lain : minyak goreng, mentega, lemak untuk masak, bahan pengisi aditif, dan industri makanan ringan roti dan kuekue dan lainnya.
Minyak sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat ataupun ringan, antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi lebih lembut dan
fleksibel. Dalam industri tekstil minyak sawit dipakai sebagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi. Pada industri ringan minyak
sawit dipakai sebagai sabun, deterjen, semir sepatu, lilin, tinta cetak, dan lainnya.
Minyak sawit selain untuk industri bahan makanan dan non bahan makanan, juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik
dan industri farmasi. Karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit, minyak sawit banyak dipakai untuk pembuatan shampoo, krim, minyak
rambut, sabun cair, lipstik, dan lainnya. Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003.
2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah suatu zat yang diperlukan tubuh menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap
sel normal. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang memiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya
reaksi pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulakn stress oksidatif Anonim, 2011.
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas dengan cara mengurangi konsentrasi oksigen, mencegah pembentukan singlet oksigen yang reaktif,
mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer seperti radikal hidroksil, mengikat katalis ion logam, mendekomposisi produkproduk
primer radikal menjaadi senyawa nonradikal, dan memutus rantai hidroperoksida. Antioksidan merupakan senyawa yang mendonasikan satu atau
lebih elektron kepada senyawa oksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan dapat mengeliminasi senyawa
radikal bebas di dalam tubuh sehingga tidak menginduksi suatu penyakit Shahidi, 1997
Antioksidan alami yang terkandung dalam tumbuhan umumnya merupakan senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa flavonoid,
turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asamasam polifungsional Markham, 2002.
2.4 DPPH
Metode yang dapat dilakukan untuk uji aktivitas antioksian adalah metode DPPH 1,1Difenil2pikrilhidrazil. Metode DPPH memberikan informasi
reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dipilih karena ujinya sederhana,
mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel Hanani et al, 2005.
Prinsip metode uji antioksidan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan atom hidrogen DPPH reduksi DPPH dari senyawa antioksidan.
Reagen DPPH berperan sebagai radikal bebas yang diredam oleh senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi
menjadi senyawa diphenyl picryl hydrazine DPPHH. Reduksi DPPH menjadi DPPHH menyebabkan perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi
kuning Lupea et al, 2006. Prosedur ini melibatkan pengukuran penururan serapan DPPH pada
panjang gelombang maksimalnya yaitu
λ
515
nm, yang mana sebanding terhadap konsentrasi penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke larutan reagen
DPPH. Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi efektif Effective Concentration, EC
50
atau IC
50
Shivaprasad et al, 2005. IC
50
merupakan bilangan yang menunjukan konsentrasi sampel ppm yang mampu
menghambat proses oksidasi sebesar 50. Semakin kecil nilai IC
50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan
sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC
50
bernilai 50100 ppm, sedang jika bernilai 100150 ppm, dan lemah jika nilai IC
50
bernilai 151200 ppm Blois, 1958 dalam Prasetyanto, 2014.
2.5 Masker