Matapelajaran PKn di SMP

12 diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan. 2.2.3 Semantik Differensial Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap,tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis,dan jawaban negatif disebelah kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala mantik differensial adalah data interval. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.

2.3 Matapelajaran PKn di SMP

Dari sepuluh matapelajaran dalam kurikum SMP, matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan salah satu matapelajaran wajib, bahkan wajib di sumua jenjang pendidikan mulai dari SDMI sampai dengan perguruan tinggi. Hal ini mengingat matapelajaraan ini merupakan matapelajaran yang membawa missi menjadikan warganegara Indonesia menjadi warga negara yang baik. Matapelajaran PKn merupakan matapelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sebagaimana disebutkan di dalam Peraturan Menteri No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa: Objektif Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu sivik 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti- rasuah 3. Berkembang secara positif dan demokratik untuk membentuk diri berdasarkan watak-watak masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bafngsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi maklumat dan komunikasi. 13 Dalam pelaksanaannya, sejak Indonesia merdeka sampai dengan sekarang matapelajaran PKn telah mengalami perkembangan yang sangat fluktuatif, baik dari itu label mahupun substansinya. Pada tahun 1957 dalam kurikulum SMA walaupun belum ada matapelajaran civics, sudah ada mata pelajaran Tatanegara yang di dalamnya antara lain di bahas masalah kewarganegaraan terhad pada syarat dan status formal sivik. Secara umum missi utama daripada matapelajaran ini adalah dalam rangka nation and character building dimana sekolah dianggap sebagai socio-political institution Somantri: 2001. Selanjutnya Somantri 1969:7, mengatakan bahawa Sebagaimana dikemukakan oleh Somantri bahawa dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1962 sudah mula diperkenalkan mata pelajaran Civics yang berisikan materi dan pengalaman belajar yang digali dan dipilih daripada sejarah, geografi, ilmu ekomomi, ilmu politik , pidato-pidato kenegaraan Presiden, pengisytiharan hak azasi manusia, dan pengetahuan tentang Pertubuhan Bangsa- Bangsa. Dalam Kurikulum Sekolah Dasar SD tahun 1968 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara PKN yang di dalamnya tercakup materi dan pengalaman belajar mengenai sejarah dan ilmu bumi Indonesia dan civics yang diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara Dep. P dan K : 1968a. Sedangkan di Kurikulum SD tahun 1968, konsep PKN diidentikan dengan Pendidikan IPS terkorelasi. Namun dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1968 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan materi dan pengalaman belajar mengenai sejarah Indonesia dan perlembagaan, termasuk Undang-Undang Dasar 1945 UUD 45 Dep. P dan K: 1968b, 1968c. Sementara itu, dalam Kurikulum SPG tahun 1969, juga diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan materi dan pengalaman belajar mengenai sejarah Indonesia, perlembagaan, pengetahuan kemasyarakatan, dan hak azasi manusia Departemen P dan K: 1969. Kemudian dalam Kurikulum Projek Perintis Sekolah Pembangunan PPSP digunakan beberapa istilah, yakni Pendi dikan Kewargaan Negara, Pengajian Sosial, dan Civics dan Hukum. Untuk SD 8 tahun PPSP digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dikemas sebagai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS bersepadu analog dengan model integrated social studiesnya Taba 1967, yang mengorganisasikan materi 14 dan pengalaman belajarnya atas dasar prinsip spiral of concept development dan spiral development of Generalization, yang secara popular kemudiannya dikenali di Indonesia sebagai pendekatan spiral PPSP IKIP Bandung: 1973a. Sedangkan untuk SM 4 tahun digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran Inti untuk semua siswa kelas 9 dan 10, dan istilah civics dan Hukum untuk kelas 10, 11, 12 sebagai mata pelajaran utama major yang berisikan materi dan pengalaman belajar yang berkenaan dengan politik, kenegaraan dan hukum PPSP IKIP Bandung: 1973b. Pengalaman tersebut di atas menunjukkan bahawa sampai dengan tahun 1975, di Indonesia kelihatannya terdapat kerancuan dan ketidakstabilan dalam konseptualisasi civics, pendidikan Kewargaan negara, dan pendidikan IPS. Hal itu tampak dalam penggunaan ketiga istilah itu secara bertukar-pakai. Selanjutnya, dalam Kurikulum tahun 1975 untuk semua jenjang persekolahan yang dilaksanakan secara berperingkat mulai tahun 1976 dan kemudian disempurnakan pada tahun 1984, sebagai pengganti matapelajaran Pendidikan Kewargaan Negara mula diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila PMP yang berisikan materi dan pengalaman belajar mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila P4 atau Eka Prasetia Pancakarsa. Mata pelajaran PMP ini bersifat wajib mulai dari kelas I SD sampai dengan kelas III SMASekolah Vokasional dan keberadaannya terus dipertahankan dalam Kurikulum tahun 1984, yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan Kurikulum tahun 1975. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pokok-Pokok Sistem Pendidikan Nasional UUSPN, yang antara lain Perkara 39, menggariskan adanya Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Selanjutnya tahun 1994 Depdikbud: 1994 diperkenalkan matapelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn yang berisikan materi dan pengalaman belajar yang disusun secara spiral atas dasar butir-butir nilai yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila. Dengan pendekatan tersebut, sila- sila Pancasila dengan jabaran nilainya diseleksi dan disusun secara artikulatif antar catur wulan dalam satu kelas, antar kelas dalam satu jenjang, dan antar jenjang persekolahan Depdikbud: 1993. Kemudian tahun 2004 berlaku lagi perubahan 15 menjadi kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, dengan sebutan namun kurikulumnya Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, akan tetapi pada tahun 2006 berubah lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dengan nama yang sama iaitu Pendidikan Kewarganegaan PKn. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti- korupsi 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Yang menjadi variabel dalam penelitian ini pengembangan instrumen penilaian domain afektif pada matapelajaran PKn di SMP. Jenis penelitian yang diajukan ini adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang berusaha merancang dan menerapkan suatu instrumen penilaian domain afektif dengan menggunakan spesifikasi tertentu. Prototipe dikembangkan itu adalah instrumen penilaian domain afektif pada matapelajaran PKn di SMP. Prosedur penelitian dan pengembangan seringkali mengacu kepada bentuk siklus di mana berdasarkan kajian temuan penelitian kemudian dikembangkan suatu produk. Suatu produk dikembangkan dan diuji coba dalam suatu situasi dan kondisi tertentu kemudian dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model yang dapat digunakan untuk memperbaiki output. Menurut Borg Gall 1989: 775 -776, siklus penelitian dan pengembangan terdiri dari sepuluh tahapan, yaitu: 16 1 Penelitian dan pengumpulan informasi research and information collecting, yakni studi pendahuluan, pengumpulan data awal termasuk di dalamnya kegiatan membaca literatur, mengkaji landasan teoritis dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan, observasi, dan persiapan laporan, 2 Perencanaan planning. Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan- kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, menentukan urutan kegiatan, dan uji kelayakan dalam lingkup terbatas. 3 Pengembangan model awal develop preliminary form of product. Kegiatan menyiapkan perlengkapan dan instrumen evaluasi. 4 Uji coba terbatas terhadap model awal preliminary field testing. Uji coba yang melibatkan satu kelas subjek uji coba. Dalam kegiatan ini siswa di beri instrumen evaluasi domain afektif. 5 Hasil tes dianalisis uji validitas dan uji reliabilitasnya 6 Uji coba lapangan main field testing. Melakukan uji coba yang lebih luas, melibatkan dua kelas dari dua sekolah 7 Revisi model hasil uji coba lapangan operational field testing. Memperbaikimenyempurnakan model awal hasil uji coba lapangan, 8 Uji coba lapangan secara operasional operational field testing. Pelaksanaa- nya melibatkan sekolah dan subjek yang lebih banyak lagi. Dalam kegiatan ini dilakukan pengamatan, angket, dan wawancara. Hasilnya dianalisis untuk menentukan apakah model layak atau belum, 9 Revisi model akhir final product revision. Penyempurnaan model dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan secara operasional. 10 Diseminasi dan implementasi dissemination and implementation. Melaporkan hasilnya kepada berbagai pihak, baik melalui pertemuan profesional, jurnal maupun publikasi lainnya. Berdasarkan tahapan penelitian yang dikembangkan oleh Borg Gall, maka dalam penelitian ini dilakukan penyederhanaan tahapan menjadi tiga tahap, hal ini dilakukan mengingat pertimbangan waktu dan biaya yang dibutuhkan 17 tidaklah sederhana, yaitu: studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian model. 1 Studi Pendahuluan 2 Pada tahap studi pendahuluan meliputi kegiatan mengkaji literatur, mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan, dan melakukan penelitian pra- survey terhadap proses pembelajaran Pendidikan PKn, serta menyusun rancangan model atau model awal. 3 Pengembangan model, setelah tersusun model awal selanjutnya melakukan pengembangan instrumen 4 Penerapan model, dilakukan melalui uji coba kelayakan dan analisis hasil Ke-tiga tahapan dalam penelitian dan pengembangan tersebut di atas dapat digambarkan dalam bagan 1 di bawah ini. Bagan 1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan Model  Kajian Literatur  Hasil-hasil Penelian yang relevan  Penelitian Pra-survey: - Rancangan model penilaian - Kondisi Guru - Pendapat guru tentang instrumen pembelajaran PKN. Uji Coba Terbatas :  Rancangan Model  Implementasi Revisi Model STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUJIAN INSTRUMEN Model Akhir - Analisis Kualitas instrumen - Penarikan kesimpulan Rancangan Model atau Model Awal INSTRUMEN AWAL Model Revisi I  Uji Kelayakan: - Analisis Kualitas instrumen - Penilaian Model Revisi I Model Revisi I Uji Coba Lebih Luas :  Rancangan instrumen l  Implementasi  Kesimpulan Uji Coba Tahap ke -1 Tahap ke-2 18

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian