Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Di Indonesia

(1)

(2)

PENGARUH

PERTUMBUHA

THE INFLUENCE

ECONOMIC GRO

Diajukan unt Jenjang S

N N

PR

UNIVER

UH PENGELUARAN PEMERINTAH D

HAN EKONOMI TERHADAP PENERI

PAJAK DI INDONESIA

ENCE OF GOVERNMENT EXPENDITURE

GROWTH TO TAX REVENUE IN INDO

Skripsi

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh S1 Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Marlina Nova Sihombing Nim : 21108148

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

ERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

DAN

ERIMAAN

URE AND

ONESIA


(3)

(4)

ABSTRAK

Pengeluaran pemerintah adalah pembelanjaan pemerintah atas barang-barang modal, barang konsumsi dan ke atas jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Penerimaan pajak adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak di Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi parsial dan simultan, analisis jalur, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan program aplikasiSPSS 18.0 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada pengeluaran konsumsi terutama pada konsumsi pemerintah. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak. Artinya berkurangnya pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap penerimaan pajak. Alasannya karena keterbatasan penelitian pada data sekunder yang digunakan.


(5)

ABSTRACT

Government expenditure is government expenditure on capital goods, consumer goods and to the services. Economic growth is the increase in long-term capacity of the countries concerned to provide a range of economic goods to its population. Tax receipts are all receipts are comprised of domestic taxes and taxes on international trade. The purpose of this study is to determine the effect of government expenditure and economic growth on tax revenues in Indonesia.

The method used in this study is a quantitative method. Statistical test used is the calculation of partial and simultaneous correlation, path analysis, determination coefficient, hypothesis testing, and also use the aid program SPSS 18.0 for Windows applications.

The results showed that government expenditure has positive and significant impact on economic growth. This means that Indonesia's economy remains heavily dependent on consumer expenditure, especially on government consumption. Government expenditure has positive and significant impact on tax revenues. That means reduced government expenditure can increase tax revenue. Economic growth and no significant effect on tax revenue. The reason is because of the limited research on the use of secondary data.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI

INDONESIA”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun penulis berusaha untuk menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun penulis harapkan agar laporan ini lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu :

1. Ir. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia. 2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.


(7)

6. Inta Budi Setyanusa, SE.,M.Si, selaku ketua koordinator kuliah Skripsi. 7. Dr. Ely Suhayati, SE.,M.Si.,Ak, selaku Dosen Penguji 1.

8. Inta Budi Setyanusa, SE.,M.Si, selaku Dosen Penguji 2.

9. Kedua orang tua saya yang sudah membesarkanku juga selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan dalam menempuh pendidikan untuk bekal di masa depan.

10. Kakak saya Eva dan adik saya Frans, terimakasih atas dukungan dan perhatiannya, semoga kalian sukses selalu.

11. Semua temanku di kelas Ak4, terimakasih atas persahabatan dukungan dan bantuan kalian selama ini, semoga kalian sukses selalu.

12. Sahabat-sahabat jurusan Akuntansi: Anna Marianna, Rani Rahmawati, Amrita Widi, Ira Dwi, dan Meyda Maryana terimakasih atas persahabatan, dukungan dan bantuannya, terus semangat dan semoga sukses.

13. Untuk teman spesial saya yaitu Bornok Pandapotan Sinaga yang telah memberikan dukungan kepada saya terimakasih atas perhatiannya, sukses selalu buat kamu.

14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan yang tulus.


(8)

Akhir kata semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalanya yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa dan penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bandung, Juli 2012 Penulis

Marlina Nova Sihombing 21108148


(9)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...i

MOTTO...ii

ABSTRACT...iii

ABSTRAK...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah...10

1.2.1 Identifikasi Masalah...10

1.2.2 Rumusan Masalah...10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...11


(10)

1.4.1 Kegunaan Praktis...12

1.4.2 Kegunaan Akademis...12

1.5 Waktu Penelitian...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka...14

2.1.1 Pengeluaran Pemerintah...14

2.1.1.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah...14

2.1.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah...15

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi...19

2.1.2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi...19

2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...20

2.1.3 Penerimaan Pajak...23

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak...23

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak...24

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya...31

2.2 Kerangka Pemikiran...33

2.2.1 Keterkaitan Antara Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi...33

2.2.2 Keterkaitan Antara Pengeluaran Pemerintah dengan Penerimaan Pajak...35


(11)

2.3 Hipotesis...39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...40

3.2 Metode Penelitian...40

3.2.1 Desain Penelitian...42

3.2.2 Operasionalisasi Variabel...44

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data...46

3.2.3.1 Sumber Data...46

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data...46

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data...47

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis...49

3.2.5.1 Rancangan Analisis...49

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis...52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif...56

4.1.1 Deskriptif Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia...58

4.1.2 Deskriptif Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia...59

4.1.3 Deskriptif Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia...65

4.2 Analisis Verifikatif...69


(12)

4.2.4 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap

Penerimaan Pajak...74

4.3 Korelasi Antar Variabel...75

4.3.1 Pengujian Jalur Pada Sub Struktur Pertama...77

4.3.2 Pengujian Jalur Pada Sub Struktur Kedua...80

4.4 Pengujian Hipotesis...83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...96

5.2 Saran...97

DAFTAR PUSTAKA...99

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAIN...103 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian...39

Gambar 3.1 Model Analisis Jalur...50

Gambar 3.2 Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis...55

Gambar 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1969-2009...65

Gambar 4.2 Model Analisis Jalur...70

Gambar 4.3 Koefisien Jalur Sub-Struktur Pertama...79

Gambar 4.4 Koefisien Jalur Sub-Struktur Kedua...82

Gambar 4.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji F Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak...86

Gambar 4.6 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Uji t Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi...90

Gambar 4.7 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Uji t Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penerimaan Pajak...92

Gambar 4.8 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0Pada Uji t Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak...95


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Indonesia Tahun 1969-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)...7

Tabel 1.2 Waktu Penelitian...13

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya...31

Tabel 3.1 Desain Penelitian...43

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel...45

Tabel 3.3 Tingkat Keeratan Korelasi...51

Tabel 3.4 Kategori Korelasi Metode Guilford...53

Tabel 4.1 Data Pengeluaran Pemerintah Indonesia Tahun 1980-2009 (Berdasarkan Harga Konstan 2000)...58

Tabel 4.2 Data GDP Riil Indonesia Tahun 1980-2009 (Berdasarkan harga konstan 2000)...60

Tabel 4.3 Penerimaan Pajak Pemerintah Indonesia Tahun 1980-2009...66

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Untuk Perhitungan Analisis Jalur...71

Tabel 4.5 Tingkat Keeratan Korelasi...72

Tabel 4.6 Korelasi Antar Variabel Penelitian...75 Tabel 4.7 Koefisien Jalur Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan


(15)

Tabel 4.8 Koefisien determinasi Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi...78 Tabel 4.9 Koefisien Jalur Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak...80 Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak...81 Tabel 4.11 ANOVA Untuk Uji F Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Peneriaan Pajak...84

Tabel 4.12 Uji t Untuk Variabel Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi...87 Tabel 4.13 Uji t Untuk Variabel Pengeluaran Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak...88 Tabel 4.14 Uji t Untuk Variabel Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi...91 Tabel 4.15 Uji t Untuk Variabel Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak...94


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kartu Peserta Sidang Seminar Usulan Penelitian...103

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan...104

Lampiran 3 Lembar Revisi Sidang Usulan Penelitian...105

Lampiran 4 Lembar Revisi Sidang Akhir Skripsi...106

Lampiran 5 Mapping...107


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan (Waluyo dan Wirawan, 2003:5). Pajak sebagai penerimaan pemerintah merupakan salah satu alat yang cukup penting bagi pemerintah untuk menjalankan fungsinya, terutama sebagai stabilisator perekonomian melalui kebijakan anggaran guna menjamin tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup (Miyasto, 1997). Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi, 2003:1), yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional (Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 2001:155).

Menurut Suryadi (2006) penerimaan pajak sangat besar peranannya dalam mengamankan anggaran negara setiap tahun, yang digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Masih menurut Suryadi mengatakan misi utama Direktorat Jenderal Pajak adalah misi fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efesien.


(18)

RAPBN, 1988). Kenaikan penerimaan dari sektor perpajakan ini telah menyebabkan penerimaan dalam negeri semakin tangguh karena sedikit demi sedikit telah mampu melepaskan ketergantungan pada penerimaan minyak bumi dan gas alam (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Namun demikian penerimaan dari sektor minyak masih merupakan sumber dana yang penting, disamping sebagai penyumbang devisa yang besar yang diperlukan bagi pembangunan (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Harga minyak yang turun drastis dalam tahun 1986/1987, berangsur-angsur telah membaik walaupun belum begitu menggembirakan (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Dalam tahun anggaran 1995/1996 kenaikan penerimaan pajak mencapai sebesar hampir 13 kali dari tahun anggaran 1982/1983 (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Disamping itu peranan penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam negeri juga mengalami peningkatan yang cukup berarti (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Jika dalam tahun anggaran 1982/1983 peranan penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam negeri adalah sebesar 30,5 persen, maka dalam tahun anggaran 1995/1996 telah meningkat menjadi sebesar 67,7 persen (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN dikemukakan lebih lanjut bahwa terlepas dari keberhasilan tersebut di atas, penerimaan pajak masih perlu ditingkatkan (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Hal ini terlihat dari angka tax ratio yaitu rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang masih relatif rendah (Nota


(19)

tahun 1998, penerimaan pajak tidak terlalu menggembirakan (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Hal itu berkaitan dengan melambatnya pertumbuhan sektor swasta dan dunia usaha, yang pada gilirannya berpengaruh pada menurunnya kontribusi sektor tersebut pada penerimaan perpajakan (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Dalam kondisi normal, penerimaan pajak berhubungan erat dengan beberapa variabel makro, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga (inflasi), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Namun di lain pihak kemerosotan bidang ekonomi, telah memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi hampir semua jenis pajak pada tahun 1998-2000 (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Penerimaan perpajakan selama periode 2005-2008 mengalami peningkatan secara signifikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 23,8 persen (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh pos penerimaan, terutama pos penerimaan PPh, PPN dan PPnBM, dan cukai (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Faktor utama yang berpengaruh pada meningkatnya penerimaan perpajakan adalah perbaikan sistem administrasi perpajakan sebagai hasil dari kegiatan modernisasi administrasi di bidang perpajakan, kepabeanan dan cukai (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Menurut Mohammad Tjiptardjo (2010) mengatakan kendala yang dihadapi Direktorat Jenderal Pajak dalam pencapaian target penerimaan pajak adalah kesadaran masyarakat yang belum tinggi dalam menunaikan kewajibannya


(20)

Masih menurut Mohammad Tjiptardjo mengatakan kendala lainnya adalah data yang tidak lengkap dan sumber daya manusia (SDM) yang terbatas. Kemudian Mohammad Tjiptardjo juga mengatakan masalah data sangat menentukan dalam upaya peningkatan jumlah penerimaan. Selanjutnya Mohammad Tjiptardjo mengatakan meskipun sudah ada aturan yang mewajibkan seluruh lembaga dan korporasi menyetorkan data, data yang dimiliki Ditjen Pajak tidak semakin mudah dilengkapi.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak, jika ekonomi meningkat, tentu pajak akan meningkat (Hatta Rajasa, 2010). Fluktuasi ekonomi berpengaruh terhadap penerimaan pajak (Eddi Wahyudi dkk, 2006). Perubahan pajak tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi penerimaan pajak (Roshaiza Taha dkk, 2011).

Pertumbuhan PDB riil di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun pada tahun 1998 PDB riil Indonesia sempat mengalami penurunan yang sangat tajam hingga pertumbuhannya negatif yaitu sebesar 13,12% (Badan Pusat Statistik). Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut sehingga stabilitas perekonomian Indonesia pun turut terganggu (Badan Pusat Statistik).

Menurut Rogatianus Maryatmo (2005:80) periode waktu setelah tahun 1983 merupakan periode pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Masih menurut Rogatianus Maryatmo (2005:80) bahwa pada tahun 1983 dan 1984,


(21)

Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa pada masa ini telah tampak peranan sektor nonmigas. Lalu Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa hal ini terjadi karena bulan Mei 1983 dilakukan devaluasi yang diharapkan dapat meningkatlkan daya saing perekonomian dan akhirnya dapat mendorong ekspor nonmigas. Kemudian Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa pada tahun 1989-1995, pertumbuhan ekonomi kembali meningkat, baik karena efek perdagangan dimana terjadi kenaikan ekspor nonmigas maupun kenaikan permintaan domestik akibat kondisi investasi dan produksi yang membaik.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa (Basri, 2002). Masih menurut Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Kemudian Basri mengatakan karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh masyarakat.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya (Basri, 2002). Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya (Basri, 2002).


(22)

Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak, jika ekonomi meningkat, tentu pajak akan meningkat (Hatta Rajasa, 2010). Fluktuasi ekonomi berpengaruh terhadap penerimaan pajak (Eddi Wahyudi dkk, 2006). Perubahan pajak tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi penerimaan pajak (Roshaiza Taha dkk, 2011).

Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa untuk kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan bersenjata, dan lainnya (Samuelson, 1997). Sedangkan menurut Mankiw (2007) mengatakan pengeluaran pemerintah adalah pembelian pemerintah atau belanja pemerintah terhadap barang dan jasa.

Pertumbuhan pengeluaran pemerintah Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahunnya, pada tahun 1983 turun 2,3 persen, tahun 1987 turun 5,81 persen, tahun 1993 turun 2,32 persen (Badan Pusat Statistik). Penurunan yang cenderung tajam yaitu hanya pada tahun 1999 (Badan Pusat Statistik). Tahun 1998 terjadi penurunan 15,37% (Badan Pusat Statistik). Penurunan ini tidak disertai dengan penurunan kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan PDB riil (Badan Pusat Statistik). Penurunan ini terjadi karena dampak dari krisis yang berlangsung pada tahun sebelumnya, sehingga pemerintah harus mengurangi pengurangannya, khususnya belanja pegawai (Badan Pusat Statistik).


(23)

Kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan PDB Indonesia, hanya berkontribusi sekitar 10% (Badan Pusat Statistik). Kontribusi tertinggi dari pengeluaran pemerintah terjadi pada tahun 1980-1982 dengan nilai 30% dari total PDB (Badan Pusat Statistik). Untuk tahun-tahun selanjutnya kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap PDB hanya berkisar sekitar 7-11% yaitu masih relatif rendah (Badan Pusat Statistik). Kontrobusi pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak masih tinggi (Badan Pusat Statistik). Pada tahun 2003 pengeluaran pemerintah naik menjadi 9,96 perseb dibandingkan tahun 2002 sebesar 0,46 persen (Badan Pusat Statistik).

Pengeluaran pemerintah yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu alat kebijakan fiskal pemerintah (Suminto, 2004). Masih menurut Suminto mengatakan pemerintah dapat menggunakannya untuk mengelola perekonomian negara. Kemudian Suminto mengatakan APBN saat ini menggunakan sistem anggaran berbasis kinerja berdasarkan UU No.1 tahun 2004. Selanjutnya Suminto mengatakan sejak tahun 1969 diterapkan sistem berimbang dan dinamis dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Lalu Suminto mengatakan pengeluaran pemerintah atau disebut juga belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang.

Tabel 1.1

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Indonesia Tahun 1969-2009 (Dalam Jutaan Rupiah)

Jenis Pengeluaran

1969/ 1970

1979/ 1980

1989/ 1990 1999/ 2000 Belanja Negara 2009 I. Pengeluaran Rutin 216,5 3.445,9 24.331,1 137.155,5 I. Belanja Pemerintah

Pusat


(24)

4. Bunga / Cicilan Hutang 14,4 684,1 11.938,70 44.810,9 4.Pembayaran Bunga

Utang

1 01.657,8

5. Lain-lain 3,9 718,9 9.22,9 3.919,1 5. Subsidi 166.701,6

6. Belanja Hibah -7. Bantuan Sosial 78.973,1 8. Belanja Lain-lain 6 5.123,5

II.Pengeluaran Pembangunan

118,1 4.014,2 13.129,9 82.448,3 II. Belanja Untuk Daerah

3 20.691,0

1. Program Pembangunan 92,8 2.697,9 5.412,2 52.448,3 1. Dana perimbangan 296.952,4

2. Bantuan Proyek 25,3 1.316,3 8.422,1 30.000,0 2. Dana Otonomi Khusus

dan Penyesuaian

23.738,6

Jumlah Pengeluaran 334,6 7.460,1 40.461,0 219.603,8 1 .037.067,3

Sumber: Nota Keuangan dan APBN, Departemen Keuangan RI, diolah.

Anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pada saat sebelum diundangkannya UU No. 17/2003.UU No.17/2003 mengenalkan sistem uniffied budget sehingga tidak lagi

ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan (Suminto, 2004). Masih menurut Suminto mengatakan dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kemudian Suminto mengatakan dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa Aceh dan provinsi Papua.

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah secara nominal dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan (Departemen Keuangan RI). Pengeluaran rutin lebih besar dibandingkan pengeluaran pembangunan pada periode 1969/1970, namun pada periode berikutnya yaitu 1979/1980 pengeluaran rutin lebih kecil daripada pengeluaran pembangunan (Departemen Keuangan RI). Perbedaan dalam pengeluaran tersebut dikarenakan pada periode 1979/1980 situasi politik dan pemerintahan lebih stabil sehingga pemerintah dapat mengalokasikan anggaran lebih banyak ke program pembangunan (Departemen Keuangan RI). Pengeluaran rutin terpaut jauh lebih


(25)

1999/2000 (Departemen Keuangan RI). Pengeluaran untuk pengeluaran pembangunan lebih tinggi atau setidaknya sebanding dengan pengeluaran rutin pemerintah (Departemen Keuangan RI). Kondisi pemerintahan yang lebih stabil pada periode tersebut seharusnya dimanfaatkan untuk memaksimalkan pembangunan, namun yang terjadi adalah pengeluaran rutin pemerintah yang semakin meningkat (Departemen Keuangan RI).

Perubahan struktur anggaran dalam pengeluaran pemerintah terjadi pada tahun 2004 dimana tidak lagi memisahkan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan (Departemen Keuangan RI). Pengeluaran pemerintah dibedakan menjadi belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah (Departemen Keuangan RI). Belanja pemerintah pusat dibagi ke dalam delapan pos (Departemen Keuangan RI). Format baru APBN ini menggunakan rincian belanja negara menurut fungsi yaitu pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan dan lain-lain (Departemen Keuangan RI). Belanja negara menurut fungsi ini merupakan reklasifikasi atas program-program yang dalam format lama yang merupakan rincian dari pengeluaran pembangunan per sektor (Departemen Keuangan RI).

Menurut Hondroyiannis dan Papapetrou (1999), terdapat kausalitas pengeluaran terhadap penerimaan pemerintah yang menunjukkan bahwa pengeluaran merupakan dinamika dari penerimaan pemerintah. Demikian pula menurut Mithani dan Khoon (1999), bahwa terdapat hubungan antara pengeluaran terhadap penerimaan pemerintah.


(26)

Dengan berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka peneliti memutuskan mengambil judul: “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia masih rendah.

2. Kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak masih tinggi.

3. Pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah.

1.2.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang ingin penulis ketahui adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia.

2. Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia.

3. Bagaimana Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia.

4. Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia secara parsial dan simultan.


(27)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia, guna bermanfaat bagi bagian Akademi pada Fakultas Ekonomi di UNIKOM.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia.

3. Untuk mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia.

4. Untuk mengetahui Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia secara parsial dan simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini menjelaskan tentang manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian, dan bagi pihak–pihak yang akan diperoleh data dan informasinya dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan dan


(28)

ilmu pengetahuan baru. Khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca hasil penelitian ini, serta bagi Program Studi Akuntansi itu sendiri.

1.4.1 Kegunaan Praktis

Kegunaan yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mengenai Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak.

2. Bagi Instansi

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan.

3. Bagi Pihak Lain

Pihak lain yang dimaksud adalah pembaca. Usulan Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai perpajakan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Pengembangan ilmu perpajakan serta memberi masukan untuk Program Studi Akuntansi.

2. Diharapkan dapat dijadikan acuan atau referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak.


(29)

3. Mengimplementasikan hasil dari pembelajaran selama masa perkuliahan di Universitas Komputer Indonesia.

1.5 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Juli 2012.

Tabel 1.2 Waktu Penelitian Tahap Prosedur Bulan Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 I

Tahap Persiapan :

1.Membuat outline dan proposal UP 2.Bimbingan dengan dosen pembimbing 3.Mengambil formulir penyusunan UP 4.Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

1.Mengajukan outline dan proposal UP 2.Mencari data dari internet

3.Penelitian dari internet 4.Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan : 1.Menyiapkan draft skripsi 2.Sidang akhir skripsi

3.Penyempurnaan laporan skripsi 4.Penggandaan skripsi


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengeluaran Pemerintah

2.1.1.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Sadono Sukirno (2011:192) adalah sebagai berikut:

“Pengeluaran pemerintah adalah keseluruhan pengeluaran yang dilakukan yaitu pengeluaran yang meliputi konsumsi dan investasi”.

Sedangkan pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Sadono Sukirno (2011:61) adalah sebagai berikut:

“Pengeluaran (Perbelanjaan) pemerintah adalah perbelanjaan pemerintah ke atas barang-barang modal, barang konsumsi dan ke atas jasa-jasa”. Kemudian pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Hera Susanti (2000:69) adalah sebagai berikut:

“Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara dikuasai dan dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak”.

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah adalah belanja pemerintah terhadap barang dan jasa.


(31)

2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah

Menurut Suminto (2004:26) format baru belanja negara adalah sebagai berikut:

I. Belanja Pemerintah Pusat

Pengertian Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 11 adalah sebagai berikut:

“Belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah belanja pemerintah pusat yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain”.

Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari : a. Belanja Pegawai

Pengertian Belanja Pegawai menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut:

“Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran negara yang digunakan untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi haknya, dan membayar honorarium, lembur, tunjangan khusus dan belanja pegawai, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi sosial). Dalam klasifikasi tersebut termasuk pula belanja gaji/upah proyek yang selama ini diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan. Dengan format ini, maka akan terlihat pos yang tumpang tindih antara belanja pegawai yang diklasifikasikan sebagai rutin dan pembangunan. Di sinilah nantinya efisiensi akan bisa diraih”. Sedangkan pengertian Belanja Pegawai menurut Sri Lestari (2011:4) adalah sebagai berikut:

“Belanja pegawai yaitu mencakup seluruh pengeluaran negara yang digunakan untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi haknya, membayar honorarium, lembur, vakasi, tunjangan


(32)

b. Belanja Barang

Pengertian Belanja Barang menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut:

“Belanja barang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk pengadaan barang dan jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara. Demikian juga sebaliknya sering diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan”.

Sedangkan pengertian Belanja Barang menurut Sri Lestari (2011:4) adalah sebagai berikut:

“Belanja barang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk pengadaan barang dan jasa”.

c. Belanja Modal

Pengertian Belanja Modal menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut:

“Belanja modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk pembelian barang-barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan aset lainnya). Pos belanja modal dirinci atas belanja modal asset tetap/fisik dan belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam prakteknya selama ini belanja lainnya non fisik secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga dan perjalanan yang tidak terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan”.

d. Pembayaran Bunga Utang

Pengertian Pembayaran Bunga Utang menurut Sri Lestari (2011:4) adalah sebagai berikut:

“Pembayaran bunga utang yaitu meliputi utang dalam negeri dan utang luar negeri”.


(33)

e. Subsidi

Pengertian Subsidi menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut: “Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk membayar beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang menguasai hajat hidup orang banyak, dalam rangka menjaga stabilitas harga agar dapat terjangkau oleh sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut dialokasikan melalui perusahaan negara dan perusahaan swasta”.

f. Belanja Hibah

Pengertian Belanja Hibah berdasarkan Permendagri No. 59/2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13/2006 Pasal 42 Ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa kepada pemerintah atau Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan”.

Sedangkan pengertian Belanja Hibah menurut Sri Lestari (2011:5) adalah sebagai berikut:

“Belanja hibah merupakan belanja pemerintah pusat dalam bentuk uang atau barang atau jasa dari pemerintah kepada Pemerintah Daerah dan instansi lainnya yang tidak perlu dibayar kembali, sifatnya tidak wajib dan tidak mengikat”.

g. Bantuan Sosial

Pengertian Bantuan Sosial menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut:

“Bantuan sosial menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer uang/barang yang diberikan kepada penduduk, guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, misalnya transfer untuk pembayaran dana kompensasi sosial”.


(34)

Sedangkan pengertian Bantuan Sosial menurut Sri Lestari (2011:5) adalah sebagai berikut:

“Bantuan sosial merupakan transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi kemungkinan terjadinya resiko sosial, yaitu berupa bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan perlindungan sosial”.

h. Belanja Lain-lain

Pengertian Belanja Lain-lain berdasarkan Buletin Teknis No. 04 Penyajian Dan Pengungkapan Belanja Pemerintah adalah sebagai berikut:

“Belanja lain-lain adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah”.

Sedangkan pengertian Belanja Lain-lain menurut Sri Lestari (2011:5) adalah sebagai berikut:

“Belanja lain-lain adalah merupakan pengeluaran pemerintah yang bersifat mendesak dan belum terprogram, terprogram, belanja penunjang, dan cadangan”.

II. Belanja Untuk Daerah

Pengertian Belanja Untuk Daerah menurut Suminto (2004:27) adalah sebagai berikut:

“Belanja untuk daerah menampung seluruh pengeluaran pemerintah pusat yang dialokasikan ke daerah, yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya kepada daerah”.


(35)

Sedangkan pengertian Belanja Untuk Daerah menurut Suminto (2004:26) adalah sebagai beikut:

“Belanja untuk daerah, sebagaimana yang berlaku selama ini terdiri dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan penyesuaian”.

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Sadono Sukirno (2011:9) adalah sebagai berikut:

“Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah”.

Sedangkan pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznet yang dikutip oleh Todaro (2003:99) adalah sebagai berikut:

“Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya”.

Kemudian pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Arsyad (2004:13) adalah sebagai berikut:

“Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk ataupun dari adanya perubahan struktur ekonomi”.


(36)

Lalu pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznet yang dikutip oleh Suryana (2000:61) adalah sebagai berikut:

“Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat”.

Adapun juga pengertian menurut Kuznets yang dikutip oleh Jhingan (2000:57) adalah sebagai berikut:

“Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Domestik Bruto riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.

2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Imamul & Gina (2009:11) mengatakan bahwa:

“Indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat Produk Domestik Bruto (PDB)”.

Beberapa alasan digunakannya Produk Domestik Bruto (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut:

a. Produk Domestik Bruto dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value


(37)

ini, peningkatan Produk Domestik Bruto mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

b. Produk Domestik Bruto dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow

concept). Artinya, perhitungan Produk Domestik Bruto mencakup nilai produk

yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam menghitung Produk Domestik Bruto memungkinkan seseorang untuk membandingkan jumlah output pada tahun ini dengan tahun sebelumnya. c. Batas wilayah perhitungan Produk Domestik Bruto adalah negara

(perekonomian domestik). Hal ini memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.

Pengertian Produk Domestik Bruto menurut McEachern dalam Sigit Triandaru (2000:146) adalah sebagai berikut:

“Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product artinya mengukur nilai

pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Produk Domestik Bruto juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat”.

Sedangkan pengertian Produk Domestik Bruto menurut Mankiw (2006:19) adalah sebagai berikut:

“Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu”.


(38)

Kemudian pengertian Produk Domestik Bruto menurut Sadono Sukirno (2011:35) adalah sebagai berikut:

“Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing”.

Lalu pengertian Produk Domestik Bruto menurut Sukirno (2004:17) adalah sebagai berikut:

“Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia mempunyai peranan penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai dan perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu”.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. Produk Domestik Bruto ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi Produk Domestik Bruto sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran Produk Domestik Bruto di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto.

Faktor baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi Produk Domestik Bruto menurut teori Keynes, Produk Domestik Bruto terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut


(39)

adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX).

2.1.3 Penerimaan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Pengertian Penerimaan Pajak menurut Suryadi (2003:1) adalah sebagai berikut:

“Penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan”.

Sedangkan pengertian Penerimaan Pajak menurut John Hutagaol (2007:325) adalah sebagai berikut :

“Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat”.

Berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (2001:155) pengertian Penerimaan Pajak adalah sebagai berikut:

“Penerimaan pajak adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional”.

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak adalah semua sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan.


(40)

2.1.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP) disebutkan mengenai jenis-jenis penerimaan dari pajak, yaitu penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan pajak perdagangan internasional.

Jenis-jenis penerimaan sektor pajak antara lain : I. Pendapatan pajak dalam negeri

1. Pendapatan pajak penghasilan (PPh) a. Pendapatan PPh migas :

 Pendapatan PPh Minyak Bumi  Pendapatan PPh Gas Alam

 Pendapatan PPh lainnya dari Minyak Bumi  Pendapatan PPh Migas lainnya

b. Pendapatan PPh non Migas :  Pendapatan PPh pasal 21  Pendapatan PPh pasal 22  Pendapatan PPh pasal 22 Impor  Pendapatan PPh pasal 23

 Pendapatan PPh pasal 25/29 orang pribadi  Pendapatan PPh pasal 25/29 Badan  Pendapatan PPh pasal 26


(41)

 Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya 2. Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Pendapatan PPN  PPN Dalam Negeri  Pendapatan PPN Impor  Pendapatan PPN lainnya b. Pendapatan PPnBm

 Pendapatan PPnBM Dalam Negeri  Pendapatan PPnBM Impor

 Pendapatan PPnBM lainnya 3. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan

 Pendapatan PBB pedesaan  Pendapatan PBB Perkotaan  Pendapatan PBB Perkebunan  Pendapatan PBB Kehutanan  Pendapatan PBB Pertambangan  Pendapatan PBB lainnya 4. Pendapatan BPHTB

5. Pendapatan Cukai

 Pendapatan Cukai Hasil Tembakau  Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol


(42)

6. Pendapatan Pajak Lainnya  Pendapatan Bea Materai

 Pendapatan dari Penjualan Benda Materai  Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya 7. Pendapatan Bunga Penagihan Pajak

 Pendapatan Bunga Penagihan PPh  Pendapatan Bunga Penagihan PPN  Pendapatan Bunga Penagihan PPnBM  Pendapatan Bunga Penagihan PTLL II. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

1. Pendapatan Bea Masuk  Pendapatan Bea Masuk

 Pendapatan Masuk Tanggung Pemerintah atas hibah (SPM nihil)  Pendapatan Denda Administrasi Pabean

 Pendapatan Bea Masuk Dalam Rangka Kemudahan Impor Tujuan Ekspor  Pendapatan Pabean lainnya


(43)

I. Pendapatan Pajak Dalam Negeri terdiri dari: 1. Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh)

Pengertian Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2003:74) adalah sebagai berikut:

“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak”.

Sedangkan pengertian Pajak Penghasilan menurut Erly Suandy (2006:81) adalah sebagai berikut:

“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak”. Kemudian pengertian Pajak Penghasilan menurut Mardiasmo (2009:129) adalah sebagai berikut:

“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak”.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Mardiasmo (2002) adalah sebagai berikut:

“Pajak pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas konsumsi dalam negeri”.


(44)

Sedangkan pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Mardiasmo (2002:226) adalah sebagai berikut:

“Pajak pertambahan nilai dikenakan atas pertambahan nilai (value added)

dari barang yang dikenakan atau diserahkan oleh (PKP) apakah ia pabrikan, importer, agen utama/distributor utama”.

3. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan menurut Waluyo (2010:196) adalah sebagai berikut:

“Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak yaitu bumi dan bangunan, keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang”.

Sedangkan pengertian Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 adalah sebagai berikut:

“Pajak bumi dan bangunan adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan yang merupakan pajak yang bersifat kebendaan atau pajak yang bersifat objektif dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan”. 4. Pendapatan BPHTB

Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menurut John Hutagaol (2007:237) adalah sebagai berikut:

“Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan”.


(45)

Sedangkan pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menurut Mardiasmo (2002:290) adalah sebagai berikut:

“Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan”.

5. Pendapatan Cukai

Pengertian Pendapatan Cukai berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP) adalah sebagai berikut:

“Pendapatan Cukai terdiri dari Pendapatan Cukai Hasil Tembakau, Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol, Pendapatan Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol, Pendapatan Cukai Lainnya”.

6. Pendapatan Pajak Lainnya

Pengertian Pendapatan Pajak Lainnya berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP) adalah sebagai berikut:

“Pendapatan Pajak Lainnya terdiri dari Pendapatan Bea Materai, Pendapatan dari Penjualan Benda Materai, Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya”.


(46)

7. Pendapatan Bunga Penagihan Pajak

Pengertian Pendapatan Bunga Penagihan Pajak berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP) adalah sebagai berikut:

“Pendapatan Bunga Penagihan Pajak terdiri dari Pendapatan Bunga Penagihan PPh, Pendapatan Bunga Penagihan PPN, Pendapatan Bunga Penagihan PPnBM, Pendapatan Bunga Penagihan PTLL”.

II. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

Pengertian Perdagangan Internasional menurut Sobri (2000) adalah sebagai berikut:

“Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan”.

Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional terdiri dari: 1. Pendapatan Bea Masuk

Pengertian Bea Masuk berdasarkan UU No. 17/2006 perubahan dari UU No. 10/1995 Pasal 1 adalah sebagai berikut:

“Bea masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang yang diimpor”.


(47)

2. Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor

Pengertian Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang Pungutan Ekspor Atas Barang Ekspor Tertentu adalah sebagai berikut:

“Pendapatan pajak/pungutan ekspor adalah pungutan yang dikenakan atas barang ekspor tertentu”.

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

No Keterkaitan Antar Variabel Kesimpulan Jurnal Sumber Jurnal 1 X2 Y Pertumbuhan ekonomi telah

meningkatkan penerimaan perpajakan, khususnya pajak penghasilan atas tenaga kerja, peningkatan gaji dan upah akan meningkatkan konsumsi.

Jurnal Media Riset Akuntansi, Audlting dan Informasi Vol.7 No.1, April: 83 – 105 (Herman, 2007)

2 X2 Y Dari hasil analisis data panel terhadap 31 Kanwil DJP seluruh Indonesia diketahui bahwa fluktuasi variabel TEWS berpengaruh positif terhadap kinerja penerimaan pajak di Kanwil Khusus, Kanwil WP Besar 1 dan 2, Kanwil Jakarta Selatan dan Kanwil Jakarta Pusat.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni Pengaruh Economic Shock Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Wilayah Pajak Di Indonesia (Eddi Wahyudi dkk, 2009) 3 X1 X2 Ram mengatakan bahwa

mengenai hubungan antara besarnya pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terhadap 115 negara maju dan berkembang mendapatkan bahwa meskipun sulit untuk disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai efek positif terhadap kondisi perekonomian dan pertumbuhan ekonomi.

Jurnal Peranan Sektor Lokal dalam Pertumbuhan Ekonomi Regional di Wilayah Surakarta Kinerja, Volume 8, No.2,:Hal.133-147 (Siti Aisyah Tri Rahayu, 2004)

4 X1 Y Dalam penelitian Abu N.M. Wahid (2008) berjudul An Empirical Investigation on the Nexus between Tax Revenue

Journal An Empirical Investigation on the Nexus between Tax Revenue and


(48)

support the hypothesis that government expenditure causes tax revenues to increase in Turkey. (Hasil mendukung hipotesis bahwa pengeluaran pemerintah menyebabkan pajak untuk meningkatkan pendapatan di Turki).

5 X1 X2 The results obtained based on regressions and panel techniques suggest that government spending is positively related with economic growth in the European Union countries. (Hasil yang diperoleh berdasarkan regresi dan teknik panel menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Uni Eropa)

Journal Government Spending and economic growth in the European union Countries :An empirical Approach (Marta Pascual dan Santiago Álvarez-García,2006)

6 X1 X2 Disisi yang lain Ram (1986) dan Grossman (1988) menemukan hubungan positif antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi, tanpa melihat pengeluaran per sektor.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 12 No.1 April Hal 27-36 Pengeluaran Pemerintah Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Jamzani Sodik, 2007) 7 X2 Y This study inspects the

relationship between tax revenue and the rate of economic growth for Pakistan (Studi ini memeriksa hubungan antara penerimaan pajak dan tingkat pertumbuhan ekonomi untuk Pakistan)

Journal Tax Revenue and Economic Growth An Empirical Analysis For Pakistan (Mashhod Maskor at al, 2010)

8 X1 X2 Pengeluaran pemerintah mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan ekonomi Indonesia

Jurnal Kajian Ilmiah Lembaga Penelitian Ubhara Jaya Vol.8 No,1 Peranan Pengeluaran Pemerintah Dalam Pertumbuhan Ekonomi Di Era Orde Baru dan Era Reformasi (Budi Indrawati, SE, MM, 2007)


(49)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Keterkaitan Antara Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi menurut Tulus Tambunan (2011:254) adalah sebagai berikut:

“Pengeluaran pemerintah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia”.

Sedangkan hubungan pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi menurut Siti Farida (2011:75) adalah sebagai berikut:

“Perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada pengeluaran konsumsi terutama pada konsumsi pemerintah. Setelah masa krisis ekonomi terlihat bahwa konsumsi merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia”.

Kemudian hubungan pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi menurut McEachern dalam Sigit Triandaru (2000:183) adalah:

“Fungsi belanja pemerintah menghubungkan belanja pemerintah dan tingkat pendapatan dalam perekonomian”.

Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Patnasari dalam Siti Aisyah (2004) menyimpulkan bahwa:

“Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah melalui pengeluaran pemerintah selama ini mempunyai pengaruh yang penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode diamati (1969-1997)”.


(50)

Sedangkan pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Ram (1986) dan Grossman (1988) dalam Jamzani Sodik (2007) mengatakan bahwa:

“Terdapat hubungan positif antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi, tanpa melihat pengeluaran per sektor”.

Kemudian pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Marta and Santiago (2006) mengatakan bahwa:

“Hasil yang diperoleh berdasarkan regresi dan teknik panel menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Uni Eropa. (The results obtained based on regressions and panel techniques suggest that government spending is positively related with economic growth in the European Union countries)”.

Kemudian pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Jiranyakul (2007) mengatakan bahwa:

“Dengan menggunakanGrangerhanya terdapat hubungan satu arah antara

pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di Thailand yaitu kenaikan pengeluaran pemerintah yang menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi. Kemudian dengan menggunakan metode OLS, menunjukan bahwa antara kedua variabel berhubungan positif selama periode penelitian”.

Lalu pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Antonio Estache (2007) mengatakan bahwa:

“Ukuran pemerintah yang diwujudkan dengan pengeluaran pemerintah pada sektor publik dan kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Seperti halnya penelitian ini yang mengkaji tentang pengeluaran pemerintah disektor publik yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur serta hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi”.


(51)

Selanjutnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Lin (1994) mengatakan bahwa:

“Pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi”. Adapun juga pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menurut Taufiq Dawood (2008) mengatakan bahwa:

“Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain faktor penduduk adalah faktor pengeluaran pemerintah”.

2.2.2 Keterkaitan Antara Pengeluaran Pemerintah dengan Penerimaan Pajak

Hubungan pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pajak menurut Sadono Sukirno (2004:186) adalah sebagai berikut:

“Salah satu faktor penting yang menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah pajak yang diramalkan. Makin banyak jumlah pajak yang dapat dikumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan dilakukan”.

Sedangkan hubungan pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pajak menurut Waluyo (2007:6) adalah sebagai berikut:

“Upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting karena dana yang dihimpun berasal dari rakyat atau berasal dari pemerintah”.

Kemudian hubungan pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pajak menurut Mankiw (2006:87) adalah sebagai berikut:

“Pemerintah bisa mendanai pengeluarannya dalam 3 cara, yaitu pemerintah bisa meningkatkan penerimaan lewat pajak seperti pajak


(52)

Selanjutnya hubungan pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pajak menurut Narayan (2005:148) adalah sebagai berikut:

“Pengeluaran pemerintah meningkatkan penerimaan pemerintah”.

Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak menurut Abu N.M. Wahid (2008) mengatakan bahwa:

“Hasil mendukung hipotesis bahwa pengeluaran pemerintah menyebabkan pajak untuk meningkatkan pendapatan di Turki. (The results support the hypothesis that government expenditure causes tax revenues to increase in Turkey)”.

Sedangkan pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak menurut Deloughy (1999) mengatakan bahwa:

“Perubahan pengeluaran pemerintah menyebabkan perubahan penerimaan pemerintah”.

Kemudian pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak menurut Hondroyiannis dan Papapetrou (1999) mengatakan bahwa:

“Terdapat kausalitas satu arah dari pengeluaran terhadap penerimaan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan pada tingkat yang tinggi di Yunani selama perpanjangan periode waktu, utamanya pada anggaran pengeluaran dan tidak pada dinamika dari penerimaan pemerintah. Tingginya tingkat penggunaan kebijakan fiskal yang ekspansioner untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi dan berbagai peristiwa politik adalah faktor-faktor khusus yang menandai tumbuhnya sektor publik di Yunani”.

Lalu pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak Menurut Mithani dan Khoon (1999) mengatakan bahwa:

“Terdapat kausalitas satu arah dari pengeluaran terhadap penerimaan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor publik di Malaysia lebih dipengaruhi oleh anggaran pengeluaran pemerintah. Hal ini disebabkan


(53)

dari kebijakan-kebijakan ekonomi terdahulu, akses terhadap kredit yang lebih luas, dan kebijakan fiskal yang ekspansioner”.

Selanjutnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak menurut Cheng (1999) mengatakan bahwa:

“Terdapat kausalitas dua arah (feedback) di negara Chile, Panama, Brazil

dan Peru. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah saling mempengaruhi”.

2.2.3 Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Penerimaan Pajak Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan penerimaan pajak menurut McConnell dalam Herman (2007:7) adalah sebagai berikut:

“Terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan ekonomi dengan penerimaan pajak”.

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Herman (2007) mengatakan bahwa:

“Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan penerimaan perpajakan, khususnya pajak penghasilan atas tenaga kerja, peningkatan gaji dan upah akan meningkatkan konsumsi”.

Sedangkan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Roshaiza Taha dkk (2011) menyatakan bahwa:

“Perubahan pajak tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat membantu menaikan penerimaan pajak”.


(54)

Kemudian pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Pandiangan (2001) mengatakan bahwa:

“Terdapat hubungan positif antara penerimaan pajak pertambahan nilai dengan Produk Domestik Bruto”.

Lalu menurut Eddi Wahyudi dkk (2009) mengatakan bahwa:

“Dari hasil analisis data panel terhadap 31 Kanwil DJP seluruh Indonesia diketahui bahwa fluktuasi variabel TEWS berpengaruh positif terhadap kinerja penerimaan pajak di Kanwil Khusus, Kanwil WP Besar 1 dan 2, Kanwil Jakarta Selatan dan Kanwil Jakarta Pusat”.

Selanjutnya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Hatta Rajasa (2010) dalam Koran Kompas menyatakan bahwa:

“Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak, jika ekonomi meningkat, tentu pajak akan meningkat”. Kemudian pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Purnama (2006) mengatakan bahwa:

“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan penerimaan pemerintah dari pajak dan menambah lapangan kerja”.

Lalu pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Sri Mulyani (2010) dalam Harian Ekonomi Neraca menyatakan bahwa:

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh kepada penerimaan perpajakan, namun pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan penerimaan perpajakan, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi”.

Selanjutnya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak menurut Eddi Wahyudi dkk (2006) menyatakan bahwa:


(55)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2006:70) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Penerimaan Pajak.

X1= Pengeluaran Pemerintah

X2= Pertumbuhan Ekonomi

Y = Penerimaan Pajak

Herman, 2007 Abu N.M. Wahid (2008) Marta Pascual and

Santiago Álvarez-García, 2006


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan data Hasil Realisasi Keuangan Negara Tahunan sebanyak 30 tahun selama periode tahun 1980-2009. Alasan memilih tahun 1980-2009 karena data yang saya temukan yaitu dari tahun 1980-2009 sudah dalam bentuk tabel dan ada juga peningkatan tiap tahunnya selama 30 tahun. Adapun femomena yang terjadi yaitu dalam kurun waktu 1984-1988 penerimaan pajak memperlihatkan peningkatan yang cenderung stabil dari tahun ke tahunnya (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN (1988) dikemukakan bahwa rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang masih relatif rendah. Masih menurut Nota Keuangan RAPBN (1988) mengatakan bahwa masa krisis yang telah berlangsung selama tahun 1998, penerimaan pajak tidak terlalu menggembirakan. Hal itu berkaitan dengan melambatnya pertumbuhan sektor swasta dan dunia usaha, yang pada gilirannya berpengaruh pada menurunnya kontribusi sektor tersebut pada penerimaan perpajakan (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Namun di lain pihak kemerosotan bidang ekonomi, telah memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi hampir semua jenis pajak pada tahun 1998-2000 (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988).


(57)

1987). Untuk tahun-tahun selanjutnya kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap PDB hanya berkisar sekitar 7-11% (Nota Keuangan dan RAPBN, 1987).

Lalu menurut Rogatianus Maryatmo (2005:80) fenomena pertumbuhan ekonomi tahun 1983 merupakan periode pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Masih menurut Rogatianus Maryatmo (2005:80) bahwa pada tahun 1983 dan 1984, pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor pertanian. Meskipun demikian, pada masa ini telah tampak peranan sektor nonmigas (Rogatianus Maryatmo, 2005:80). Hal ini terjadi karena bulan Mei 1983 dilakukan devaluasi yang diharapkan dapat meningkatlkan daya saing perekonomian dan akhirnya dapat mendorong ekspor nonmigas (Rogatianus Maryatmo, 2005:80). Kemudian Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa pada tahun 1989-1995, pertumbuhan ekonomi kembali meningkat, baik karena efek perdagangan dimana terjadi kenaikan ekspor nonmigas maupun kenaikan permintaan domestik akibat kondisi investasi dan produksi yang membaik.

Sebelum membahas pengaruh pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak, terlebih dahulu akan dibahas perkembangan pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan pajak selama periode 1980-2009. Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini berupa data sekunder, karena merupakan data yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik yang telah diolah dalam bentuk Laporan Keuangan Negara Tahunan.


(58)

4.1.1 Deskriptif Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia

Menurut WW. Rostow dan RA. Musgrave, perkembangan pengeluaran pemerintah sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Hal itu juga dialami oleh Indonesia dimana baik nilai nominal maupun riil dari total pengeluaran pemerintah terus meningkat sepanjang tahun (Agustinus Endah, 2010:109). Dalam penelitian ini pengeluaran pemerintah dilihat dari besarnya pembelanjaan pemerintah untuk barang dan jasa, yaitu pengeluaran pemerintah riil berdasarkan harga konstan tahun 2000. Adapun perkembangan pengeluaran pemerintah dalam 30 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Pengeluaran Pemerintah Indonesia Tahun 1980-2009 (Berdasarkan Harga Konstan 2000)

Tahun Pengeluaran Pemerintah (Miliar Rupiah)

Growth (%)

1980 61600.57

-1981 67830.38 10.11

1982 73484.8 8.34

1983 71792.74 -2.30

1984 74879.73 4.30

1985 80584.24 7.62

1986 82789 2.74

1987 77977.67 -5.81

1988 83691.05 7.33

1989 92369.75 10.37

1990 95438.14 3.32

1991 102182.27 7.07

1992 108170.49 5.86

1993 105655.96 -2.32

1994 106208.42 0.52

1995 109820.77 3.40

1996 110364.73 0.49

1997 110598.04 0.29

1998 93597.42 -15.37

1999 95100.68 1.60

2000 100538.09 5.71

2001 109887.58 9.29

2002 110400.15 0.46

2003 121404.1 9.96

2004 126248.7 3.99

2005 136424.9 8.06

2006 147563.7 8.16

2007 153309.6 3.89

2008 169297.2 10.43


(59)

Tabel 4.1 memperlihatkan perkembangan pengeluaran pemerintah Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Pengeluaran pemerintah ini mencakup konsumsi pemerintah untuk barang dan jasa (Badan Pusat Statistik). Apabila dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDB Indonesia, pengeluaran pemerintah hanya berkontribusi sekitar 10% (Badan Pusat Statistik). Kontribusi tertinggi dari pengeluaran pemerintah terjadi pada tahun 1980-1982 dengan nilai 13% dari total PDB (Badan Pusat Statistik). Untuk tahun-tahun selanjutnya kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap PDB hanya berkisar sekitar 7-11% (Badan Pusat Statistik).

Cara menghitung tingkat pengeluaran pemerintah riil yaitu:

Tingkat Pengeluaran Pemerintah Riil=Pengeluaran Pemerintah riil–Pengeluaran Pemerintah riil0x100% Pengeluaran Pemerintah riil0

Sumber: Sadono Sukirno (2011:50) Dimana:

Pengeluaran Pemerintah Riil = tahun dimana Pengeluaran Pemerintah dihitung Pengeluaran Pemerintah Riil0 =Pengeluaran Pemerintah pada tahun sebelumnya

Pertumbuhan pengeluaran pemerintah Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahunnya, terlihat dari tabel 4.1 penurunan yang cenderung tajam yaitu hanya pada tahun 1999 (Badan Pusat Statistik). Tahun 1999 terjadi penurunan 15,3% (Badan Pusat Statistik). Penurunan ini tidak disertai dengan penurunan kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan PDB riil (Badan Pusat Statistik). Penurunan ini terjadi karena dampak dari krisis yang berlangsung pada tahun sebelumnya, sehingga pemerintah harus mengurangi pengurangannya, khususnya belanja pegawai (Badan Pusat Statistik). Peningkatan untuk


(60)

Meningkatnya pengeluaran pemerintah ini berkaitan erat dengan naiknya pengeluaran untuk belanja pegawai (Nota Keuangan dan RAPBN, 1987).

4.1.2 Deskriptif Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Menurut Keynes, pendapatan merupakan faktor utama yang mempengaruhi konsumsi baik perorangan maupun secara agregat. Dalam penelitian ini variabel pendapatan diproksikan melalui GDP Riil atas dasar harga konstan tahun 2000. Adapun data pendapatan nasional Indonesia beserta perkembangannya selama 30 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Data GDP Riil Indonesia Tahun 1980-2009 (Berdasarkan harga konstan 2000)

Tahun GDP Riil (Miliar Rupiah)

Growth (%)

1980 577649.81

-1981 623441.01 7.92

1982 637446.27 2.24

1983 655039.79 2.76

1984 700249.64 6.90

1985 717490.79 2.46

1986 759643.7 5.87

1987 797063.2 4.92

1988 843137.42 5.78

1989 906005.85 7.45

1990 971620.9 7.24

1991 1039151.06 6.95

1992 1106273.91 6.45

1993 1150524.86 3.99

1994 1237274.11 7.53

1995 1338978.13 8.22

1996 1443661.95 7.81

1997 1511512.31 4.69

1998 1313100.24 -13.12

1999 1336188.44 1.75

2000 1389769.6 4.01

2001 1442984.6 3.82

2002 1506124.4 4.37

2003 1577171.3 4.71

2004 1656525.7 5.03

2005 1749546.9 5.61

2006 1847126.7 5.58

2007 1963091.8 6.28

2008 2082103.7 6.06

2009 2176975.5 4.55


(61)

Data tabel 4.2 diketahui bahwa pertumbuhan GDP riil di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun pada tahun 1998 GDP riil Indonesia sempat mengalami penurunan yang sangat tajam hingga pertumbuhannya negatif yaitu sebesar 13,12% (Badan Pusat Statistik). Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut sehingga stabilitas perekonomian Indonesia pun turut terganggu (Badan Pusat Statistik).

Cara menghitung tingkat Produk Domestik Bruto Riil yaitu: Tingkat PDB Riil = PDB riil - PDB riil0x100%

PDB riil0 Sumber: Sadono Sukirno (2011:51) Dimana:

PDB Riil: tahun dimana PDB Riil dihitung PDB Riil0:PDB Riil pada tahun sebelumnya

Menurut Rogatianus Maryatmo (2005:80) periode waktu setelah tahun 1983 merupakan periode pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Masih menurut Rogatianus Maryatmo (2005:80) bahwa pada tahun 1983 dan 1984, pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor pertanian. Meskipun demikian, Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa pada masa ini telah tampak peranan sektor nonmigas. Lalu Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa hal ini terjadi karena bulan Mei 1983 dilakukan devaluasi yang diharapkan dapat meningkatlkan daya saing perekonomian dan akhirnya dapat mendorong ekspor nonmigas. Kemudian Rogatianus Maryatmo (2005:80) mengatakan bahwa pada tahun 1989-1995, pertumbuhan ekonomi kembali meningkat, baik karena efek perdagangan dimana terjadi kenaikan ekspor nonmigas maupun kenaikan


(62)

Pada tahun 1996 PDB riil masih tumbuh dengan tingkat 7,98 persen (Nota Keuangan dan RAPBN 1999/2000). Namun sejak pertengahan tahun 1997 pertumbuhan PDB riil mulai mengalami perlambatan dan untuk seluruh tahun PDB riil hanya tumbuh dengan tingkat 4,65 persen (Nota Keuangan dan RAPBN 1999/2000). Pertumbuhan PDB riil menurun tajam dalam tahun 1998 menjadi sekitar minus 13,06 persen (Gambar 4.2). Perlambatan pertumbuhan PDB riil dalam tahun 1997 terutama disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan dan krisis nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, sedangkan kinerja ekonomi yang memburuk dalam tahun 1998 terutama disebabkan oleh dampak krisis nilai tukar rupiah yang telah mengganggu hampir semua sendi-sendi perekonomian nasional (Nota Keuangan dan RAPBN 1999/2000). Tahun 1998 semua lapangan usaha diperkirakan akan mengalami pertumbuhan negatif, kecuali lapangan usaha pertanian yang masih dapat tumbuh positif dengan tingkat cukup lemah (Nota Keuangan dan RAPBN 1999/2000).

Tahun 1999 besarnya GDP riil Indonesia terus meningkat (Nota Keuangan RI, 2010). Ini mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia sedikit demi sedikit mulai menunjukkan pertumbuhan yang semakin membaik pasca krisis yang melanda tahun 1998 (Nota Keuangan RI, 2010). Rata-rata pertumbuhannya berkisar antara 4% hingga 6% dan relatif stabil pada angka tersebut hingga di penghujung tahun 2009 (Nota Keuangan RI, 2010). Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan PDB di Indonesia cukup stabil, untuk tahun 2006-2009 saja pertumbuhan PDB berkisar 4% hingga 6% per tahun (Nota Keuangan RI, 2010).


(63)

yang stabil pula (Nota Keuangan RI, 2010). Kenaikan pendapatan nasional akan mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mengkonsumsi, sehingga besarnya pendapatan nasional akan mempengaruhi besarnya konsumsi masyarakat suatu negara (Nota Keuangan RI, 2010).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif (Badan Pusat Statistik). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pernah dialami pada tahun 1970-an dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 7,5% yaitu antara tahun 1973-1981 (Badan Pusat Statistik). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu terjadi setiap tahun, pada tahun 1982 terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi dunia yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun hingga mencapai 2,3% (Badan Pusat Statistik). Antara tahun 1981-1986 rata-rata pertumbuhan ekonomi turun hingga mencapai 4,46% (Badan Pusat Statistik). Penyesuaian ekonomi dilakukan pemerintah dengan cara membangun sektor keuangan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari resesi ekonomi (Badan Pusat Statistik).

Setelah tahun 1988 pemerintah berhasil membuktikan kebijakan ekonominya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 7,46% dan terus berlanjut hingga tahun 1995 sebesar 8,22% (Badan Pusat Statistik). Kinerja perekonomian mengalami penurunan ketika krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada bulan Juli tahun 1997 (Badan Pusat Statistik).

Kondisi perekonomian nasional pada tahun 1997 menghadapi permasalahan yang kurang menguntungkan berupa krisis moneter, yang kemudian


(64)

krisis ekonomi tersebut, perekonomian semakin memburuk ditandai dengan tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mengalami keterpurukan hingga turun sangat tajam mencapai -18,26% selain itu gejolak kurs dan meningkatnya angka kemiskinan, yang selanjutnya mengkibatkan semakin beratnya kehidupan masyarakat secara luas (Badan Pusat Statistik). Apabila kondisi tersebut tidak ditangani secara terpadu lintas sektoral, dalam jangka pendek akan menyulitkan upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi (Badan Pusat Statistik).

Dalam periode april 1998 sampai dengan oktober 1999 (masa setelah krisis), kebijakan fiskal memainkan peranan yang sangat besar dalam upaya-upaya penyehatan perbankan (Badan Pusat Statistik). Langkah utama yang dilaksanakan adalah penutupan bank-bank yang tidak sehat (Badan Pusat Statistik). Langkah ini bila dibaca dalam kondisi normal merupakan langkah yang tidak lazim dilakukan oleh otoritas fiskal (Badan Pusat Statistik). Selain itu, pemerintah membatalkan dan menunda berbagai mega proyek pemerintah guna memperketat pengeluaran melalui APBN serta mengurangi laju impor barang agar cadangan devisa tidak semakin terkuras (Badan Pusat Statistik).

Sejak tahun 1999 perekonomian Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun, setelah masa krisis perekonomian Indonesia perlahan pulih hingga tahun 2006 (Badan Pusat Statistik). Pada tahun 1999 ekonomi tumbuh sekitar 0,79%, tahun 2000 sekitar 4,92% tahun 2001 sekitar 3,64% dan 2002 sekitar 4,50% (Badan Pusat Statistik). Tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,78%, disusul 5,03% pada tahun 2004, 5,69% pada tahun 2005 dan 5,5% pada


(65)

Gambar 4.1

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1969-2009 Sumber: Statistik Indonesia, BPS

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung berfluktuatif (Badan Pusat Statistik). Dari tahun 1980an hingga tahun 1990an, pertumbuhan ekonomi sangat tidak stabil (Badan Pusat Statistik). Mulai tahun 1990an pertumbuhan ekonomi cenderung stabil, namun krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun sangat tajam hingga ke level negatif (Badan Pusat Statistik). Pada sekitar tahun 2000an perekonomian Indonesia mulai mengalami masa pemulihan, hingga sekarang berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi tetap stabil (Badan Pusat Statistik). Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi diasumsikan mencapai 5,8% tingkat inflasi 5,3% dan PDB diperkirakan mencapai 6.253,8 triliyun rupiah (Badan Pusat Statistik).

4.1.3 Deskriptif Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia

Pajak merupakan sumber penerimaan utama suatu negara yang bersumber baik dari dalam maupun luar negeri dan paling diandalkan oleh pemerintah.


(66)

Adapun perkembangan pengeluaran pemerintah dalam 30 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Penerimaan Pajak Pemerintah Indonesia Tahun 1980-2009

Tahun Penerimaan Pajak Oleh Pemerintah (Miliar Rupiah)

Growth (%)

1980 9911 0

1981 11876.2 19.82

1982 11982.7 0.89

1983 13913.7 16.11

1984 15218.2 9.37

1985 17761.1 16.70

1986 14993.3 -15.58

1987 10756 -28.26

1988 13477 25.29

1989 17488 29.76

1990 21834 24.85

1991 26546 21.58

1992 32122 21.00

1993 39772 23.81

1994 46886 17.88

1995 52989 13.01

1996 57340 8.21

1997 70935 23.70

1998 96082 35.45

1999 107123 11.49

2000 115800 8.10

2001 185500 60.18

2002 210100 13.26

2003 242000 15.18

2004 280800 16.03

2005 346800 23.50

2006 425053 22.56

2007 429011 0.93

2008 633819 47.73

2009 641380 1.19

Sumber: -Nota Keuangan RI, Departemen Keuangan (Data Diolah) -International Financial Statistic CD-room (Data Diolah)

Tabel 4.3 memperlihatkan besarnya penerimaan pajak yang diterima oleh pemerintah selama 30 tahun terakhir (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Dalam kurun waktu 1984-1988 penerimaan pajak memperlihatkan peningkatan yang cenderung stabil dari tahun ke tahunnya (Nota Keuangan dan RAPBN, 1988). Kenaikan penerimaan dari sektor perpajakan ini telah menyebabkan penerimaan dalam negeri semakin tangguh karena sedikit demi sedikit telah mampu


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abu N.M. Wahid. 2008. An Empirical Investigation on the Nexus between Tax Revenue and Government Spending: The Case of Turkey.International Research Journal

of Finance and Economics ISSN 1450-2887 Issue 16. Achmad Fuad Rahmany, 2011. http://www.kompas.com

Ai Siti Farida, SE.,Msi, 2011. Sisitem Ekonomi Indonesia. CV Pustaka Setia:Bandung

Aliasuddin dan Taufiq C Dawood. 2008.

Pertumbuhan

Ekonomi

Dan

Pengeluaran Pemerintah

. Makalah disampaikan pada Seminar Universitas

Syiah Kuala, Universitas Bengkulu dan Universiti Kebangsaan Malaysia.

Banda Aceh, 27-28 Oktober 2008. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala

Darussalam-Banda Aceh.

Andi Supangat, 2007.Statistika. Jakarta : Prenada Media Group

Anggito Abimanyu, (Eds).2009, Era Baru Kebijakan Fiskal. Jakarta: Kompas Buletin Teknis No. 04 Penyajian Dan Pengungkapan Belanja Pemerintah

Cheng, B, S. 1999. Causality Between Taxes and Expenditures : Evidence From Latin American Countries. Journal of economics and finance. LA. Southern University Baton Rouge)

Deloughy, S.T. 1999. The Causal Relationship Between Tax Revenues And Expenditures : The case of connecticut. The journal of bussiness and economic studies. Western connecticut : State University

Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP)

Eddi Wahyudi dkk, 2009.Pengaruh Economic Shock Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Wilayah Pajak Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1 Estache, Antonia and Rossi, Martin A. (2007), ”Comparing the Performance of Publc

and Private Water Companies in Asia and Pacific Region What a Stochastic Cost Frontier Shows”, working paper.

Faisal Basri, 2002.Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Erlangga

Harry,2010.http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=136386 Hatta Rajasa, 2010. http://www.kompas.com


(2)

Herman, 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Dan Pajak Pertambahan Nilai. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.7 No.1: 83 – 105

Hondroyiannis, G. and Papapetrou, E. 1999.

An Examination of The Causal

Relationship Between Government Spending and Revenue: A Cointegration

Analysis, Public Choice

(1986-1998).

Netherlands: Kluwer Academic

Publishers.

Jamzani Sodik, 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Studi Kasus Data Panel di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 12 No.1 Hal 27-36

John Hutagaol, 2007.Perpajakan: Isu-isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Lin, Steven A Y. 1994. Government Spending and Economic Growth. Applied

Economic. 26. 83-94

Lukman Hakim, 2009. http://kompas.com

M.Iqbal Alamsyah, 2011. Dirjen Pajak Kemenkeu Gagal Penuhi Target Penerimaan Pajak 2010, Korupsi Dimana-mana http://rimanews.com/read/20110104/11608/dirjen-pajak-kemenkeu-gagal-penuhi-target-penerimaan-pajak-2010-korupsi-dimana

Ma'mur Hasanuddin, 2011. http://okezone.com

Mankiw, N. Gregory. 2006.Makro Ekonomi Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta Mankiw, N. Gregory, 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Mardiasmo, 2002. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi

McConneIl,Brue,and Barbieroρ. 2005. Macro Economics, 10'h Edition. McGraw HiIl

Mithani, DM. and Khoon, G.S.1999.

Causality Between Government Expenditure

and Revenue in Malaysia, A seasonal Cointegration Test, ASEAN Economic

Buletin. Malaysia

: Northern University of Malaysia.

Miyasto, 1997. Sistem Perpajakan Nasional dan Era Ekonomi Global, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Madia dalam Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Mochamad Tjiptardjo. 2010. http://forum.vivanews.com


(3)

Prof. Dr. Tulus T.H Tambunan, 2011. Perekonomian Indonesia. Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Ghalia Indonesia:Bogor

Ram, R. (1986),“Government Size and Economic Growth: a New Framework and Some Evidence from Crosssection and Time Series Data, American Economic Review, 76, pp. 191-203.

Ramayandi (2003) berjudulEconomic Growth And Government Size In Indonesia: Some Lessons For The Local Authorities Department of Economics

Rusman Heriawan, 2010. http://www.kompas.com

Saez Marta Pascual and Santiago Álvarez-García,2006. “ Government Spending And Economic Growth In The European Union Countries :An empirical Approach.”JEL, http:/ssrn.org/-id14104. Diakses tanggal 5 Oktober 2009.

Samuelson, Paul A. 1997.Ekonomi, Jilid I. Jakarta: Erlangga

Siti Aisyah Tri Rahayu, 2004. Peranan Sektor Lokal dalam Pertumbuhan Ekonomi Regional di Wilayah Surakarta.Kinerja, Volume 8, No.2,Hal.133-147.

Sri Mulyani, 2010.Harian Ekonomi Neraca.

Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

Sukirno, Sadono. 2011.T.eori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Edisi Pertama, Jakarta. Suandi, Erly. 2006,Perencanaan Pajak, Jakarta: Salemba Empat, Edisi Tiga. Sugiyono, 2006,Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suminto, 2004. Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajjemen Keuangan Negara.

Jakarta:Ditjen Anggaran, Depkeu.

Susilo Bambang Yudhoyono, 2011. http://www.kompas.com

Suryadi, 2006.Model Hubungan Kausal Kesadaran Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak:Suatu Survey di Wilayah Jawa Timur”, Jurnal Keuangan Publik Vol 4:105-121.

Taha, Roshaiza dkk., 2011, The Effect of Economic Growth on Taxation Revenue : The Case of a Newly Industrialized Country, Malaysia University, Malaysia


(4)

Todaro, Michael dan Stephen C Smith. 2003.Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun, 2001:155.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2009 Pasal 1 angka 11.

UU No. 17/2006 perubahan dari UU No. 10/1995 Pasal 1

Waluyo, 2007,Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat , Edisi Kedua

Waluyo, dan Wirawan B Ilyas, 2003,Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat. Jakarta.

Wahyudi, Eddy, 2006.Dampak Fluktuasi Terhadap Penerimaan Pajak, Program Doktor Managemen dan bisnis IPB, Bogor

William A. Mc Eachern diterjemahkan Sigit Triandaru, 2000. Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer.Salemba Empat. Jakarta

Yanuar Rizky, 2011. http://www.kompas.com

Yosepin, Maria, 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Terhadap Penerimaan Pajak (PPh nonmigas dan PPN), Tanggerang

http://berita.liputan6.com/read/314352/Penerimaan_Pajak_2010_Tak_Mencapai_Target Penerimaan_Pajak_2010_Tak_Mencapai_Target

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/05/10085899/Ditjen.Pajak.Ditantang.Ti ga.Kendala

http://bataviase.co.id/detailberita-10569616.html http://buletininfo.com/?menu=news&id=6318

http://www.radjawarta.com/akbar-hak-angket-justeru-membantu-pemerintah http://www.bps.go.id


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama

: Marlina Nova Sihombing

Tempat, Tanggal Lahir

: Bandung, 30 November 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

NIM

: 21108148

Jurusan

: Akuntansi

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl. Cicukang Utara No. 25 Bandung

PENDIDIKAN

Pendidikan Formal :

1996-2002

: SDN Sukakarya 3 Bandung

2002-2005

: SLTP Santa Maria Bandung

2005-2008

: SMA Karya Pembangunan 2 Bandung

2008-2012

: UNIKOM Bandung


(6)

DATA ORANG TUA

Ayah

: Marupa Sihombing

Pekerjaan

: Wiraswasta

Ibu

: Tinur Silaban

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Jl. Cicukang Utara No. 25 Bandung

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Juli 2012

Penulis