manfaat diantaranya mampu merilekskan otototot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah Vieira et al, 2009.
Masker berbentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang tidak sulit, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan.
Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik Harry,1973.
Gambar 2. Masker Gel Peel Off 2.7
Carbomer Carbomer atau dengan nama lain carbopol merupakan polimer sintetik
dari asam akrilat dengan bobot molekul tinggi. Range konsentrasi carbomer sebagai gelling agent yaitu 0.52 Rowe et al, 2009. Carbomer berbentuk
serbuk, berwarna putih dan higroskopis, memiliki bulk density 208 kgm³, dengan pH yang dihasilkan jika 1 terdispersi di air adalh 2.53 dan apabila
0.5 terdispersi di air adalah 2.73.5 Salomone,1996. Jika konsentrasi carbomer rendah, gel bersifat pseudoplastis, sebaliknya jika konsentrasi
carbomer tinggi akan menjadi plastis. Carbomer tidak toksik dan tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu Barry, 1983.
Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas.
Carbomer mempunyai viskositas antara 40.00060.000 cP digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening
Rowe et al, 2006. Mekanisme pembentukan gel terjadi saat struktur polimer dari carbomer terikat dengan pelarut, dan terjadi ikatan silang pada polimer
polimer sehingga molekul pelarut akan terjebak didalamnya, kemudian terjadi immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang
tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu Martin et al, 1993.
2.8 Evaluasi Masker Gel PeelOff
Evaluasi sediaan gel menurut Wasitaatmadja 1997 yaitu: a. Uji organoleptis
Pengamatan dilihat secara langsung dari tekstur, warna dan aroma gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi
setengah padat. b. Uji homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang
cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
c. Uji pH Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel
untuk menjamin sediaan gel tidak mengiritasi pada kulit. pH sediaan gel diukur dengan menggunakan pH meter. pH sediaan yang
memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,56,5. d. Uji daya sebar
Pengujian kemampuan menyebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel saat dioleskan pada kulit Voight, 1994.
Daya sebar yang baik yaitu antara 5 sampai 7 cm Garg et al, 2002. e. Pengujian viskositas
Pengujian viskositas sediaan masker gel peel off merupakan faktor penting karena mempengaruhi parameter daya sebar dan
pelepasan zat aktif dari gel tersebut. Selain itu, gel yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat aktif tetap terdispersi
dalam basis gel dan meningkatkan konsistensi gel tersebut Madan and Singh, 2010.
f. Uji kecepatan mengering Pengujian kecepatan mengering basis masker gel peel off
dilakukan dengan cara mengamati waktu yang diperlukan sediaan hingga mengering, yaitu saat mulai dioleskannya masker gel peel off
pada kaca hingga benarbenar terbentuk lapisan yang kering. Waktu kering masker gel peel off yang baik yaitu antara 1530 menit Vieira,
2009. g. Uji iritasi
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji temple terbuka, dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah
bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan pada luas tertentu, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Reaksi iritasi positif
ditandai oleh adanya kemerahan, gatalgatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.
h. Uji stabilitas dipercepat Uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan cara menyimpan
sampel pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, sampel dalam kemasan aslinya dipaparkan pada suhu
40±2˚C. Uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan
sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal.
III. METODOLOGI PENELITIAN