggunaan atau pemanfaatan akhir dari suatu produk, sedangkan Konsumen antara adalah Konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian Konsumen dalam UUPK adalah Konsumen akhir selanjutnya disebut dengan Konsume. Pengertian Konsumen dalam pasal 1 angka 2 UUPK mengandung unsure – unsure sebagai berikut : a. Konsumen adalah setiap orang Maksudnya adalah orang perorangan dan termasuk juga badan usaha badan hukum atau non badan hukum. b. Konsumen sebagai pemakai Pasal1 angka 2 UUPK hendak menegaskan bahwa UUPK menggunakan kata “pemakai” untuk pengertian Konsumen sebagai Konsumen akhir end user. Hal ini disebabkan karena pengertian pemakai lebih luas yaitu semua orang mengkonsumsi barang danatau jasa untuk diri sendiri. 1 Barang dan atau jasa Barang yaitu segala macam benda berdasarkan sifatnya untuk diperdagangkan dan dipergunakan oleh Konsumen. Jasa yaitu layanan berupa pekerjaan atau prestasi yang tersedia untuk digunakan oleh Konsumen. 2 Barang danatau jasa tersebut tersedia dalam masyarakat Barang danjasa yang akan diperdagangkan telah tersedia di pasaran sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk mengkonsumsinya 3 Barang danatau jasa digunakan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain atau makhluk hidup lain Dalam hal ini tampak adanya teori kepentingan pribadi terhadap pemakaian suatu barang danatau jasa. 4 Barang danatau tidak untuk diperdagangkan Pengertian Konsumen dalam UUPK dipertegas yaitu hanya Konsumen akhir sehingga maksud dari pengertian ini adalah konsumen tidak memperdagangkan barang danatau jasa yang telah diperolehnya. Namun, untuk dikonsumsi sendiri. Az. Nasution juga mengklasifikasikan pengertian Konsumen menjadi 3 bagian:35 1 Konsumen dalam arti umum yaitu pemakai, pemakai, pengguna danatau pemanfaat danatau jasa untuk tujuan tertentu. 2 Konsumen antara yaitu pemakai, pemakai, pengguna danatau pemanfaat danatau jasa untuk diproduksi menjadi barang danatau jasa lain untuk memperdagangkannya distributor dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha. 3 Konsumen akhir yaitu pemakai, pemakai, pengguna danatau pemanfaat danatau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk 35 www.pemantauperadilan.com.AZ.Nasution , Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Tinjauan Singkat UU Nomor 8 Tahun 1999, diakses pada 26 September 2011. diperdagangkan kembali. Konsumen akhir inilah yang dengan jelas diatur perlindungannya dalam UUPK. Konsumen memiliki posisi yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi yang juga menjadi factor penting bagi kelancaran dunia usaha bagi pelaku usaha, karena Konsumenlah yang akan mengkonsumsi barang danatau jasa yang diproduksi oleh pelaku usaha tanpa memperdagangkannya kembali, yang mana akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha untuk kelangsungan usahanya. Konsumen sebagai pemakai barang jasa konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak – hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari hal tersebut. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak –haknya. Dengan kata lain ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak – haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha. Semua orang adalah konsumen karena membutuhkan barang dan jasa untuk mempertahankan hidupnya sendiri, keluarganya, ataupun memelihara merawat harta bendanya. Setiap konsumen tidak hanya mempunyai hak yang bisa dituntut dari produsen atau pelaku usaha tetapi juga kewajiban yang harus dipenuhi atas diri produsen atau pelaku usaha. Hak dan kewajiban tersebut yang tertuang dalam pasal 4 Undang – Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 adalah:36 1 Hak Konsumen a. Hak atas kenyamanan, keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa b. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa. d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan. e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, danatau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak semestinya i. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya. 36 Pasal 4 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perindungan Konsumen 2 Kewajiban Konsumen a Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan. b Oleh karena itu konsumen beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa c Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati d Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Bob Widyahartono juga menyebutkan bahwa deklarasi hak konsumen yang dikemukakan oleh John F. Kennedy tanggal 15 Maret 1962, menghasilkan 4 hak dasar konsumen the four consumer basic rights yang meliputi hak – hak sebagai berikut:37 1 Hak untuk mendapat dan memperoleh keamanan atau the Right to be Secured 2 Hak untuk memperoleh informasi atau the Right to be informed 3 Hak untuk memilih atau the Right to Choose 4 Hak untuk didengarkan atau the Right to be Heard Konsumen tentunya harus dapat benar -benar mengetahui hak – hak dan kewajiban, dengan tidak diam saja saat hak-hak konsumen sudah jelas dilanggar, hak-hak tersebutpun telah dilindungi oleh Negara dengan 37 Happy Susanto, Hak – Hak Konsumen Jika Dirugikan,Jakarta Selatan:Visi Media,2008 hal.24. adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan produk perundang- undangan lainnya, sehingga tidak terjadi hal-hal yang senantiasa merugikan konsumen dan terjalin hubungan yang baik dengan pelaku usaha dimana masing-masing pihak dapat saling menghormati hak dan kewajibannya, hak dari konsumen merupakan kewajiban pelaku usaha begitu juga sebaliknya kewajiban konsumen merupakan hak dari pelaku usaha.

BAB IV PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU NO.8 TAHUN 1999

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Terkait Adanya Sengketa-Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 37 116

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Kredit Tanpa Agunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 9 74

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NASABAH DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS TIDAK BERFUNGSINYA AIRBAG PADA KENDARAAN RODA EMPAT DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 0 2

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen - Repository Unja

0 0 13