Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia

(1)

ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH EFFECT ON REVENUE TAX INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jejang S1

Oleh : Gita Purnamasari

21107048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2011


(2)

v mengalami kontraksi pada tahun 2008 sebesar 3,6% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan laju PDB pada tahun tersebut merupakan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir, Sektor Industri Pengolahan mengalami pukulan telak. Sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 35,7% menjadi 14,0%. Pengaruhnya semakin besar karena sektor ini berperan sebagai penyumbang terbesar dalam struktur penerimaan pajak, Rendahnya realisasi penerimaan di semester I, dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi, turunnya volume dan nilai impor, turunnya harga rata-rata minyak, dan penurunan penerimaan PPN impor, dan Jenis pajak yang tidak akan tercapai targetnya adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Dalam Negeri (PPN PPnBM DN) sebesar Rp136,9 triliun (98,6 persen), PPN dan PPnBM impor Rp. 66,2 triliun (69,8 persen). Selain itu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Rp7,0 triliun, dan pajak lainnya Rp3,3 triliun (91,8 persen).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Unit analisis Penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB) periode tahun 2000-2009 dan jumlah Penerimaan Pajak periode tahun 2000-2009. Penggunaan Statistik yang digunakan adalah uji linieritas, analisis regresi linier sederhana, analisis kolerasi, analisis koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 16.0 for Window.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Perkembangan ekonomi indonesia jika dilihat dari PDB pada tahun 2000-2009 menunjukan pertumbuhan ekonomi. Selama periode tahun 2000-2009 PDB nasional banyak disumbangkan dari produk non migas sebesar lebih dari 50 persen. Hal ini menunjukan bahwa peran non migas sangat besar. Meskipun pada kurun waktu tahun 2008 indonesia menerima dampak dari krisis finansial dunia dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Perubahan penerimaan Pajak Indonesia periode 2000-2009 mengalami peningkatan. Selama tahun 2000-2000-2009 PPh non Migas tidak dapat mencapai target yang direncanakan pada setiap tahunnya. Penerimaan Pajak Indonesia pada tahun 2008 merupakan peningkatan yang tertinggi. Krisis finansial dunia pada tahun 2008 tidak berdampak pada penerimaan pajak. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan penerimaan Pajak Indonesia periode 2000-2009. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi akan meningkat dengan meningkatnya penerimaan pajak. Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Penerimaan Pajak, PDB


(3)

Indonesia in 2008 experiencing shrinkage by 3.6% when compared with the previous year. Decrease in the rate of GDP in that year was the biggest in the last three years, the Processing Industry Sector suffered a severe blow. This sector was experiencing a growth slowdown compared to the same period last year, i.e. from 35.7% to 14.0%. The effect was greater since this sector serves as the largest contributor in the structure of tax revenue. Low revenue realization in the first semester, affected by the slowing economic growth, the decline in volume and value of imports, the decline in the average price of oil, and reduction of import VAT receipts, and tax type which will not be achieve the target are the Value Added Tax and Sales Tax Affairs (DN PPnBM VAT) amounting to Rp. 136,9 billion (98.6 percent), import VAT and luxury sales tax of Rp. 66,2 trillion (69.8 percent). In addition duty of acquiring land rights and buildings (BPHTB) Rp. 7,0 billion, and other taxes Rp. 3,3 trillion (91.8 percent).

The method used in this research is descriptive verificative method. The unit of analysis in this study was the Gross Domestic Product (GDP) in 2000-2009 period and the amount of tax revenue in the period of 2000-2000-2009. The usage statistics that’s being used were the linearity test, simple linear regression analysis, analysis of correlation, analysis of determination coefficient, hypothesis test and also using the assistance of SPSS 16.0 program for Window applications.

The results showed that the economic development of Indonesia when viewed from the GDP in 2000-2009 showed an economic growth. During the period of 2000-2009 many of the national GDP donated from non-oil products by more than 50 percent. This shows that the role of non-oil is very large. Although in the 2008 period Indonesia received the impact of world financial crisis by slowing of the economic growth in 2008. Changes of Indonesia’s tax revenues in 2000-2009 period have increased. During the years of 2000-2009 the non-oil and gas income tax can not achieve the planned targets in each year. Indonesia’s Tax Revenue in 2008 was the highest increase. World financial crisis in 2008 had no impact on tax revenues. Based on the results of the research there is a significant influence between Economic Growth with Indonesia’s Tax receipts in 2000-2009 period. This means that economic growth will increase with the increase in tax revenues.


(4)

vi Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Kasih dan Karunia-Nya, yang senantiasa memberikan kekuatan dan pengharapan sehingga penulis dapat menyelesainya penelitian, penulisan, dan penyusunan skripsi

dengan judul ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK INDONESIA” .

Tentunya dalam proses penelitian, penulisan serta penyusunan skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun berkat bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Berkaitan dengan hal di atas maka penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh Siti Kurnia Rahayu SE, M.Ak., Ak sebagai dosen pembimbing. Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan dari dasar hati yang paling dalam kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M. Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

3. Sri Dewi Anggadini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

4. Kedua Orang Tua, Kakak, Adikku, dan Rifal yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan tiada henti


(5)

vii 5. Seluruh Dosen UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan 6. Ibu Senny dan Ibu Donna atas bantuan kesekertariatan selama ini

7. Alm. Iland yang menjadi motivasi untuk selalu mengerjakan skripsi

8. Semua teman-temanku kelas Akuntansi 2 dan Konsentrasi Pajak khususnya Ester dan Esty.

9. Semua Pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kiranya Tuhan memberkati setiap pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bandung, Mei 2011 Penulis

Gita Purnamasari NIM. 211 07 048


(6)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ………...………...……...………... i

PERNYATAAN KEASLIAN………...…...………... ii

MOTTO………...…………...…...……...….……... iii

ABSTRACT………...………...…….…...……... iv

ABSTRAK………...….………...………...…..…..... v

KATA PENGANTAR……….……….….…...…... vi

DAFTAR ISI ………...…………...………...…....…. viii

DAFTAR GAMBAR………...………. xii

DAFTAR TABEL ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………....……….………. 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah .……...….……….…...….. 5

1.2.1 Identifikasi Masalah .……..………....…...……….. 5

1.2.2 Rumusan Masalah ……..………....………...….. 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……….. 6

1.3.1 Maksud Penelitian ………...….……….. 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ………...…….……….. 6


(7)

ix

1.4.2 Kegunaan Akademis ………...……….. 7

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.1.2 Penerimaan Pajak ………..………...….. 13

2.2 Kerangka Pemikiran ………....……….... 19

2.3 Hipotesis ………...……….... 21

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ……… 22

3.2 Metode Penelitian ………..………….…... 22

3.2.1 Desain Penelitian ……….…...….….. 24

3.2.2 Operasional Variabel ……….… 25

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data ……...………... 28

3.2.3.1 Sumber Data………...…... 27

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data………...…... 28

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ………...…... 29

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ………. 30

3.2.5.1 Rancangan Analisis ……… 30


(8)

x

3.2.5.1.3 Analisis Korelasi………...……... 32

3.2.5.1.4 Koefisien Determinasi………...…...….... 33

3.2.5.1.5 Uji Hipotesis………...……... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ………... 37

4.1.1Sejarah Perpajakan Indonesia ……….……….………….. 37

4.2 Analisis Deskritif Variabel yang Diteliti ……….………… 45

4.2.1Perkembangan Pertumbuah Ekonomi Indonesia ……..…………. 45

4.2.2Perkembangan Penerimaan Pajak ……….………...……. 78

4.3Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak ……... 84

4.3.1Uji Linieritas………...…….…… 84

4.3.2Persamaan Regresi Linier Sederhana ………...……..…. 85

4.3.3Analisis Korelasi ………...…….…… 86

4.3.4Analisis Koefisien Determinasi ………....………... 87

4.4Pengujian Hipotesis …...……... 88

4.4.1Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t) ………...……….…. 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ………...……….……... 91


(9)

xi LAMPIRAN-LAMPIRAN LAIN………...………...…...… xvii


(10)

xii Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis……...…….. 35 Gambar 4.1 Tren Perkembangan Pertumbuhan Indonesi 2000-2009………….. 75 Gambar 4.2 Tren Perkembangan Penerimaan Pajak Indonesia...………. 79 Gambar 4.3 Kurva Uji Hipotesis Parsial X terhadap Y...……….. 72


(11)

xiii

Tabel 1.1 Waktu Penelitian ...………. 9

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ………. 29

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Kolerasi …………....………. 29

Table 4.1 Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Berlaku……….. 46

Tabel 4.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2001……...……. 54

Tabel 4.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Tahun 2001……...…...…. 55

Table 4.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto Tahun 2001…………...…. 55

Table 4.5 Ekspor dan Impor Barang dan Jasa Tahun 2001... 56

Tabel 4.6 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2002……...……. 57

Tabel 4.7 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Tahun 2002……...…...…. 57

Tabel 4.8 Pembentukan Modal Tetap Bruto Tahun 2002…………...…. 58

Table 4.9 Ekspor dan Impor Barang dan Jasa Tahun 2002... 58

Tabel 4.10 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2003……...……. 59

Tabel 4.11 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Tahun 2003……...…...…. 60

Table 4.12 Pembentukan Modal Tetap Bruto Tahun 2003…………...…. 60

Table 4.13 Pembentukan Modal Tetap Bruto Tahun 2003…………...…. 61

Tabel 4.14 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDB Penggunaan Tahun 2004... 62

Tabel 4.15 Laju Pertunbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2004... 63


(12)

xiv

Tabel 4.18 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDB Penggunaan Tahun 2006... 68

Tabel 4.19 Laju Pertunbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2006... 69

Table 4.20 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDB Penggunaan Tahun 2007... 71

Table 4.21 Laju Pertunbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007... 72

Tabel 4.22 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDB Penggunaan Tahun 2008... 74

Tabel 4.23 Perkembangan PDB Tahun 2000-2009………. 75

Tabel 4.24 Rencana dan Pencapaian Penerimaan Pajak………. 79

Table 4.25 Perkembangan Penerimaan Pajak tahun 2000-2009………. 83

Table 4.26 Uji Linieritas... 85

Table 4.27 Koefisien Regresi Linier Sederhana... 86

Tabel 4.28 Koefisien Korelasi antara X dan Y... 87

Tabel 4.29 Koefisien Determinasi... 88


(13)

xv Boediono, Ekonomi Moneter. 1998. Yogyakarta. BPFE.

Boediono. 2009. Laporan Kebijakan Moneter. Bank Indonesia.

Budi, Chandra, 2009, Kompas. Diakses pada 23 Desember 2009 dari Kompasiana

Web:

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2009/12/23/pajak-orang-kaya-sebagai-penolong/

Glen A Iswara. Nopirin. 1986. Ringkasan Bacaan Pilihan Ekonomi Moneter.

Yogyakarta, Cetakan I. BPFE.

Hadi, Giana, 2009, Membuka Cakrawala Ekonomi, Jakarta ,PT. Setia Purna

Mankiw, N. Gregory. 2006. Makro Ekonomi Edisi Keenam. Jakarta, Erlangga

McEachern A., William, 2000, Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer

(diterjemahkan oleh Sigit Triandaru, SE), Jakarta, Salemba Empat

Prasetyantoko, A., 2008. Bencana Finansial Stabilitas sebagai Barang Publik.

Jakarta. Kompas Media Nusantara

Narimawati, Umi, 2010. Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta, Genesis.

Sukirno, Sadono, 2009. Makro ekonomi: teori Pengantar. Edisi ketiga. Jakarta.

Rajagrafindo Persada

S. Alam. 2006. Ekonomi. Jakarta. Erlangga

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta


(14)

xvi http://www.danareksa-research.com/ekonomi/publikasi-media/177-menu-options

Taha, Roshaiza dkk., 2011, The Effect of Economic Growth on Taxation Revenue :

The Case of a Newly Industrialized Country, Malaysia, Malaysia University

Untoro, Joko, 2010, Ekonomi, Jakarta, Kawahmedia

Wahyudi, Eddy, 2006, Dampak Fluktuasi Terhadap Penerimaan Pajak, Program

Doktor Managemen dan bisnis IPB, Bogor

Yosepin, Maria, 2007, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Terhadap


(15)

1

1.1. Latar Belakang Penelitian

Bulan September 2008 adalah bulan dimana perusahaan-perusahaan terbesar di dunia ambruk. Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun 2008. Sejumlah kebijakan yang sangat agresif di tingkat global telah dilakukan untuk memulihkan perekonomian. Di Amerika Serikat, sebagai episentrum krisis, kebijakan pemerintah baru yang menempuh langkah serius untuk mengatasi krisis, menjadi faktor positif yang dapat mengurangi pesimisme akan resesi yang berkepanjangan dan risiko terjadinya depresi. Sementara itu,kemauan negara-negara industri maju lainnya untuk berkoordinasi dalam kebijakan pemulihan ekonomi juga diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pelaku pasar. Namun, proses berbagai lembaga keuangan memperbaiki struktur neracanya (deleveraging) yang diperkirakan

masih terus berlangsung, serta dampak umpan balik dari sektor riil ke sektor keuangan, menyebabkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi.

Resesi ekonomi tersebut akan semakin memperlemah posisi negara berkembang seperti Indonesia. Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis perekonomian global adalah pada sektor keuangan melalui aspek


(16)

sentimen psikologis maupun akibat merosotnya likuiditas global. Penurunan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50 persen, dan depresiasi nilai tukar rupiah disertai dengan volatilitas yang meningkat. Sepanjang tahun 2008, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sebesar 17,5 persen. Kecenderungan volatilitas nilai tukar rupiah tersebut masih akan berlanjut hingga tahun 2009 dengan masih berlangsungnya upaya penurunan utang- utang (deleveraging) dari lembaga

keuangan global (Laporan Kebijakan Moneter, Triwulan I-2009).

Krisis ekonomi mengakibatkan kerusakan struktural perekonomian dibeberapa Negara. Shock akan menyebabkan fluktuasi ekonomi yang mengakibatkan

terjadinya penyimpangan output terhadap tren berupa kontraksi atau ekspansi

ekonomi yang kemudian akan membentuk sebuah pola siklus naik turun disebut

business cycle. Aktivitas naik turunanya perekonomian tersebut terekam dalam

agregat ekonomi yang tertransmisi ke kinerja penerimaan Negara tercermin dalam APBN (Eddy Wahyudi dkk., 2006:208).

Krisis keuangan global yang mulai berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III tahun 2008 akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia baik disisi neraca pembayaran, neraca sektor riil dan APBN. Berbagai perkembangan tersebut, peningkatan pengangguran tenaga kerja dan jumlah masyarakat miskin merupakan dampak berikutnya yang akan segera dialami oleh perekonomian nasional akibat krisis perekonomian global. Saat ini, fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) telah terjadi pada industri-industri yang berorientasi ekspor, menyusul kemudian rencana PHK pada industri tekstil dan


(17)

produk tekstil (TPT) dan kertas, dan rencana merumahkan tenaga kerja pada industri perkayuan dan industry perkebunan (Kebijakan Moneter 2009, Boediono), hal tersebut akan berdampak pada laju PDB itu sendiri. Laju PDB di Indonesia mengalami kontraksi pada triwulan ke empat tahun 2008 sebesar 3,6% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan laju triwulanan PDB pada triwulan ke empat tersebut merupakan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir (Asti Suwarni, Majalah Warta Ekonomi 2009).

Lesunya ekonomi dunia (Amerika) membuat mereka lebih memberdayakan ekonomi lokalnya. Sehingga menempuh kebijakan menghentikan impor dari negara lain, termasuk Indonesia. Efek dominonya adalah ekportir Indonesia mengalami kelesuan permintaan. Otomatis mempengaruhi pembayaran pajaknya. Sampai dengan Triwulan III Tahun 2009, sektor Industri Pengolahan mengalami pukulan telak. Sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 35,7% menjadi 14,0%. Pengaruhnya semakin besar karena sektor ini berperan sebagai penyumbang terbesar dalam struktur penerimaan pajak (Chandra Budi, Kompas 2009).

Terganggunya penerimaan pajak akan mempengaruhi tiga aspek penting secara terintegrasi, yaitu: ekonomi, politik dan sosial (Eddy Wahyudi, dkk., 2009:69). Dengan demikian kinerja penerimaan pajak sangat tergantung dari aktifitas bisnis yang ada. Menkeu mengungkapkan hal itu ketika menyampaikan Laporan Semester I, Prognosa Semester II 2009, dan RAPBN 2009 dalam rapat kerja panitia Anggaran


(18)

DPR. Rendahnya realisasi penerimaan di semester I, menurut Menkeu, dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi, turunnya volume dan nilai impor, turunnya harga rata-rata minyak, dan penurunan penerimaan PPN impor. Menkeu mengungkapkan, dari berbagai jenis pajak, jenis pajak yang realisasinya akan mencapai 100 persen atau lebih adalah pajak penghasilan (PPh) non migas Rp290,9 triliun (103,6 persen), PPh migas Rp49,5 triliun (127,7 persen), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp23,9 triliun (100 persen). Sementara jenis pajak yang tidak akan tercapai targetnya adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Dalam Negeri (PPN PPnBM DN) sebesar Rp136,9 triliun (98,6 persen), PPN dan PPnBM impor Rp. 66,2 triliun (69,8 persen). Selain itu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Rp7,0 triliun, dan pajak lainnya Rp3,3 triliun (91,8 persen). "Realisasi penerimaan PPN terus menurun seiring menurunnya aktivitas ekonomi," katanya dalam raker dengan Komisi XI DPR, kemarin. Menkeu menuturkan penurunan juga terjadi pada penerimaan PPh migas yang hanya sebesar Rp16,6 triliun atau 42,8% dari target 2009 sebesar Rp38,8 triliun. Pencapaian penerimaan pajak sangat dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi. Akibat penurunan ekonomi dunia, maka pajak terkena imbasnya. Pengaruhnya secara nyata terjadi pada sektor berbahan baku impor dan atau berorientasi ekspor. Realisasi penerimaan pajak nonmigas pada Oktober 2008 hanya tumbuh 22 persen dibandingkan dengan Oktober 2007, yang pertumbuhannya mencapai 39-40 persen. Pertumbuhan pajak itu terutama dipengaruhi oleh penurunan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor akibat


(19)

perlambatan kegiatan ekspor, dan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh). (Rapat Kerja Panitia Anggaran DPR RI, 2009).

Berdasarkan masalah diatas maka dalam studi ini akan mengamati seberapa besar pengaruh. Termasuk diantaranya memasukkan beberapa variabel yang berhubungan dengan Penerimaan Pajak. Oleh karena itu permasalahan yang nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Indonesia” 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sangat menarik untuk mengamati dan mengembangkan lebih lanjut mengenai Analisa Fluktuasi Ekonomi Indonesia Terhadap Penerimaan Pajak.

1. Laju PDB di Indonesia mengalami kontraksi pada tahun 2008 sebesar 3,6% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan laju PDB pada tahun tersebut merupakan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir.

2. Sektor Industri Pengolahan mengalami pukulan telak. Sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 35,7% menjadi 14,0%. Pengaruhnya semakin besar karena sektor ini berperan sebagai penyumbang terbesar dalam struktur penerimaan pajak.


(20)

3. Rendahnya realisasi penerimaan di semester I, dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi, turunnya volume dan nilai impor, turunnya harga rata-rata minyak, dan penurunan penerimaan PPN impor..

4. Jenis pajak yang tidak akan tercapai targetnya adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Dalam Negeri (PPN PPnBM DN) sebesar Rp136,9 triliun (98,6 persen), PPN dan PPnBM impor Rp. 66,2 triliun (69,8 persen). Selain itu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Rp7,0 triliun, dan pajak lainnya Rp3,3 triliun (91,8 persen).

1.2.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang ingin penulis ketahui adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 2000-2009.

2. Bagaimana penerimaan Pajak Indonesia periode 2000-2009.

3. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan pajak Indonesia.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia, guna bermanfaat bagi bagian Akademi pada Fakultas Ekonomi di UNIKOM.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :


(21)

1. Untuk mengetahui Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 2000-2009. 2. Untuk mengetahui Penerimaan Pajak Indonesia periode 2000-2009.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini menjelaskan tentang manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian, dan bagi pihak – pihak yang akan diperoleh data dan informasinya dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan baru. Khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca hasil penelitian ini, serta bagi Jurusan Akuntansi itu sendiri.

1.4.1 Kegunaan Praktis

Kegunaan yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya Penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak.

2. Bagi Instansi

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan.


(22)

Pihak lain yang dimaksud adalah pembaca. Usulan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai perpajakan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Pengembangan ilmu Perpajakan serta memberi masukan untuk jurusan manajemen informatika.

2. Diharapkan dapat dijadikan acuan atau referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak.

3. Mengimplementasikan hasil dari pembelajaran selama masa perkuliahan di Universitas Komputer Indonesia

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian pada Badan Pusat Statistik. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada Maret 2011 sampai dengan Juli 2011.


(23)

Tabel 1.6 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Maret 2011 April2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011

Pra Survei :

a. Persiapan Judul b. Persiapan teori

c. Pengajuan Judul Skripsi

Proses Usulan Penelitian:

a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP Pengumpulan Data Pengolahan Data

Proses Penyusunan Skripsi:

a. BimbinganSkripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi


(24)

10

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian Pertumbuhan ekonomi menurut Dr. Joko Untoro (2010:39) “Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang.”

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi menurut Kuznets dalam Buku Membuka Cakrawala Ekonomi (2009:11)

“Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil.

1. Teori Dan Model Pertumbuhan Ekonomi

Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt

Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang


(25)

klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi .

1. Teori Inovasi Schum Peter

Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.

3 Model Pertumbuhan Harrot-Domar

Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.

4 Model Input-Output Leontief.

Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .

5 Model Pertumbuhan Lewis

Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak (padat) penduduknya.Tekanannya adalah pada


(26)

perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.

2. Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut Imamul Arifin & Gina Hadi W (2009:11)

“Indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu Negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB)”

Beberapa alasan digunakannya PDB (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut.

1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan

seluruh aktivitas produksi di dalam perekonopmian. Hal ini, peningkatan PDB mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept). Artinya,

perhitungan PDB mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencangkup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam menghitung PDB memungkinkan seseorang untuk membandingkan jumlah output pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik). Hal ini memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.


(27)

Menurut McEachern Produk Domestik Bruto (PDB) (2000:146)bahwa: “Produk domestik bruto / GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.”

Pengertian Produk Domestik Bruto menurut Sukirno (2004 : 17), yaitu: “Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia mempunyai peranan penting dalam menggambarkan (i) tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, dan (ii) perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu.”

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto.

Faktor baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi PDB menurut teori Keynes, PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX).


(28)

2.2 Pengertian Penerimaan Pajak 1. Definisi Pajak

Definisi pajak yang terkenal dalam dunia akademik dikemukakan oleh Rochmat Soemitro (2004;139) yaitu “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Dari definisi di atas terlihat bahwa pajak harus berdasarkan Undang-undang yang disusun dan dibahas bersama antara pemerintah dan DPR sehingga pajak merupakan ketentuan berdasarkan kehendak rakyat, bukan kehendak penguasa semata. Pembayar pajak tidak akan mendapat imbalan langsung. Manfaat dari pajak akan dirasakan oleh seluruh masyarakat baik yang membayar pajak maupun yang tidak membayar pajak.

Undang-undang perpajakan sendiri tidak memberikan definisi pajak sampai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. Baru pada Undang-undang inilah definisi pajak dicantumkan. Adapun definisi pajak menurut Undang-undang ini adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Definisi versi UU KUP ini nyaris hampir sama dengan definisi Rochmat Soemitro. Kata-kata “iuran” diganti dengan kata “kontribusi” yang nadanya lebih bersifat positif karena mengandung makna partisipasi masyarakat. Kemudian ada tambahan “bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat” yang membuat kata pajak


(29)

lebih bernilai positif karena untuk tujuan kemakmuran rakyat melalui penyediaan barang dan jasa publik seperti pertahanan, keamanan, pendidikan, kesehatan, jalan raya, dan fasilitas umum lainnya.

2. Fungsi Pajak

Sebenarnya, dari definisi pajak di atas sudah tergambarkan fungsi dari pajak yaitu untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa publik. Namun demikian, dalam literatur-literatur perpajakan, dikenal dua macam fungsi pajak yaitu fungsi penerimaan (budgetair) dan fungsi mengatur (regulair). Fungsi

penerimaan adalah fungsi utama pajak. Pajak ditarik terutama untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka menyediakan barang dan jasa publik. Saat ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai oleh pajak. Dua pajak penyumbang penerimaan terbesar adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dengan demikian, dua jenis pajak ini lebih memiliki fungsi penerimaan (budgetair) ketimbang fungsi mengatur. Selain berfungsi

sebagai sumber penerimaan negara, pajak juga memiliki fungsi mengatur. Dalam fungsi ini, pajak mengarahkan perilaku sekelompok warga negara agar bertindak sesuai yang diinginkan.

3. Penerimaan Pajak

Sudut pandang ekonomi menilai pajak sebagai salah satu primadona penerimaan Negara yang paling pontesial, sebab peningkatan penerimaan dalam negeri dari sector pajak adalah suatu yang wajar karena secara logis jumlah pembayaran pajak dari tahun ke tahun akan semakin besar berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi masyarakat.


(30)

Sehingga penerimaan Negara dari sektor pajak adalah pendapat yang diterima Negara dari kontribusi masyarakat kepada Negara, diluar pendapatan dari sector migas. Berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No. SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP) disebutkan mengenai jenis-jenis penerimaan dari pajak, yaitu penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan pajak perdagangan internasional.

Jenis-jenis penerimaan sektor pajak antara lain : I. Pendapatan pajak dalam negeri

1. Pendapatan pajak penghasilan (PPh) a. Pendapatan PPh migas :

Pendapatan PPh Minyak Bumi Pendapatan PPh Gas Alam

Pendapatan PPh lainnya dari Minyak Bumi Pendapatan PPh Migas lainnya

b. Pendapatan PPh non Migas : Pendapatan PPh pasal 21 Pendapatan PPh pasal 22 Pendapatan PPh pasal 22 Impor Pendapatan PPh pasal 23

Pendapatan PPh pasal 25/29 orang pribadi Pendapatan PPh pasal 25/29 Badan

Pendapatan PPh pasal 26 Pendapatan PPh Final


(31)

Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya 2. Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Pendapatan PPN

Pendapatan PPN Dalam Negeri Pendapatan PPN Impor

Pendapatan PPN lainnya b. Pendapatan PPnBm

Pendapatan PPnBM Dalam Negeri Pendapatan PPnBM Impor

Pendapatan PPnBM lainnya 3. Pendapatan pajak bumi dan Bangunan

Pendapatan PBB pedesaan Pendapatan PBB Perkotaan Pendapatan PBB Perkebunan Pendapatan PBB Kehutanan Pendapatan PBB Pertambangan Pendapatan PBB lainnya

4. Pendapatan BPHTB 5. Pendapatan Cukai

Pendapatan Cukai Hasil Tembakau Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol

Pendapatan Cukai Minuman Mengandung Ethyl Alkohol Pendapatan Denda Administrasi Cukai


(32)

Pendapatan Cukai Lainnya 6. Pendapatan Pajak Lainnya

Pendapatan Bea Materai

Pendapatan dari Penjualan Benda Materai Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya 7. Pendapatan Bunga Penagihan Pajak

Pendapatan Bunga Penagihan PPh Pendapatan Bunga Penagihan PPN Pendapatan Bunga Penagihan PPnBM Pendapatan Bunga Penagihan PTLL II. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

1. Pendapatan Bea Masuk Pendapatan bea Masuk

Pendapatan Masuk Tanggung Pemerintah atas hibah (SPM nihil) Pemdapatan Denda Administrasi Pabean

Pendapatan Bea Masuk Dalam Rangka Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

Pendapatan Pabean lainnya

2. Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor

2.1.5. Keterkaitan antar Variabel Penelitian

Teori pendukung yang menghubungkan menurut Hatta Rajasa (2010) dalam Koran Kompas sebagai berikut:


(33)

“Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak, jika ekonomi meningkat, tentu pajak akan meningkat.”

Sedangkan menurut Menteri Keuangan dalam Harian Ekonomi Neraca (2010) yang menyatakan bahwa:

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh kepada penerimaan perpajakan, namun pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan penerimaan perpajakan, baik melalui intensifikasi maupun ekstensiiikasi.”

2.2 Kerangka Pemikiran

Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi Indonesia adalah bagian dari ekonomi global, sudah tentu akan memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung. Dampak krisis ekonomi global, mengancam pembangunan di Indonesia. Krisis akan mengakibatkan guncangan struktural, gucangan ekonomi akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi efek tersebut akan mempengaruhi penerimaan pajak Negara.

Produk Domestik Bruto merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu Negara, sedangkan pertumbuhakan ekonomi merupakan slahsatu asumsi makro ekonomi yang digunakan untuk mengetahui besaran penerimaan pajak


(34)

Menurut hasil penelitian Roshaiza Taha, Loganathan, Nanthakumar dan Sisiran R.N. (2011) menyatakan bahwa penelitian tersebut menujukan bahwa perubahan pajak tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat membantu menaikan penerimaan pajak.

Kondisi yang juga menjadi variabal penting dalam mendongkrak pendapatan pajak adalah stabilitas ekonomi. perkembangan ekonomi nasional dan global. Perubahan yang tidak terduga dalam perekonomian akan berpengaruh secara otomatis penerimaan pajak. Menurut hasil penelitian Eddy dkk. (2006) Paling tidak terdapat lima variabel penting untuk dikendalikan yaitu konsumsi minyak, harga minyak, inflasi dalam negeri, uang beredar dan nilai tukar. Strategi pengendali dalam rangka pengamanan penerimaan pajak didasarkan pada sinyal yang diberikan oleh TEWS


(35)

Skema Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenaranya melalui penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pertumbuaha ekonomi terhadap penerimaan pajak Indonesia”.

Krisis Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

(X)

Penerimaan Pajak (Y)

Jumlah Penerimaan Pajak

- Flutuasi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak (Eddi Wahyudi, dkk. ,2006). - Perubahan Pajak tidak mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, namun Pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi penerimaan pajak (Roshaiza Taha,dkk.,2011)


(36)

22 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan unsur penting dalam sebuah penelitian. Hal itu dikarenakan objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang akan dilakukan. objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiono (2010:41) menyatakan bahwa:

“Sebelum peneliti memilih variable apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai pembuat rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian.”

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiono metode penelitian (2010:2)menyatakan bahwa:

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.”

Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan uraian mengenai langkah sistematis yang dibuat untuk keperluan


(37)

menyusun karya ilmiah dan untuk menyerangkaikan hipotesis dengan mempergunakan teknik tertentu sehingga suatu ilmu akan berwujud.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiono (2010:14), pengertian metode deskriptif analisis menyatakan bahwa:

“Statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.”

Sedangkan verifikatif menurut Sugiono (2010:6)menyatakan bahwa:

“Penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan suatu perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima”

Sehingga metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab penelitian yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan pajak Indonesia, dengan menggunakan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh independent dengan dependent dan arah hubungan yang terjadi.


(38)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian

Menurut Umi Narimawati desain (2010:21)penelitian merupakan

Suatu rencana struktur, dan strategi untuk menjawab permasalahan yang mengoptimasikan validitas.”

Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini peneliti membuat suatu desain penelitian, adapun tahap-tahap yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan permasalahaan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

b. Mengidentifikasi masalah yang terjadi mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia.

c. Menetapkan rumusan masalah mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia.

d. Menetapkan tujuan penelitian mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia.


(39)

f. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan.

g. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik Mengumpulkan data-data mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia

h. Melakukan pelaporan hasil penelitian. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiono (2010:34) menyatakan bahwa

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakuka secara benar sesuai dengan judul penelitian.

Berdasarkan judul yang dikumakan diatas, maka variable-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Variabel Bebas / Independent

Menurut Sugiono (2010:61) menyatakan bahwa definisi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab


(40)

Maka, variabel bebas adalah varibel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pertumbuhan ekonomi.

b. Variabel Terikat / Dependent

Sedangkan variabel terikat menurut Sugiono (2010:61) menyatakan bahwa: “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.”

Maka, variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penerimaan pajak. Opersional variabel diperlukan untuk menetukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variable dapat dilihat pada table di bawah ini.


(41)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Pertumbuhan Ekonomi (X)

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. (Prof. Simon Kuznets (dalam Jhingan, 2000: 57))

PDB Rasio

Penerimaan Pajak (Y)

Pajak merupakan iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut pajak adalah Negara, baik melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Iuran yang dibayarkan berupa uang, bukan barang. (supramono dkk., (2010:2))

Jumlah penerimaan

pajak Rasio

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1Sumber Data

Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaaan. Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sekumpulan individu (orang, barang jasa dan sebagainya ).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan


(42)

sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari para pengguna badan yang biasa mengumpulkan data tersebut. Adapun sumber data penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), serta sumber lain yang terkait. Data sekunder yang diperlukan adalah:

1. Data Pertumbuhan Ekonomi,yaitu PDB yang masuk dalam objek penelitian tahun 2000-2010

2. Data rasio penerimaan pajak, yaitu penerimaan pajak yang masuk dalam objek penelitian tahun 2000-2010.

3.2.3.2Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Menurut Umi Narimawati (2010:37) populasi, yaitu

“Objek atau Subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkam oleh peneliti, sebagai unit analisis”

Berdasarka pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto dan Penerimaan Pajak.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian (Umi Narimawati, 2010:38). Maka sampel dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto periode 2000-2009 dan Penerimaan Pajak periode 2000-2009


(43)

3.2.4 Teknik Pengumpulan data

Tenik pengumpulan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Sehubungan dengan tinkat pengukuran untuk variabel X (Pertumbuhan Ekonomi) dalam penelitian ini menggunakan skala rasio dan variabel Y (Penerimaan Pajak) berskala rasio. Untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut:

1. Library Research (Studi Pustaka)

Penelitian dalam melakukan studi pustaka, penulis berusaha untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, mengenai Perkembangan ekonomi dan penerimaan pajak, serta referensi-referensi lain yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diangkat dalam penulisan penelitian ini. Dalam hal ini penulis juga menggunakan media internet sebagai penelurusan informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

2. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

3. Internet

Pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan Internet yang menyangkut dengan masalah yang diteliti.


(44)

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan alat-alat bantu, berupa dasar-dasar teori yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti dan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Adapun analisis penelitiannya akan dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik, untuk pengujian hipotesis. Untuk melakukan pengujiannya diperukan serangkaian langkah yang akan dimulai dari operasionalisasi variabel, teknik pengumpulan data, penentuan populasi dan sampel, serta metode analisa dan rancangan pengujian hipotesis.

Menurut Sugiono (2010:8) menyatakan bahwa:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sampel filsafat positivism digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

dalam hal ini penulis melakukan analisis pada data-data ekonomi yang terdapat pada Badan Penelitian Statistik. Dari hasil tersebut akan didapat fluktuasi ekonomi berdampak terhadap penerimaan pajak.


(45)

3.2.5.1.1Uji Linieritas

Uji linieritas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linier atau tidak. Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linier atau tidak. Uji linieritas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linier antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada (Sugiono, 2010:265). 3.2.5.1.2Analisis Regresi Sederhanan

Menurut Sugiono (2010:277), analisis regresi berganda, yaitu:

“Analisis yang digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)”.

Bentuk persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

Y = a + bX

(Sumber: Sugiyono, 2010:262)

Keterangan :

Y : Pertumbuhan Ekonomi

a : Konstanta merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah pada saat variabel bebasnya adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X =

0)variabel terikat Y.


(46)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ΣY

= a+ bΣX

(Sumber: Sugiyono, 2010:262)

Arti koefisien β adalah jika nilai β positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan

atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai β negatif (-),

menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai veriabel terikat, dan sebaliknya.

3.2.5.1.3Analisis Korelasi

Yang dimaksud analisi korelasi menurut Andi Supangat (2007:339) adalah: “Tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih”. Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X dan Y

r =


(47)

Table 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiono (2010:250)

3.2.5.1.4Koefisiensi Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (Kd) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) memiliki dampak terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

(Sumber: Sugiyono, 2010:260)

Keterangan:

Kd :Koefisien Determinasi r2 :Koefisien Korelasi


(48)

3.2.5.1.5Uji Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya dampak variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat dampak yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan adanya dampak antara variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel (X) yaitu , Pertumbuhan Ekonomi (X) dan untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel (Y) yaitu Penerimaan Pajak(Y), hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t).

Untuk menguji apakah ada hubungan signifikan dari variabel – variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), selanjutnya pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t dengan langkah – langkah sebagi berikut:

1. Menentukan hipotesis antara variabel bebas Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak. Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah:

Ho: β1 = 0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan Pertumbuhan

Ekonomi berdampak terhadap variabel terikat Penerimaan Pajak.

Ha: β1 ≠ 0 Terdapat hubungan yang signifikan Pertumbuhan Ekonomi


(49)

2. Menentukan tingkat signifikan.

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam status penelitian.

3. Menghitung nilai thitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :

t = ry

(Sumber: Sugiyono, 2010:257)

Dimana :

r = Korelasi yang ditentukan n = Jumlah sampel

t = t hitung

4. Kemudian dibuat kesimpulan mengenai diterima tidaknya hipotesis setelah dibandingkan antara thitung dan ttabel dengan kriteria :

Tolak Ho jika t hitung > t tabel pada alpha 5% untuk koefisien positif.


(50)

Tolak Ho jika t hitung < t tabel pada alpha 5% untuk koefisien negatif.

Tolak Ho jika nilai t – sign < ɑ 0,05.

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis 1. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika t hitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Inflasi, Jumlah Uang yang beredar terhadap fluktuasi ekonomi dan implementasinya terhadap Penerimaan Pajak. Tingkat signifikannya yaitu 5 % (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95 %, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 % dan hal ini


(51)

menunjukan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut.


(52)

37 4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Sejarah Perpajakan Indonesia

Sejarah perpajakan di Indonesia dibagi menjadi dua masa : 1. Masa sebelum Kemerdekaan

2. Masa sesudah Indonesia merdeka sejak 17 agustus 1945

1. Sejarah Pajak Bumi dan Bagunan

Sejak awal 19 pada zaman kolonial pajak tanah diberlakukan pada saat pulau jawa diperitah oleh Inggris yan dipimpin Letnan Jenderal Raffles. Pajak tanah waktu itu dinamakan Landrent , yang artinya “sewa tanah”. Raffles meniru sistem pajak tanah di India dengan 3 jenis macam sistem pemungutan landrent yaitu :

1. Sistem zamindari atau zamindarars artinya landheer atau tuan tanah. Sistem ini mengenakan pajak tanah dengan suatu jumlah yan tetap pada kepada para tuan tanah. Pengenaan tarif pajak dengan suatu jumlah yang tetap disebut dengan istilah “Permanent Settlement”. Sistem ini dipakai di Benggala dan disekitar barat laut India.

2. Sistem Pateedari atau Mauzawari. Sistem ini meniru sistem pajak bumi pemerintah Portugis di Goa. Sistem ini memberlakukan pajak bumi pada Desa yang dianggap sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya pengenaan


(53)

kepada penduduk kebijaksanaannya diserahkan kepada Kepala Desa masing-masing. Sistem ini diberlakukan di Ppenge unyab dan distrik-distrik barat Laut India.

3. Sistem rayatwari. Dalam sistem ini, pajak tanah/bumi dikenakan langsung kepada para petani yang mengolah tanah berdasarkan pendapatan rata-rata dari tanah yang diusahakan oleh masing-masing petani. Sistem ini diberlakukan di Madras, Bombay dan sebagainya.

Pajak tanah diberlakukan di Pulau Jawa oleh Raffles pada tahun 1811 sampai dengan 1816. Landrent didasarkan pada suatu dalil bahwa “ semua tanah adalah milik Raja (souvereign), dan semua Kepala Desa dianggap sebagai “penyewa” (pachetrs). Oleh karenanya mereka harus membayar “sewa tanah” (Landrent) dengan natura secara tetap. Ketika kekuasaan beralih pada Belanda Landrent diubah menjadi “landrente”, sistem ini merubah sistem terdahulu dengan melakukan perubahan mengarah kepada keadilan dan kepentingan rakyat, yang berlangsung sampai dengan tahun 1942. Di masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, sistem pajak tanah yang dilaksanakan Belanda diambil alih sepenuhnya dan namanya diganti menjadi Pajak Tanah.

Setelah Indonesia merdeka, pajak tanah diubah menjadi pajak bumi. Periode tahun 1945 sampai tahun 1951 untuk melaksanakan pajak bumi masih emnggunakan cara lama yaitu :


(54)

1. Pajak Bumi di wilayah Negara Republik Indonesia deangan pusat pemerintahan di Yogyakarta dihapus, untuk wilayah federal pajak bumi terus berlaku;

2. Pajak Bumi di wilayah Negara Republik Indonesia dihapus dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1951. hal ini disebabkan adanya desakan dari golongan yang dipimpin oleh Tauchid.

3. Desakan politik tersebut dikenal sebagai Mosi Tauchid, dan sebagai gantinya dikeluarkan pajak baru yaitu Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian (PPTP).

Tahun 1951 sampai tahun 1959, setelah dikeluarkannya UU. NO. 14 tahun 1951 tentang Penghapusan Pajak Bumi di wilayah Negara Republik Indonesia, maka lahirlah Jawatan pendaftaran dan Pajak Penghasilan Tanah Milik Indonesia (P3TMI) yang bertugas melakukan pendaftaran atas tanah-tanah milik adat yang ada di Indonesia. Karena tugasnya hanya mengurus pendaftaran tanah saja, maka namanya diubah kembali menjadi jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) dan bertugas sama seperti sebelumnya ditambah dengan kewenangan untuk mengeluarkan Surat Pendaftaran sementara terhadap tanah milik yang sudah terdaftar.

Tahun 1959 sampai tahun 1985 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) No. 11 tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi ( LN Th. 1959 Nomor 104. TLN. NO. 1806) yang dengan Undang-Undang Nomor tahun 1 Tahun 1961 (LN Th. 1961 No.3 TLN No. 2124) telah ditetapkan menjadi Undang-undang . Selanjutnya nama jawatan yang mengelola Pajak hasil Bumi


(55)

menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dalam melaksanakannya dikeluarkan Suart Keputusan Menteri Iuran Negara Nomor PMPPU 1-1-3 tanggal 29 Nopember 1965 yang menetapkan Direktorat pajak hasil Bumi diubah namanya menjadi Direktorat Iuran Pembangunan daerah(DIT-IPEDA). Pajak Hasil Bumi (PHB) menjadi Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Pengenaannya diberlakukan pada yanah-tanah sektor pedesaan, perkotaan, perhutanan. Sektor perkebunan dan sektor pertambangan. Tahun 1985 sampai dengan tahun 1995 sesuai dengan amanat GBHN 1983 berdasarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 telah diadakan “fax Reform” yaitu diadakan pembaruan dan penggantian peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini berlaku. Tax reform tahun 1983 berlaku pada tanggal 1 januari 1984. Dengan adanya tax reform, sistem perpajakan Indonesia berubah dari Official Assessment menjadi Self Assessment.

Official Assessment yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa

jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak berdasarkan pada Surat Ketetapan Pajak (SKP). Self Assessment yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang

dipercayakan kepada Wajib Pajak mulai menghitung sampai penyetoran. Aparat perpajakan melaksanakan pengendalian tugas, pembinaan,penelitian, pengawasan, dan penetapan sanksi administrasi. Setelah Tax Reform 1983 lalu dikeluarkan

Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan bangunan (PBB), yang ditetapkan tanggal 27 Desember 1985 dan mulai berlaku tanggal 1 januari 1986 (LN Th. 1985 No. 68, TLN 3312). Tanggal 9 November 1994 disahkan Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.


(56)

12 tahun 1985 tentang PBB, tang mulai berlaku pada tanggal tanggal 1 Januari 1995 (LN Th. 1994 No. 62, TLN 3569).

2. Sejarah Pajak Penghasilan

Secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode yaitu :

1. Masa sebelum tahun 1920

Sebelum tahun 1920 diberlakuakn sistem pajak yang berbeda untuk pribumi, untuk orang Asing Asia dan untuk orang Eropah (indigenous

Indonesians, foreign Asians and Europeans).

2. Masa 1920 sampai dengan 1983

Tahun 1920 sampai dengan 1983 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ordonansi PPd 1920 (The Income Tax Ordinance of 1920). Sekarang

diberlakukan pajak yang sama tanpa melihat asal usul keturunan (the unification principle) masa itu pula diperkenalkan Pajak Kekayaan. 2. Corporation tax Ordinance of 1925 (ordonansi pajak perseroan PPS

1925 dan berlaku sampai dengan 1983). Subyeknya adalah badan hukum seperti, PT,CV atas saham, obyeknya adalah laba bersih.

3. Personal Income Tax Ordinance of 1932(Ordonansi pajak Pendapatan

1932 = ordonantie op Inkomstenbelasting 1932). Pajak pendapatan

pertama kali dipungut di Indonesia berdasarkan ordonansi pajak pendapatan 1908 (ordonantie op de inkomstenbelasting 1908). Tahun


(57)

1920 ordonansi ini diganti dengan ordonansi pajak pendapatan 1920, lalu tahun 1932 menjadi ordonansi pajak pendapatan 1932 dan terakhir diganti menjadi ordonansi pajak pendapatan 1944.Ordonansi pajak pendapatan 1944 semula bernama “pajak perang” (Oorlogsbelasting) atau pajak peralihan 1944 (Overgangsbe lasting 1944). Ordonansi

pajak pendapatan 1944 bentuk aslinya disiapkan di Australia oleh pemerintah Hindia Belanda dalam pelarian, sewaktu Indonesia diduduki Jepang.Rancangan ordonansi tersebut disusun tahun 1943 diumumkan dalam staatsblad 1944 No 17 dan diberlakukan 1 januari 1945 saat yang bersamaan maka “ordonantie op de inkomstenbelasting

1932” dinyatakan tidak berlaku lagi.Ordonansi pajak pendapatan 1944 yang semula dinamakan Oorlogsbelasting (pajak perang). Mulai 1

januari 1946 namanya diubah menjadi “Overgangsbelasting” (pajak

peralihan), lalu dengan Undang-undang No. 21 tahun 1957 (LN No. 41 tahun 1957) nama ordonansi tersebut dengan resmi menjadi “ordonansi pajak pendapatan 1944”. Oleh Pemerintah Hindia Belanda Ordonansi dibuat dengan sederhana dan darurat karena mengingat keadaan saat itu. Dan kelak akan diganti dengan suatu ordonansi pajak atas pendapatan yang lebih sempurna.Subyek Pajak Pendapatan 1932 adalah : orang pribadi, badan/persekutuan (Fa-Firma, CV, Kongsi). Obyeknya adalah Pendapatan bersih.Dengan berbagai kekurangan maka ketentuan-ketentua yang terdapat dalam ordonantie op Inkomstenbelasting 1932. Menyadari kekurangan yang terdapat dalam


(58)

ordonansi ini pemerintah Indonesia berusaha menyempurnakannya dengan menyesuaikan dengan keadaan, yang dilakukan mulai tahun 1960 terakhir dengan undang-undang No. 9 Tahun 1970, ordonansi pajak pendapatan 1944 aslinya tersusun dalam bahasa Belanda. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia pertama kali dimuat dalam buku “Perundang-undangan Pajak Indonesia, terbitan Juni 1960 yang diterjemahkan oleh Prof Dr.Rochmat Soemitro,SH dan Drs B. Usman. (4) Wages Tax Ordonance of 1935 (ordonansi pajak upah 1935)

dimana pemungutan pajaknya dilakukan oleh para majikan, saat itu diperkenalkan di Indonesia PYE = Pay-As-You-Eam(bayar sesuai dengan upah yang diterima).

4. Masa 1984 sampai sekarang.

Tahun 1984 sampai saat ini mulai berlakunya tax reform yang ditetapkan tahun 1983. 1 januari 1984 mulai berlaku Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang PPh yang disahkan tanggal 31 Desember 1983 (LN 1983 No :TLN 3263). Kemudian PP No 42 tahun 1985 tentang pelaksanaan Undang-undang PPh 1984 yang ditetapkan pada tanggal 13 November 1985 mulai diberlakukan untuk tahun pajak 1985. Tahun 1991 sudah ada Undang-undang No. 7 tahun 1991 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1983tentang PPh. (LN 1991 No. 93. TLN 3459). Tahun 1994 dikeluarkan Undang-undang No.10 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telahdiubah dengan


(59)

Undang-undang No.7 tahun 1991 (LN 1994 No. 60. TLN 3567). Terakhir diubahlagi dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 yang diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2001.

3. Sejarah Pajak Perseroan

Pajak perseroan (PPs) berkaitan dengan pajak pendapatan atau pajak penghasilan. Pajak atas pendapatan dan laba pertama kali dilakukan di Indonesia tahun 1878 dengan nama “Patentrecht” suatu pungutan pajak yang sederhana.

Pungutan pajak atas pendapatan dan laba berdasarkan pada ketentuan yang lebih teratur dan terinci baru pada tahun 1908 sejak ordonansi pajak pendapatan 1908 ( ordonantie op de Inkornstenbelasting 1908). Seperti halnya “Patentrecht”,

ordonantie pajak pendapatan 1908 hanya berlaku terhadap golongan penduduk orang-orang Eropa dan orang-orang yang disamakan dengan orang Eropa, demikian pula terhadap badan-badan usaha yang dimilikinya. Untuk orang-orang pribumi dan lainnya terkena jenis pajak yang lebih sederhana seperti “Landrente”.

Ketika pecah perang Dunia ke I (1914-1918), menyebabkan Hindia belanda terlepas dari negeri Belanda. Untuk menggalang persatuan maka diberlakukan asas unifikasi yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa semua golongan penduduk mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Pelaksanaan asas unifikasi dibidang perpajakan berdampak pada digantinya Ordonansi Pajak pendapatan 1908 (yang hanya berlaku untuk golongan penduduk tertentu), dengan ordonansi pajak pendapatan 1920 ( yang berlaku untuk semua golongan penduduk), yang memajaki baik orang maupun badan. Peningkatnya jumlah penanaman modal


(60)

asing di Indonesia sejak tahun 1920 menimbulkan berbagai problema dalam bidang Yuridis fiskal yang mendorong segera dikeluarkan ketentuan tersendiri guna dapat memungut pajak dari badan usaha. Tahun 1925, semua ketentuan yang menyangkut pengenaan pajak badan usaha yang terdapat dalam ordonansi pajak pendapatan 1920 dikeluarkan untuk kemudian disusun kembali dalam suatu ordonansi baru yang diberi nama Ordonansi pajak perseroan 1925 ( Ordonantie

op deVennootschapsblasting 1925). Ordonansi Pajak Perseroan 1925 setelah

diadakan perubahan danpenambahan menjadi Undang-undang No. 8 tahun 1970

4.2. Analisis Deskriptif Variabel yang Diteliti

4.2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 2000-2009 Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, Khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gamabaran tingkat perkembangan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi secara rinci dari tahun ketahun, disajikan, melalui Product

Domestic Bruto (PDB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha secara

berkala. Jika terjadi pertumbuhan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan dengan tahun lalu. Sebaliknya apabila menunjukkan negatif, hal ini menunjukkan terjadinya penurunan perekonomian dibandingkan dengan tahun lalu.


(61)

Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2009 (Triliun Rupiah)

No Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1

Pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan (% terhadap PDB)

231.89 (16.7) 246.28 (17.1) 281.33 (17.5) 296.2 (16.6) 329,12 (14,3) 364,17 (13,1) 563,22 (13) 622,93 (13,7) 716,06 (14,5) 858,25 (15,3) 2 Pertambangan dan penggalian (% terhadap PDB)

189.49 (13.6) 191.07 (13.2) 191.83 (11.9) 191.2 (10,7) 205,25 (8,9) 309,01 (11,1) 478,52 (11) 510,61 (11,2) 540,61 (10,9) 591,53 (10,5) 3 Industri Pengolahan

(% terhadap PDB)

355.86 (25.6) 361.33 (25) 402.60 (25) 440.5 (24.7) 644,34 (28,1) 760,36 (27,4) 1.192,53 (27,5) 1.228,65 (27) 1.380,71 (27,9) 1.480,91 (26,4) 4

Lisitrik, Gas dan Air Minum

(% terhadap PDB)

30.38 (2.2) 20.18 (1.4) 29.10 (1.8) 39,70 (2.2) 23,73 (1) 26,69 (1) 37,35 (0,9) 38,72 (0,9) 40,85 (0,8) 46,82 (0,8) 5 Kontruksi

(% terhadap PDB)

90.44 (6.5) 84.56 (5.8) 92.37 (5.7) 107.1 (6) 151,25 (6,6) 195,11 (7) 325,13 (7,5) 349,99 (7,7) 419,64 (8,5) 554,98 (9,9) 6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

(% terhadap PDB)

212.98 (15.3) 233.56 (16.2) 258.87 (16.1) 291.6 (16.3) 368,56 (16,1) 431,62 (15,6) 651,54 (15) 680,86 (14,9) 691,49 (14) 750,61 (13,4) 7 Pengankutan dan Komunikasi (% terhadap PDB)

76.17 (5.5) 75.09 (5.2) 97.34 (6) 111.7 (6.3) 142,29 (6,2) 180,58 (6,5) 301,52 (6,9) 310,26 (6,7) 312,19 (6,3) 352,41 (6,3) 8

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (% terhadap PDB)

94.33 (6.8) 90.73 (6.3) 105.62 (6.6) 123.0 (6.9) 194,41 (8,5) 230,52 (8,3) 353,13 (8,1) 348,21 (7,7) 368,13 (7,4) 404,12 (7,2) 9 Jasa-jasa

(% terhadap PDB)

135.74 (9.8) 140.66 (9.7) 150.96 (9.4) 185.7 (10.4) 236,87 (10.3) 276,20 (10) 436,26 (10,1) 460,66 (10,1) 481,67 (9,7) 573,82 (10,2) Produk Domestik Bruto 1572.1 1623.35 1610.01 1786.7 2.295,83 2.774,28 4.339,22 4.550,89 4.951,36 5.613,44

Produk Domestik Bruto Tanpa

Migas 1389.77 1443.02 1421.68 1.594.9 2083.08 2458.23 3967.04 4.234.41 4.427.19 5146.51


(62)

Pembahasan dari Pertumbuhan PDB atas dasar harga berlaku menurut Lapangan Usaha adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2000

Perekonomian indonesia pada tahun 2000, PDB atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp. 1572,1 triliun. Sektor Pertanian memberi kontribusi sebesar 16,7 persen, sektor pertambangan dan penggalian memberi kontribusi 13,6 persen, sektor industri pengolahan merupakan pemberi kontribusi terbesar yaitu 25,6 persen, sektor listrik, gas, dan air minum memberi kontribusi sebesar 2,2 persen, sektor kontruksi member kontribusi sebesar 6,5 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi kontribusi sebesar 15,3 persen, pengangkutan dan komunikasi memberi kontribusi sebesar 5,5 persen, keuangan, real estate, dan jasa perusahaan memberi kontribusi sebesar 6,8 persen, dan jasa-jasa member kontribusi sebesar 9,8 persen.

2. Tahun 2001

Perekonomian indonesia pada tahun 2001 mengalimi pertumbuhan dibanding dengan tahun 2000. Nilai PDB atas dasar harga yang berlaku, PDB tahun 2001 naik sebesar Dibandingkan dengan peranan tahun 2000, pada penurunan PDB tahun 2001 terjadi dihampir seluruh sektor ekonomi. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor Kontruksi dari 6,5 % pada Tahun 2000 menjadi 5,8 % pada Tahun 2001. Sebaliknya, sektor Pedagangan, Hotel dan Restoran nain dari 15,3 % pada Tahun 2000 menjadi 16, 2 % pada Tahun 2001.


(63)

3. Tahun 2002

Perekonomian Indonesia bila dilihat dengan harga yang berlaku pada tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar Rp 1610,01 triliun, dibanding tahun 2001 sebesar Rp. 1623,25 triliun. Data PDB atas dasar harga belaku menunjukan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan peranan antar sektor ekonomi menunjukan bahwa hampir separuh (42, 5%) PDB Indonesia bersala dari sektor pertanian dan industri pengolahan pada kondisi harga berlaku tahun 2002. Sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing memberikan kontribusi 17, 5 % dan 25 %. Dibanding dengan peranan tahun 2001, pada tahun 2002 terjadi sedikit perubahan peranan pada beberapa sektor ekonomi yaitu penurunan pada sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel, restoran dan sektor jasa-jasa. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor pertambangan dari 13, 2 % pada tahun 2001 menjadi 11,9 % di tahun 2002. Sektor bangunan peranannya menurun dari 5,88 % pada tahun 2001 menjadi 5,74 % pada tahun 2002. Sektor perdagangan, hotel dan restoran peranannya menurun dari 16, 2 % pada tahun 2001 menjadi 16,1 % pada tahun 2002. Sedangkan jasa-jasa dari 9,7 % pada tahun 2001 menjadi 9,4% pada tahun 2002

4. Tahun 2003

Perekonomian pada tahun 2003 mengalami pertumbuhan sebesar 4,1% dibanding tahun 2002. Nilai PDB atas dasar Harga berlaku pada tahun 2003 naik sebesar Rp 176,1 triliun dari 1610,01 triliun pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp. 1786,7 triliun pada tahum 2003. Dibandingkan dengan peran


(64)

tahun 2002, pada tahun 2003 peranan beberapa sektor ekonomi mengalami penurunan pada sektor pertanian, sektor pertambangan, dan ektor industri pengolahan. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor industri pengelohan dari 25 persen pada tahun 2002 menjadi 24.7 persen ditahun 2003. Sektor pertanian peranannya menurun dari 17,5 persen menjadi 16,6 persen pada tahun 2003. Sektor pertambangan perannya menurun dari 11,9 menjadi 10,7 persen. PDB secara total dan PDB tanpa migas terlihat peranan non migas semakin meningkat yaitu dari 89,03 persen padxa tahun 2002 menjadi 89,27 persen pada tahun 2003.

5. Tahun 2004

Perekonomiam Indonesia pada tahun 2004 bila dilihat berdasarkan harga yang berlaku. PDB tahun 2004 naik sebesar Rp 509,13 triliun dari Rp 1786,7 triliun pada tahun 2003 menjadi sebesar Rp 2295,83 trilun pada tahu 2004. PDB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga menunjukkan peranan sektor dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor uatama yaitu sektor pertanian, industri pengelohan, dan perdagangan mempunyai peranan sebesar 58,5 persen tahun 2004. Sektor industri pengelohan memberi kontribusi sebesar 28,1 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 16,1 persen, dan sektor pertanian 14,3 persen. Penurunan yang cukup besra terjadi pada sektor pertanian dari 16,6 persen pada tahun 2003 menjadi 14,3 persen pada tahun 2004. Sektor perdagangan-hotel-retoran mengalami penurunan dari 16,3 persen pada tahun 2003 menjadi 16,1 persen pada tahun 2004 pada sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan


(65)

dari 24,1 persen pada tahun 2004 menjadi 28,1 persen pada tahun 2004, serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan pertumbuahn dari 6,9 persen padan tahun 2003 menjadi 8,5 persen pad athun 2004.

6. Tahun 2005

Perkonomian Indonesia pada tahun 2005 bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2005 naik sebesar Rp. 478,45 triliun dari Rp. 2.295,83 padatahun 2004 menjadi 2774,28 triliun pada tahun 2005. Selama tahun 2005, hampir semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami penurunan peranan. Tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor indusri pengolahan, sektor perdaganagan-hotel-restoran mengalami penurunan peranan pada tahun 2005. Sektor industri pengolahan mengalami penurunan dari 28,1 persen pada taahun 2004 menjadi 27,4 persen pada tahun 2005. Sektor pertanian mengalami penurun dari 14,3 persen pada tahun 2004 menjadi 13,1 persem pada tahun 2005. Sektor perdagangan-hotel-restoran menurun dari 16,1 persen pada tahun 2004 menjadi 15,6 persen pada tahun 2005. Sementara sektor pertambangan naik dari 8,9 persen pada tahun 2004 menjadi 11,1 persen pada tahun 2005. Selanjutnya jika dilihat secar total peranan PDB tanpa migas menurun dari 91,15 persen pada tahun 2004 menjadi 88,93 persen pada tahun 2005.

7. Tahun 2006

Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan, PDB tahun 2006 naik sebesar Rp. 1564,94 triliun dari Rp. 2774,28 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 4339,22 triliun pada tahun 2006. Selama tahun 2006 semua sektor


(1)

H a s i l P e n e l i t i a n d a n P e m b a h a s a n | 89

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (X) terhadap penerimaan Pajak Indonesia (variabel Y).

Taraf signifikansi (α) : 0,1 ,

Kriteria uji : tolak H0 jika nilai t-hitung > t-tabel, terima Ha jika nilai hitung <

t-tabel

Nilai statistik uji t dapat diketahui dari tabel output berikut:

Tabel 4.30 Uji Statistik t

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai t hitung untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sebesar 8,687. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,10, df=n-k-1=10-2-1=7, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel sebesar ± 2,365. Diketahui bahwa t hitung untuk X sebesar 8,687 lebih besar darinilai t tabel (-2,365 dan 2,365) maka Ho ditolak, artinya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Indonesia. Jika digambarkan, nilai t hitung dan t tabel untuk pengujian parsial X tampak sebagai berikut:

Coe fficientsa

-28,038 51,152 -,548 ,599

,141 ,016 ,951 8,687 ,000

(Cons tant) PDB (X) Model

1

B Std. Error Unstandardiz ed

Coef f icients

Beta Standardized

Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: Penerimaan Pajak (Y) a.


(2)

H a s i l P e n e l i t i a n d a n P e m b a h a s a n | 90

Gambar 4.3 Kurva Uji Hipotesis Parsial X terhadap Y Daerah Penerimaan H0

Daerah penolakan Ho

t tabel= -2,365 0 t tabel =2,365

t hitung = 8,687

Daerah penolakan Ho


(3)

91 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disajikan pada Bab IV, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan ekonomi indonesia jika dilihat dari PDB pada tahun 2009 menunjukan pertumbuhan ekonomi. Selama periode tahun 2000-2009 PDB nasional banyak disumbangkan dari produk non migas sebesar lebih dari 50 persen. Hal ini menunjukan bahwa peran non migas sangat besar. Meskipun pada kurun waktu tahun 2008 indonesia menerima dampak dari krisis finansial dunia dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008.

2. Perubahan penerimaan Pajak Indonesia periode 2000-2009 mengalami peningkatan. Selama tahun 2000-2009 PPh non Migas tidak dapat mencapai target yang direncanakan pada setiap tahunnya. Penerimaan Pajak Indonesia pada tahun 2008 merupakan peningkatan yang tertinggi. Krisis finansial dunia pada tahun 2008 tidak berdampak pada penerimaan pajak.

3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan penerimaan Pajak Indonesia periode 2000-2009. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi akan meningkat dengan meningkatnya penerimaan pajak.


(4)

K e s i m p u l a n d a n S a r a n | 92

5.2. Saran

Pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh terhadap penerimaan penerimaan pajak Indonesia, oleh karena itu disarankan kepada pemerintah untuk dapat lebih meningkatkan Pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah disarankan pula untuk menciptakan pengaruh yang kondusif terhadap dunia usaha, sehingga perlu diterapkan strategi tertentu dalam system perpajakan. Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan penerimaan pajak Indonesia.


(5)

vi

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Ekonomi Moneter. 1998. Yogyakarta. BPFE. Boediono. 2009. Laporan Kebijakan Moneter. Bank Indonesia.

Glen A Iswara. Nopirin. 1986. Ringkasan Bacaan Pilihan Ekonomi Moneter. Cetakan I. BPFE. Yogyakarta

Mankiw, N. Gregory. 2006. Makro Ekonomi Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta Prasetyantoko, A., 2008. Bencana Finansial Stabilitas sebagai Barang Publik.

Kompas Media Nusantara. Jakarta

Sukirno, Sadono, 2009. Makro ekonomi: teori Pengantar. Edisi ketiga. Rajagrafindo Persada. Jakarta

S. Alam. 2006. Ekonomi. Erlangga. Jakarta

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung Sugiono, 2010. Statistika untuk Penelitian, Alfa Beta. Bandung

Taha, Roshaiza dkk., 2011, The Effect of Economic Growth on Taxation Revenue

: The Case of a Newly Industrialized Country, Malaysia University,

Malaysia

Wahyudi, Eddy, 2006, Dampak Fluktuasi Terhadap Penerimaan Pajak, Program Doktor Managemen dan bisnis IPB, Bogor

Yosepin, Maria, 2007, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Terhadap


(6)

235

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gita Purnamasari

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 24 Agustus 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat Rumah : Komp. Melong Green Garden Jl. Hercules Raya No. 11 Rt. 02 Rw 29 kel. Melong kec, cimahi selatan

Email : gita_purnamasari@rocketmail.com

Pendidikan Formal

Tahun 1993 s/d 1994 : TK ananda

Tahun 1994 s/d 2000 : SD Negeri Melong Asih Tahun 2000 s/d 2003 : SMP Negeri 1 Bandung Tahun 2003 s/d 2006 : SMA YWKA Bandung

Tahun 2007 s/d 2011 : Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi